Epilog Part 2

576 51 3
                                    

Yuna yang bosan dalam pesawat memilih tidur santai ditempat duduknya menunggu pesawat itu mendarat ditempat tujuannya.

Sesampainya di bandara Internasional Tokyo, Yuna selalu menguap tanpa henti.

Entah apa yang terjadi padanya, rasanya dia ingin tidur lagi setelah sampai di hotel yang sudah dipesannya.

...

Dilain tempat...

Deg.

Deg.

Deg.

Entah kenapa jantung Muzan terus berdetak kencang sepanjang hari. Dia dan kedua anaknya saat ini sedang makan di dekat bandara internasional usai pulang kerja. Ini adalah rutinitasnya sejak lama, tapi hari ini ada sesuatu berbeda?

Tapi, Muzan tidak bisa menebak apa akan ada sesuatu yang terduga terjadi.

Ia merasakan jantungnya semakin cepat seperkian detiknya.

Saat ia menoleh keluar kaca satu arah yang langsung menampakkan luar restoran. Ia melihat seluit wanita yang amat familiar baginya.

Yuna?! Muzan bergumam dengan sedikit terkejut.

Kedua anak di depan Muzan tersentak.

Kedua anak itu langsung menatap heran ayah mereka. Tak biasanya ayah mereka menampakkan wajah senang bercampur terkejut seperti saat ini.

Papa? Papa kenapa? Tanya Yuki melihat papanya yang bertingkah aneh, tidak seperti biasanya yang tampak tenang dan serius.

Papa merasakan keberadaan mama? Yang menebak dan tebakannya benar ini adalah anak tertuanya, Yukina.

Dimana? Yuki sudah celingak-celinguk ke sana kemari mencari keberadaan mamanya.

Di sana! Tunjuknya menunjuk seorang wanita yang memakai pakaian untuk musim dingin berwarna lembut dengan syal merah melilit lehernya.

Cantik? Kata keduanya bersamaan.

Apa ada malaikat di dunia?

Jika ada, mungkinkah malaikat itu seperti ini?

Yang pasti bagi kedua anak itu, wanita itu adalah malaikat yang telah mereka tunggu ribuan tahun lamanya.

Papa? Papa cepat kejar mama! Perintah Yukina yang melihat papanya yang masih bengong ditempat.

Muzan langsung saja berlari mengejar wanita cantik itu.

Setelah tiba dihadapan wanita itu, Muzan.

Menarik tangannya...

Yuna POV

Ada apa? Apa paman mengenalku? Tanyaku melihat seorang pria yang memegang tangan kananku. Dengan pose imut.

Ku akui dia sangat tampan. Ouh kurasa hatiku akan meleleh...

Yuna?! Ujar pria itu.

Eh???

Apa maksudnya?

Ingatlah kembali, Wahai Yuna!!! Dimana? Dimana, ayolah otakku? Sungguh aku tidak bisa mengingat apapun!

Disaat aku sedang sibuk dengan duniaku sendiri, pria itu kembali memanggil namaku dan juga menyebutkan namanya.

Kau Yuna, kan?

Aku Muzan, Kibutsuji Muzan!

Apa kau mengingatku?

Yuna? Tanya Pria itu terus memanggil namaku.

Dan disaat dia menyebut namanya ada sensasi aneh di dadaku. Perasaan apa ini?

M-Muzan? Muzan?! Muzan!! Muzan!!!... Tiba-tiba saja cairan bening itu lulus dari persembunyiannya.

Aku...

Semua kenangan yang terasa sudah lama hilang kembali lagi menghampiriku.

Setiap pecahan ingatan itu mengalir seperti air bah, melimpah dan sedikit membuat kepalaku pusing.

Dari awal aku bertemu Muzan, menandaiku tanpa ijin, bersama-sama selama dua tahun dalam ruang dimensi, bertemu para pilar dan keluarga Oyakata-sama, hingga...

Hingga...

Pertempuran besar itu di mulai, saat aku berjuang melahirkan anak-anak kami. Hingga aku menghilang dari hadapan mereka...

Semua berhenti disana...

Yuna tersenyum dengan linangan air mata yang terus turun melewati pipi merah mudanya. Ha'i.

Okairi, sayangku Yuna? Muzan memberikan senyum terindahnya padaku.

Ouh tidak aku tidak bisa tidak terharu melihat dirinya yang berlutut memberi kecupan singkat di punggung tanganku.

Tadaima, suamiku Muzan? Huwwaaa... aku akhirnya mengingatnya, tentang diriku dan yang lainnya.

Yuna memeluk Muzan dengan rakus, memeluk mencium setiap aroma yang sangat familiar darinya.

Mereka pasti sudah tidak ada lagi.

Mereka berdua dimana? Tanyaku tersedu-sedu.

Sungguh aku merindukan keluarga kecilku.

Aku ingat, aku harus memberitahu ayah-ibuku di Indonesia nanti.

Mereka pasti bakalan terkejut melihat anak mereka menemukan suami idaman seperti Muzan. Bisa dipastikan Yura akan berteriak dengan tidak elitnya. Plus ada juga dua cucu yang imut menanti mereka.

Yura pasti berteriak seperti, KYAAA, WOW... AMAZING... seperti itu...

Mama / Mamah! Teriak Yuki dan Yukina menerjang tanpa ampun padaku.

Yuki?!

Yukina?!

Peluk mama sayang? Kalian sangat manis! Aku menangis haru melihat kedua anakku.

Anata?(Sayang) Apa kau mencintaiku! Tanyaku dengan malu-malu.

Muzan memalingkan wajahnya kesamping, tapi telinga merahnya tidak bisa menipu, sangat merah.

Pffttttt. Papa bisa malu juga. Mama tau papa itu selalu berwajah datar, itu menyebalkan! Tawa pecah Yuna mengundang Yuki dan Yukina ikut tertawa juga.

Ho uh. Kau benar! Papa kalian ini benar-benar tidak peka! Senyum licik ku menatap Muzan suami tersayangku.

B-benar, kah?!

.
.
.

Tbc or End.

.
.
.

Edisi, Revisi berkala, 1 Jul 2020...

.
.
.

Kimetsu no Yaiba versi Choco(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang