(1) MEMORIES.

📝 ketiga

Kita adalah senandung lagu yang tak pernah dinyanyikan kembali. Kita adalah dua roda sepeda yang tak berputar lagi. Dan kita adalah gelap malam yang tak dikunjungi sinar.

M E M O R I E S
▪️

******

"Tahun lalu, lo menang juara 1 kompetisi band kan, Lul?"

Kelas siang itu ricuh, karena pak Nam selaku guru mata pelajaran kesenian berhalangan hadir untuk menemani Eunsang, adik kelasnya yang mengikuti lomba menyanyi disebuah sekolah lainnya. Lula sebenarnya diajak untuk ikut, namun ia menolak karena merasa tubuhnya sedang tidak fit hari ini.

"Iya, kenapa?"

"Gapapa. Gue cuma kepo sama Hendery aja,"Asha terkekeh pelan. Kekehan yang manis dimata Lula sehingga ia terdiam sejenak mengamati.

Lula pikir, mengenal sosok periang seperti Asha adalah sebuah keajaiban untuk dirinya. Yah, well, mungkin sedikit cringe, tetapi Lula akui Asha adalah gadis yang mungkin dicari banyak lelaki diluaran sana. Gadis itu cantik, banyak tersenyum dan membuat hangat lingkungan sekitar. Asha pantas dengan lelaki baik.

Tidak seperti dirinya.

Wajah Lula mengerut mendapati pikiran konyol itu. Dia menggeleng, lalu mengusap pelan wajahnya dan kembali menaruh kepalanya diatas meja. Lebih berminat mengamati ricuhnya kelas yang ia tempati siang ini.

Tetapi pandangan Lula terkunci pada sosok lelaki berambut cokelat gelap dengan torso yang tegap diruang sudut sana bersama gitar brownnya yang selalu ia ingat. Senyum lelaki itu nampak bersinar dibawah terangnya lampu kelas bersamaan dengan alunan yang berasal dari petikkan gitar yang ia mainkan. Lula menahan senyum. Jantungnya masih berdegup kencang.

Mark menyanyikan sebuah lagu yang terdengar familiar ditelinganya. Suaranya yang merdu menggema dikelasnya yang masih ricuh dengan suara yang saling sahut menyahut. Sesekali mendapati lelaki itu mengulum bibirnya dan tertawa lepas dengan teman-temannya yang lain.

Hati Lula menghangat.

Jatuh cinta itu bukan perkara yang mudah baginya, juga bagi beberapa orang lain yang sempat Lula temukan keluhannya di internet. Jatuh cinta itu bukan hanya semata-mata kamu mengenal indahnya euphoria yang membahagiakan, saling berbagi kasih, lalu tertawa dengan genggaman tangan yang erat. Itu berbeda. Cinta pertamanya tidak seindah itu.

"Lul!"

"Eh,"Lula terkejut setelah Asha menepuk pelan pipinya. Dia mengerjap, sedetik kemudian menoleh dan mendapati wajah jahil Asha yang terpampang memandanginya.

"Mark ganteng ya?"desis Asha pelan, seolah-olah tidak ada yang boleh mendengarnya selain mereka berdua.

Karena itu memang benar adanya, kepala Lula mengangguk seraya berkata,
"Iya."

"Ya gebet atuh!"

Hati Lula tertawa keras mendengarnya.

Tetapi seolah-olah ada paksaan yang menghentikan tawa dalam hatinya itu saat Lula merasakan pusing yang menderanya tiba-tiba. Seolah-olah ada beberapa burung yang melingkari kepalanya kini. Mendadak semuanya terasa berputar dipenglihatan Lula dan buram yang ia dapati sebelum akhirnya semuanya menggelap dan Lula jatuh kesamping kiri.