21. Worry

179 23 3
                                    

Hayoung masih berdiri di depan Go Yoon dengan kedua mata yang tidak berhenti meneliti setiap luka pada wajah pria ini. 

"Ada beberapa orang pria yang datang ke bar untuk memintaku melunasi hutang mereka" Go Yoon mulai menjelaskan. 

"Nde?"

"Mungkin karena aku sedang mabuk, jadi ucapanku sama sekali tidak bisa ku kontrol sampai bisa mendapatkan pukulan dari mereka"

"Bagaimana bisa? Kau memiliki beberapa penjaga yang biasanya mengawalmu di sana"

"Mereka telat menyelamatkanku dan menyebabkan keributan di tempat itu. Aku belum ke sana untuk mengecek kondisi bar seperti apa, tapi aku membutuhkan bantuanmu untuk melunasi hutangku"

Hayoung terdiam tidak menanggapi karena sedang berkutat dengan pikirannya sendiri. 

"Kau masih memiliki warisan dari Ibuku. Kau bisa mengirimkan sejumlah uang pada rekening salah satu orang itu untuk menyelesaikan permasalahanku"

"Bukankah kau memiliki lebih banyak uang dariku? Kenapa kau membutuhkan bantuanku?"

Go Yoon mulai menggenggam erat sebelah tangannya.
"Ku mohon, Hayoung'ah..... Mereka bisa membunuhku kalau melihatku masih hidup berkeliaran seperti ini"

Hayoung terdiam sejenak.
"A-arasseo, aku akan membantumu oppa..."

"Terima kasih...." Dengan senang, pria itu memberikan pelukan singkat pada Hayoung. 
"Kalau begitu, kita bisa pergi ke bank terdekat sekarang"

Hayoung menjawab dengan anggukan di kepalanya. Go Yoon membuka sebelah pintu untuknya sementara dia berjalan memutar ke arah kursi pengemudi. 

Rintik hujan kembali turun dan menambah basah jalanan sekitar kota Gangnam. Mobil Go Yoon melaju melewati beberapa pertokoan dengan lancar. Tidak ada yang memulai pembicaraan di dalam kendaraan itu sampai sebuah suara dering ponsel memecah keheningan. Hayoung mengeluarkan benda yang berbunyi itu dari dalam tasnya. Melihat nama sang pemanggil, dia langsung menjawab karena teringat sesuatu. 

"Halo?"

"Kemana kau pergi? Kenapa lama sekali kembali dari toilet?" Suara Sehun terdengar dari ujung telepon. 

"Nde? A-aku......." Hayoung sedikit memiringkan duduknya. 
"A-aku menggunakan toilet di tempat lain karena di restoran sedang dalam perbaikan"

"Benarkah? Apa masih membutuhkan waktu yang lama?"

"N-nde..."

Sehun tidak menanggapi selama beberapa detik yang membuat Hayoung merasa bersalah sudah membohonginya. 

"Apa kau tidak sedang menemui kenalanmu itu?"

"Nde? Kenalan? A-ahhh, itu..... Dia masih dalam perjalanan. Apa rekan bisnismu belum tiba?"

"Sudah. Aku menelepon hanya untuk menanyakan keberadaanmu"

"Ka-kalau begitu, pesanlah makanan lebih dulu"

"Nde. Aku akhiri panggilannya sekarang"

"Nde......" Hayoung menurunkan ponselnya dan masih menatap layarnya dalam diam. 

"Jadi, apa kau datang ke sana untuk berkencan dengan pria itu?" Suara Go Yoon menyadarkan lamunannya. 

"Ti-tidak. Aku hanya menemaninya saja untuk menemui rekan bisnisnya"

"Kau tidak pernah melakukan hal itu sebelumnya padaku"

"Kau sendiri tidak pernah mengajakku kemanapun selain ke bar"

ChoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang