Sebelas

19K 1.2K 9
                                    

Anggun masih terdiam saat perjalanan pulang. Kali ini Gunadi memakai sopir saat menjemput Anggun. Ia berniat mengajak calon istrinya itu makan malam sekaligus merayakan hari ulang tahunnya. Tadi pagi ia sudah merayakan dengan istri pertamanya, tidak ada salahnya jika perayaan ulang tahunnya ditutup dengan merayakan bersama calon istri keduanya.

"Saya minta maaf atas kejadian tadi siang."

Gunadi membuka pembicaraan karena sejak masuk dijemput Anggun hanya terdiam. Anggun mengangguk sopan lalu Ia kembali memandang keluar jendela mobil. Menatap lampu-lampu warna warni yang menghiasi kota, ia sama sekali tidak berminat untuk membahas masalah tadi siang dengan Gunadi. Semua sudah terjadi kalaupun ada masalah dibelakang maka ia akan memperbaiki dan menerima konsekuensinya. Tapi Anggun berharap dia tidak mendapatkan masalah karena kelalaiannya dalam bekerja. Dia tidak ingin merusak imagenya sebagai best employee of the year enam tahun berturut-turut untuk posisi yang berbeda-beda.

"Kamu tidak ingin mengucapkan sesuatu pada saya?"

Gunadi masih berusaha mengajak Anggun bicara. Calon istrinya itu tampak betah sekali terdiam. Anggun kembali menoleh kearah Gunadi lalu menggeleng. Lelaki itu menatap Anggun dengan kecewa. Ia berharap Anggun ingat bahwa hari ini ulang tahunnya, tapi sayangnya gadis itu tidak memberikan apapun. Jangankan kado ucapan selamat ulang tahun saja tidak. Padahal semua anak buahnya dan orang-orang yang dikenalnya mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Bahkan Puspa sang office girl dikantor Anggun mengucapkan selamat ulang tahun. Gunadi berfikir calon istrinya itu masih marah karena kelancanganya mencampuri pekerjaan Anggun. Sebenarnya  ia bukan bermaksud dengan sengaja mencampuri pekerjaan Anggun. Ia tahu resiko dari perbuatannya dan dirinya tidak mungkin akan lepas tanggung jawab jika sesuatu yang buruk terjadi karena ulahnya tadi siang. Tiga ratus juta bukanlah uang yang banyak, itu pendapatannya satu jam dari salah satu usahanya, bahkan jika seandainya Anggun dikeluarkan dari kantor ia masih bisa memberikan gaji dan tunjangan sepuluh kali lipat dari apa yang diterima Anggun di Bank Centro. Ia tahu Anggun kurang sehat dan butuh istirahat, saat ini ia masih bisa melihat wajah pucat calon istrinya itu, karenanya ia sengaja tidak membangunkan Anggun yang tertidur tadi siang. Siapa sangka karena keputusannya itu Anggun jadi marah padanya.

"Kamu yakin?" Gunadi masih mencoba bersabar, sebenarnya tidak masalah Anggun tidak memberinya kado, dia hanya ingin diperhatikan dan dinomor satukan oleh Anggun. Ia ingin dirinya menjadi pusat Anggun, ia tahu Anggun gadis yang mandiri meski dia juga memiliki sifat manja. Sebagai anak tunggal Anggun mendapatkan banyak limpahan kasih sayang dan materi dari kedua orang tuanya. Belum lagi kakak jadi-jadian nya, Ganesha benar-benar memanjakan dan sangat protektif pada Anggun.

"Jangan mencampuri urusan pekerjaan saya. Pak Gun memang nasabah prioritas tapi bukan berarti bisa seenaknya sendiri. Saya rasa pak Gun mengerti mengingat pak Gun juga seorang atasan diperusahaan bapak."

Gunadi menatap Anggun, bukan kalimat itu yang ia tunggu.

"Pak, langsung pulang kerumah saya." Anggun memberi tahu sopir Gunadi. Lelaki itu terkejut dengan perintah Anggun pada sopirnya, ia sudah memesan tempat untuk makan malam romantis berdua dengan Anggun.

"Kita makan malam dulu."

"Saya mau pulang, saya lelah."

"Saya tidak akan membiarkan kamu pulang sebelum makan."

"Pulang pak." Anggun memaksa. Gunadi tetap meminta sopirnya pergi ke restauran yang sudah dipesannya. Anggun terlihat kesal karena sopir Gunadi lebih menuruti kemauan majikannya. Begitu sampai di restauran yang dimaksud Anggun bergegas turun dan masuk kedalam sebuah taksi yang mangkal dekat restauran. Tentu Gunadi terkejut dengan apa yang dilakukan Anggun. Lelaki itu masuk kembali ke mobilnya dan meminta sopirnya mengikuti taxi yang membawa Anggun. Gunadi masih berusaha menghubungi Anggun melalui ponselnya. Tapi setelah dering ketiga panggilannya dijawab operator yang memberi tahu bahwa nomor yang dituju sedang tidak aktif.

Love Bank / E-book / KaryakarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang