16

1.1K 109 7
                                    

Jin menatap Seulgi dari kejauhan yang sedang mempersiapkan cokelat hangat untuk mereka semua.

Apa aku salah? pikirnya.

Jin tersenyum kecut. Ia tahu salah namun selalu bertanya berkali-kali perihal itu.

Dia merasa berhak atas Seulgi karena ia yang lebih dulu kenal dengan Seulgi.

Namjoon menangkap tatapan Jin. Ia segera menghampiri sahabatnya itu sebelum Jimin melihatnya.

"Hyung.. kenapa disini? ayo kumpul dengan mereka"

Jin menggeleng. Ia memilih menghampiri Seulgi. Membuat Namjoon dan yang berada diruangan menjadi sedikit tegang.

"Apa ini sudah siap?"

Seulgi menoleh dan tersenyum riang.

"Ne oppa! Silahkan ambil"

Jin tersenyum dan berniat membawa secangkir cokelat panas itu menuju kamarnya.

"Hyung tidak bergabung?"

Jin menoleh. Mendapati Jungkook yang menatapnya bingung.

"Aku sedang tidak enak badan"

Mendapat respon dari para sahabatnya, Jin melanjutkan langkahnya meninggalkan ruang tengah villa itu.

Jin termangu. Ia duduk sambil menatap bintang di langit malam itu.
Pikirannya jauh mengingat bagaimana dulu Seulgi selalu tersenyum padanya. Meminta tolong padanya. Bermanja-manja dan menangis padanya. Walaupun hanya sebagai sahabat. Jin merindukan itu. Ia bahkan rela menolak banyak wanita yang memberinya cinta demi sahabat beruangnya itu.

Jin menghela nafasnya.

Bahkan cokelat panas itu membuatnya kembali mengingatkan dirinya tentang Seulgi yang selalu membuatkan cokelat panas untuknya saat cuaca dingin.

"Kenapa aku begitu mencintaimu"

Dering ponsel Jin berbunyi. Tertanda telfon dari sang ayah dilayar ponselnya.

"Ye aboji?"

"....."

"Baiklah"








Jimin terlihat sangat gelisah. Setelah ibu nya menelfob dan mengatakan bahwa ayahnya masuk rumah sakit, Jimin menjadi was was. Seulgi yang menyadari itu pun langsung menghampiri Jimin.

"Ada apa Jim?"

Jimin menoleh. Menatap sendu Seulgi. Bahkan Jimin memeluknya.

"Maafkan aku.. aku harus ke korea"












Seulgi memandang punggung Jimin sendu. Namun ia tak harus sepertu itu. Ayah Jimin sakit dan Jimin harus kembali untuk menemani sang ayah. Dan Jimin tak mengizinkan Seulgi ikut karena ia tak ingin mengacauman liburan untuk Seulgi.

"Ayo Seulgi"

Wendy menarik lengan Seulgi. Mereka berjalan meninggalkan bandara dengan hening.







Jin masih setia duduk menemani Seulgi yang menyiapkan sarapan untuk para anggota. Padahal Seulgi sedang bersama Irene, tapi sepertinya yang hanya dapat menguasai Jin adalah Seulgi.

"Oppa! Awas matamu jatuh!"

Teguran dari Joy membuat Jin kaget dan menatap kesal Joy. Sedangkan Joy hanya tertawa geli melihat ekspresi tertangkap basah Jin.

"Kemana kalian hari ini?"

"Macam-macam eonni. Apa mau bergabung bersama kami?"

Seulgi lantas menggeleng dan tersenyum.

"Kebetulan eonni ingin berbelanja saja Joy"

"Sendiri?"

Pertanyaan Irene dijawab dengan anggukan.

"Akan ku temani"

Ketiga wanita disana mengangkat wajahnya. Menatap Jin tak percaya.

"Ah.. tidak usah oppa. Tak apa alu sendiri"

"Apa kau masih ingin mencari masalah dengan Jimin?

Suara dingin itu membuat Jin tersenyum getir. Ia berbalik arah dan mendapati Suga yang telah berdiri dengan tangan yang ia masukkan ke kantong celana nya.

"Apa yang ku lakukan?"

Suga mendecih. Menatap malas Jin yang kini bersikap tak perduli pada komentar orang.

"Seulgi itu sahabatku sebelum aku mengenal kalian. Aku sudah seperti oppa baginya. Wajar kalau aku ingin menemaninya karena kebetulan Jimin sedang tidak bisa"

Jin berjalan meninggalkan pantry dan berhenti sejenak.

"Dan jika kalian mau bergabung silahkan. Lagipula Seulgi tak menjawab tawaranku"

Keheningan melanda. Suga menatap kepergian Jin nyalang.













Jimin merasakan hatinya di lempari benda tajam. Menyakitkan. Mendengar penjelasan dari sang ibu tentang kondisi keluarganya.

"Tolong. Jauhi dia demi kelangsungan hidup ibumu ini"

"Baik bu"












Seminggu berlalu dengan sangat cepat. Kini Seulgi merasa bahagia bisa bertemu dengan Jimin lagi. Karena pria itu mengajaknya berjumpa setelah tau ia pulang.

"Kau mau kemana?"

Pertanyaan Joy membuat Seulgi menoleh.

"Menemui Jimin"










Keheningan melanda. Seulgi pikir Jimin akan memeluknya setelah sekian lama tak bertemu. Tapi pria itu malah menjadi dingin. Dan satu lagi. Ia membawa seorang wanita.

"S..siapa dia jim?"

Wanita itu hanya menunduk.

"Calon istriku. Aku akan menikah. Dan aku harap kita selesai sampai disini"

Seulgi membelalakkan matanya tak percaya. Apa ia bermimpi? Sungguh?

"J..jim apa maksudmu?"

"Kita putus Kang Seulgi"

Jimin berdiri. Menarik seorang gadis yang masih bungkam untuk meninggalkan Seulgi.

Seulgi tak tinggal diam. Ia berhasil menarik lengan Jimin.

"J..jim jangan lakukan ini. Aku mencintaimu. Sungguh! Aku sangat mencintaimu!"

Jimin mengalihkan pandangannya. Ia tak dapat melakukan apa-apa lagi.
Namun tiba-tiba matanya terbelalak saat melihat Seulgi berlutut di hadapannya.

Oh. katakan bahwa Seulgi gila! Ia mengemis kepada Jimin didepan publik!

"Aku mohon maafkan aku jika aku membuat kesalahan! Jangan tinggalkan aku Jim"

Seulgi tak henti-henti nya menangis. Ia bahkan memohon dengan menyatukan kedua telapak tangannya dan mengusap satu sama lain.

Kini tangannya beralih kepada kaki seorang gadis yang tak dapat menahan iba nya.

"Nona kumohon izinkan Jimin bersamaku. Kumohon!"

Sungguh! Tidak ada respon apapun dari keduanya. Dan Seulgi benar-benar hancur saat itu.




 [PJM X KSG] We Just Broke Up! (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang