Dua belas

20.5K 1.3K 30
                                    

Semua persiapan acara pernikahan selesai seminggu sebelum akad dilakukan. Kekuatan uang benar-benar dibuktikan disini. Membuat acara yang  dipersiapkan tidak kurang dari dua Minggu itu berjalan lancar dan sukses. Semua prosesi adat dijalani Anggun dan Gunadi dengan penuh khidmat. Anggun memutuskan untuk mempercayakan perasaannya pada Gunadi Dharmahadi. Ia membuka hatinya untuk menerima Gunadi sebagai suaminya. Begitupun sebaliknya Gunadi juga memberikan hatinya untuk Anggun. Meski ada nama Gayatri tetapi semua itu tidak menghalangi perasaan cintanya pada Anggun. Tinggal puncak acara yaitu ijab qobul yang akan dilakukan esok hari. Rencananya ijab qobul akan dilakukan dirumah Anggun dan malamnya resepsi dilakukan di ballroom sebuah hotel.

"Papa gugup ya?" Gayatri menghampiri suaminya yang gelisah menjelang akad nikah keesokan harinya.

"Papa ngga bisa tidur, ma. Bagaimana kalau Anggun tiba-tiba membatalkan pernikahan ini. Aduuuhhh papa mumet."

Gayatri tergelak. Sepanjang dia mendampingi Gunadi baru kali ini ia melihat suaminya senewen dan serisau  itu dan semua itu karena wanita. Dahulu saat menikah dengannya Gunadi tidak serisau ini.

"Papa tenang saja, mama yakin Anggun tidak akan meninggalkan papa."

"Mama ngga cemburu papa nikah sama Anggun?"

"Mama bahkan lupa kapan terakhir cemburu sama papa."

Gunadi mengacak-acak rambutnya. Baik dirinya dan Gayatri sadar bahwa hubungan mereka beberapa tahun terakhir sudah seperti hubungan sahabat atau saudara. Tidak ada lagi rasa cinta yang menggebu-gebu, hanya ada rasa nyaman. Gunadi bahkan lupa apakah dia pernah mencintai Gayatri mengingat dari awal pernikahan mereka mereka seperti seorang sahabat daripada dua orang yang saling tergila-gila karena cinta. Kekurangan yang diderita Gayatri membuat dirinya memiliki kewajiban untuk melindungi istrinya itu dari orang-orang yang akan menyakiti bahkan memisahkan mereka.

"Menurut mama, apa Anggun bisa mencintai papa?"

"Mama yakin Anggun sudah jatuh cinta dengan papa, hanya dia belum menyadarinya. Papa harus sabar, bagaimanapun juga usia Anggun masih muda, harus pelan-pelan. Ibarat pasir kalau digenggam terlalu erat bisa jatuh perlahan untuk kemudian habis tidak bersisa."

"Aduuuhhh, jadi papa harus bagaimana ini?"

"Ayo istirahat saja. Besok papa butuh banyak tenaga."

"Papa benar-benar tidak bisa tidur ini, ma."

"Mama buatin susu hangat dulu, biar papa bisa tidur."

Kemudian Gayatri membuatkan segelas susu untuk suaminya. Tetapi karena terlalu kepikiran tentang pernikahannya Gunadi tetap tidak bisa tidur meski sudah meminum segelas susu.

"Ma, menurut mama, Anggun punya perasaan tidak sama kakak jadi-jadian nya itu?"

"Pak Ganesha maksud papa?"

"Iya."

"Anggun sayang sama pak Ganesha seperti adik pada kakaknya. Mama tidak melihat anggun tertarik secara seksual dengan Ganesha. Kenapa, papa cemburu?"

Gayatri mengulum senyum. Ia tidak menyangka suaminya akan menyebut Ganesha sebagai kakak jadi-jadian.

"Cemburu lah ma, seenaknya dia pegang-pegang Anggun, cium-cium Anggun meski itu dipipi  atau dikening  manjain Anggun, kalau lihat kakak jadi-jadian itu bawaannya pengen nonjok saja."

"Tugas papa itu membuat Anggun melihat dan tergantung sama papa bukan sama pak Ganesha. Papa harus bisa mengambil hati Anggun, tapi jangan terlalu cemburu dengan pak Ganesha juga, nanti Anggun malah benci sama papa. Anggun kan sayang banget sama kakaknya itu."

Love Bank / E-book / KaryakarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang