- bintang 35 -

58 2 0
                                    

Cindy duduk di tepian jendela kamar. Menatap nanar luar kacanya. Matanya sendu. Meratapi nasibnya; terulang lagi.

Sore itu, usai Leon masuk ke kamarnya juga setelah ia tidak sadarkan diri, suara Leon menggebu-gebu. Hingga akhirnya kecurigaan muncul pada Bastian yang tidak sengaja melintasi kamar Cindy. Kebetulan Tuhan sedang sedikit baik padanya, ia masih bisa terselamatkan oleh Bastian yang langsung menghajar Leon saat masuk dan melihat Cindy sudah pingsan di atas kasur dan dia yang duduk asal disamping Cindy.

Cindy diam. Meringis tiap kali mengingat itu.

Dulu, waktu itu pun begitu. Ia masih belum bisa bertemu orang lain, setidaknya satu atau dua minggu. Ada trauma sendiri bagi gadis itu.

Entah ini baik atau sama sekali tidak baik, ia sama saja seperti sedang mengulang kejadian yang sama. Memutar ulang memori dimana ia berada di dalam mobil Leon, dan hujan turun lebat pada malam tersebut.

Suara dering ponselnya membuat ia menoleh. Benda pipih yang ia letakkan di atas meja belajar itu beraksi dengan suara panggilan telepon.

"Halo?" Cindy mengangkat.

Satu detik, dua detik, sampai.. "Ndy, lo gak masuk sekolah ya?"

Suara Arga?

Cindy menjauhkan ponselnya sebentar dari telinga, membaca ternyata memang Arga yang memanggilnya.

"Masih nyambung kan? Hei?"

Cindy tersentak. "I-iya, masih kak,"

"Udah seminggu ya gak sekolah? Manda sama Shafira tadi nanyain gue, mereka khawatir katanya. Mereka bilang tiap kali mereka telephon lo, gak pernah di angkat. Chat di Line juga gak dibales. Katanya mereka udah ke rumah lo, tapi satpam lo malah bilang lo gak ada." Cindy menyimak. "Are you oke, Ndy?"

Ditanya begitu, Cindy rasanya ingin menangis.

"Ndy?"

"Aku gak kenapa-kenapa. Cuma lagi gak bisa ketemu orang dulu aja." jawab Cindy lugas.

Arga disana sepertinya tersentak, ucapan Cindy sedikit panjang dan seperti membentak.

Cindy diam, menggigit bibir bawahnya. Matanya hampir menangis, lagi.

"Oke, kayaknya lo lagi gak mau diganggu. Yaudah, gakpapa. Gue juga lagi di sekolah, mau ke ruang musik abis ini." Arga membuat Cindy tidak enak hati, "Kalau gitu udah dulu ya, Ndy. Semoga cepet sembuh."

Usai sambungan panggilan suara terputus, Cindy meletakkan ponselnya asal. Ia kembali menangis untuk kesekian kalinya. Dadanya sesak, disaat begini ia sepertinya hanya butuh satu orang.

Tuang Bintang-nya.

-CeritaNiko-

Arga berada diatas rooftop. Ia baru sadar Cindy tidak masuk kemarin, padahal sudah hari ke lima. Mungkin karena faktor ia terlalu sibuk mengurus Cup bersama rekan OSIS lainnya.

Selesai sambungan teleponnya dengan Cindy, Arga memasukan kembali ponsel android-nya kedalam saku celana. Arga merasa Cindy agak beberbeda.

Saat kakinya menuruni langkah tangga menuju lantai satu, ia menemukan Niko dari arah berlawanan. Tapi nampaknya Niko tidak menyadari karena ia menggunakan earphone dan sedang melihat ponselnya.

Arga melewati Niko, tapi perasaannya sedikit aneh. Entah kenapa dia merasa Niko tau jawaban tentang Cindy.

"Nik!" Arga kembali mengejar Niko yang sudah berjalan berlawanan.

Cerita Niko [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang