Tujuh belas

21.6K 1.2K 19
                                    

Gunadi baru saja menurunkan Anggun ketika ponselnya berbunyi. Dewangga menghubunginya. Lelaki itu meminta maaf dan ingin membicarakan tentang jual beli tanah. Dewangga masih berharap Gunadi tidak membatalkan niatnya membeli tanahnya, tapi sayang Gunadi tetap pada pendiriannya untuk tidak jadi membeli tanah milik Dewangga. Gunadi tidak akan memberi celah sedikitpun pada orang-orang yang akan memasuki hubungannya dengan Anggun. Cukup Ganesha saja yang berdiri diantara mereka, jangan ada Ganesha-ganesha lainnya. Satu Ganesha saja sudah membuatnya pusing, jangan ada lagi yang lain meski itu berkedok teman lama, teman kuliah ataupun kakak.

Gunadi menghubungi Junaidi agar stand by ditempat Anggun. Hari ini ia tidak bisa menjemput Anggun. Lagipula Senin sampai Rabu adalah jadwalnya menginap dirumah Gayatri. Sebenarnya Gunadi merasa berat meninggalkan Anggun, apalagi setelah malam dan pagi yang panas yang sudah mereka lalui. Tapi saat ini bersama Anggun juga bukan pilihan yang tepat. Ia harus meredakan kecemburuannya. ia tidak ingin membuat Anggun tidak nyaman dengan sifat posesifnya. Kadang Gunadi merasa heran, kenapa dengan Anggun ia begitu posesif, padahal dengan Gayatri dia biasa saja, entah kenapa ia sangat takut kehilangan Anggun. Mungkin karena Anggun lebih muda darinya, ia takut anggun berpaling dan meninggalkannya. Gunadi mendesah, ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika Anggun meninggalkannya , hanya Tuhan yang bisa memisahkan dirinya dan Anggun, tidak manusia tidak apapun.

Cintaku
Mas Gun, nanti saya pulang kerumah bapak ya. Pak Lik yang dari Sukabumi datang.

Saya
Iya yang. Nanti kalau sampai rumah kabari saya ya, yang."😘😘😘

Tidak ada balasan dari Anggun, tapi Gunadi tahu istrinya itu sudah membacanya. Gunadi bersyukur Anggun tidak dirumah sendirian. Kadang ia merasa cemas jika harus menginap ditempat Gayatri. Ia takut Anggun merasa kesepian dirumah. Junaidi dan istrinya Jumini memang bekerja dirumahnya dengan Anggun tetapi keduanya tidak tinggal di rumah yang sama dengan Anggun. Asisten rumah tangganya itu menempati paviliun yang ada di belakang rumah mereka.

Gunadi turun dari mobilnya bersamaan dengan Gayatri yang juga baru saja keluar dari mobilnya. Wanita tua itu mengernyitkan keningnya melihat tampang kusut Gunadi.

"Baru pulang, pa?"

"Iya. Mama dari mana?"

"Dari restaurant. Oh ya pa, malam ini papa nginap disini?"

"Iya, kenapa? Ini kan jadwalnya papa sama mama?"

"Sebenarnya mama harus ke Bandung sore ini. Butik mama yang ada disana ada masalah."

Gunadi menghembuskan nafas perlahan. Ia tidak kecewa karena Gayatri tidak bisa menemaninya. Ia biasa ditinggal Gayatri jika istrinya itu ada urusan bisnis diluar kota.

"Mau papa temani ke Bandung?"

Tawar Gunadi, Gayatri tampak berfikir sejenak. Ia butuh istirahat, jika Gunadi ikut ia harus menemani dan melayani Gunadi, suaminya itu tidak mungkin dibiarkan begitu saja. Bukan melayani dalam urusan ranjang tapi melayani semua keperluan dan kebutuhan Gunadi seperti makan dan apa-apa yang akan dipakainya.

"Kalau mama repot nanti papa nginep di tempat Anggun saja."

"Ngga apa-apa kan kalau papa nginep ditempat Anggun? Tenang aja, mama ga bakal minta ganti kok."

Gayatri tersenyum lembut. Ia tahu suaminya ini sedang puber ke dua dengan Anggun. Sedikit terlambat tapi tidak masalah baginya. Ia berharap Anggun segera hamil, dengan begitu Gunadi segera mendapatkan keturunan. Ia tidak suka Gunadi jadi pergunjingan saudara-saudara lainnya karena ketidakmampuannya memberikan keturunan. Meski Gunadi bersikap biasa saja, tapi dirinya tahu Gunadi merasa sedih dan hanya menyimpannya dalam hati saja.

Love Bank / E-book / KaryakarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang