Sepuluh

18K 1.2K 11
                                    

Persiapan pernikahan benar-benar melelahkan. Meskipun kata Gunadi semua sudah siap tinggal tunjuk saja tapi Anggun dan keluarganya tetap terlibat. Beberapa persiapan dilakukan oleh ibu Anggun dan Gayatri karena Anggun sibuk bekerja.

Gunadi
Nanti pulangnya saya jemput. 😘😘😘

Me
Iya pak Gun.

Anggun memijit pelipisnya. Entah kenapa ia merasa pusing. Persiapan pernikahan dan pekerjaan menumpuk membuatnya kelelahan. Hari ini ia memaksa bekerja karena akan cuti saat pernikahannya nanti. Hari ini bertepatan dengan ulang tahun Gunadi. Ia sudah mempersiapkan hadiah untuk calon suaminya. Meski bukan hadiah mahal tapi cukup pantas untuk seorang Gunadi Dharmahadi.

"Mbak Anggun, sakit?"

"Agak lelah, Puspa. Bisa saya minta teh hangat, agak manis ya."

"Baik mbak. Mbak, hari ini pak Gun ulang tahun ya?"

"Iya, kenapa, Puspa?"

"Ibu Gayatri ngirim paket makan siang."

"Oh. Ya sudah dinikmati saja."

"Mbak Anggun sudah nyiapkan hadiahnya?"

"Sudah. Bisa tolong dibuatkan sekarang Puspa, teh saya?"

"Eh iya mbak." Puspa segera berlalu dari ruangan Anggun. Sepeninggal Puspa, Anggun kembali memijat pelipisnya. Ia bersandar dikursinya dan memejamkan matanya. Ponselnya berdering dan nama Ganesh muncul disana.

"Ya mas?"

"Kamu sakit?" Ganesh langsung bertanya ketika Anggun menjawab teleponnya. Kadang Anggun heran dengan Ganesh, lelaki itu seperti saudara kembarnya saja. Ia selalu tahu kapan Anggun senang, sedih, ataupun kesulitan.

"Ngga mas, cuma capek."

"Mas kirim vitamin ya."

"Ngga usah mas, masih ada kok."

"Diminum dek, jangan sampai tumbang pas pernikahan, ngga lucu kan?"

"Iya nanti aku minum."

"Jangan mikirin kerjaan juga. Cabang kamu kinerjanya masih bagus. Agak santai dikit tidak masalah. Jangan terlalu diforsir."

"Target tahunanku belum tercapai mas."

"Ga masalah, masih ada beberapa bulan lagi kan. Terkejar lah."

"Mas kirim makan siang ya."

"Ngga usah mas, ibu Gayatri sudah kirim makan siang."

"Oh, ya udah. Jangan lupa makan dan minum vitamin dek. Mas mau makan siang dulu. Take care."

"Iya mas. Take care juga."

"Pak Gun, mbak?" Puspa bertanya seraya membawa segelas teh hangat dan makan siang untuk Anggun.

"Bukan. Terima kasih ya Puspa. Yang lain sudah makan semua kan, ngga ada yang terlewat?"

"Pas, mbak. Pak Gun ngga kemari mbak?"

Love Bank / E-book / KaryakarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang