Satu

51.4K 2.1K 84
                                    

Ini hari pertama anggun kembali kekantor  Bank Centro cabang pembantu Veteran sebagai kepala cabang. Sebuah prestasi yang bagus untuk Anggun yang bisa menjadi kepala cabang diusia yang cukup muda.

"Pagi mbak Anggun, selamat datang kembali di Cabang Veteran." Puspa sang office girl menyambut sang kepala cabang baru.

"Pagi, pus. Yang lainnya sudah datang?"

"Mbak Anggun kebiasaan panggilan saya pus. Panggil Puspa mbak, jangan disingkat, jadi kaya manggil kucing kan?"  Anggun tertawa, Puspa memang tidak berubah, saat dulu dirinya menjadi salah satu teller di cabang Veteran ini Puspa selalu protes jika Anggun memanggilnya Pus.

"Maaf kalau begitu, Puspa. Oh ya akan ada GM dari pusat untuk serah terima saya dengan Pak Wisnu, Mamirinya  sudah kamu siapkan kan?"

"Beres mbak Anggun." Anggun mengangguk puas. Sejak dahulu Puspa memang selalu bisa diandalkan.

"Pak Gunadi pasti senang mbak Anggun kembali kesini." Puspa menggumam dan cukup didengar oleh Anggun.

"Pak Gunadi?" Anggun ingat dengan salah satu nasabah prioritasnya, salah seorang pengusaha yang memintanya menjadi istri mudanya.

"Iya, pak Gunadi, kangmasnya Diajeng Anggun Sukmaningrum. Mbak Anggun nggak lupa kan dengan Kangmas Gunadi Dharmahadi? Yang gantengnya bisa dilihat dari puncak gunung Himalaya?" Puspa sengaja mengingatkan Anggun tentang ke narsisan Pak Gunadi Dharmahadi yang dengan terangan-terangan memuji dirinya yang katanya ketampanannya bisa dilihat hingga puncak Himalaya. Anggun tertawa jika mengingat hal itu. Gunadi terang-terangan mendekatinya, memintanya menjadi istri keduanya, karena istri pertamanya mandul hingga tidak bisa memberinya keturunan. Keinginannya itu bahkan didukung oleh istri pertamanya yang masih tetap cantik diusianya yang cukup matang. Lima tahun lalu Anggun menolak niatan Gunadi karena bagaimanapun juga dia tidak ingin disebut pelakor atau orang ketiga dalam hubungan suami istri itu  dan ia tidak siap jika harus berbagi suami dengan wanita lain. Selain itu rentang usia yang terlalu jauh menjadi salah satu pertimbangan Anggun menolak Gunadi. Selisih usia dua puluh tahun cukup untuk Anggun menolak keinginan pasangan suami istri itu, dan dampak penolakan Anggun berimbas pada transaksi keuangan Gunadi. Lelaki itu menarik hampir semua dananya di Bank Centro dan memindahkannya ke bank tetangga, meskipun setelah itu Gunadi masih menggunakan Bank Centro tapi hanya untuk pembayaran beberapa transaksi saja. Bukan untuk mengendapkan uangnya ataupun mengambil fasilitas kredit yang sudah ditawarkan. Anggun sendiri tidak yakin Gunadi akan mengambil kredit yang ditawarkan oleh bank melihat jumlah uang yang disimpan di bank cukup untuk sepuluh turunan anak cucu cicit dan canggah.

"Pak GM datang, mbak." Puspa memberi tahu ketika sebuah sedan hitam mengkilap masuk kedalam area parkir Bank Centro. Seorang lelaki tengah baya turun dari dalam mobil sedan itu diikuti beberapa orang lainnya yang tak lain adalah  Ando sang manager marketing dan Devon sang senior marketing.

"Pagi bapak-bapak. Selamat datang di  cabang Veteran." Anggun menyapa dan bersalaman dengan pria-pria tampan dengan usia matang dan mapan yang baru datang.

"Pagi Anggun, Pak Wisnu sudah datang?" Anggun hendak menjawab ketika sebuah Fortuner warna putih masuk kedalam area parkir. Pak Wisnu orang yang akan Anggun gantikan kedudukannya turun perlahan dari dalam mobil. Usia tua tidak membuatnya kehilangan pesona dan wibawa.

"Baru tiba Pak Ganesh."

Anggun menunjuk seseorang yang baru turun dari sedan hitam.  Pak GM segera menoleh kearah mata Anggun melihat. Ia melihat pak Wisnu berjalan mendekat, berbasa basi lalu kelimanya masuk kedalam ruang meeting untuk segera melakukan serah terima.

Setelah serah terima selesai mereka berbincang sejenak menikmati beberapa hidangan yang disediakan Puspa, kemudian semua tamu Anggun pamit dan gadis itu mengantar ke hall banking ketika sebuah suara berat menyapanya.

Love Bank / E-book / KaryakarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang