- bintang 58 -

72 0 0
                                    

Niko sampai dirumahnya setelah beberapa lama berdiam diri di atas rooftop. Ia merasa sedikit tidak enak badan hari ini, dia duga ini penyebab dari tadi malam tidur pukul dua pagi karena menonton siaran bola bersama ayahnya hingga lupa waktu.

Cowok itu merebahkan tubuhnya di atas kasur. Kata si bibi ibunya belum pulang, tadi pamit mau ketemu teman. Sementara ayahnya pastilah masih dikantor, mengingat sekarang baru pukul lima sore.

Niko membuka applikasi Line. Ada banyak notifikasi dari teman-temannya.

Dia membuka satu nama.

Dafka.

nyet, besok pagi jemput gue
mau gak?

motor gue mogok.

sama nyokap gak boleh benerin
sebelum nilai sosialogi gue naek.

tae lah.

Tidak dibalas. Hanya dibaca oleh pemuda itu. Niatnya mengganti pakaian sebelum mandi ia urungkan ketika melihat satu nama yang tertera dibawah nama Dafka. Itu pesan dari pacarnya.

Mentari.

kak, maaf tadi gak bareng.

pas istirahat aku cari kak Niko,
tapi gak ada.

kakak gak marah kan?

Pesan itu juga sama, tidak Niko baca. Kepalanya begitu penat. Bahkan untuk berpikir kalau dia merasa cemburu saja sudah tidak bisa, dia butuh obat sakit kepala untuk meredakan pusingnya. Mungkin sedikit teh hangat agar tubuhnya merasa lebih baik.

Ah, yang jelas pesan lain yang menurutnya tidak begitu penting belum ia baca. Pemuda itu mengganti pakaiannya dan turun ke lantai satu untuk mengambil obat dan tiduran di ruang TV. Dia rasa lebih baik dari pada membaca layar kursor.

-CeritaNiko-

Pukul setengah tujuh malam pemuda itu baru terbangun, berkat suara si bibi yang membangunkannya bilang bahwa sekarang sudah waktunya sholat magrib. Kalau boleh bilang, Niko ingin mengucapkan terimakasih banyak ke si bibi, karena bagaimanapun juga tidur di waktu maghrib itu sama sekali tidak baik.

Setelah sholat, kepalanya mulai lebih baik dari pada sebelumnya. Lagi-lagi si bibi mengetuk pintu kamarnya, bilang kalau ada telephone dari teman Niko yang menghubungi lewat telepon rumah.

"Halo?" Niko menyapa penelepon yaitu setelah dia duduk disebelah kabel.

Yang telephone diam, hampir saja Niko menutup sambungan telepon itu.

"Kak." ternyata Mentari-nya.

Niko diam.

"Aku chat juga dibaca, aku telephone juga gak diangkat." katanya. Niko baru ingat kalau dia ketiduran di depan TV.

"Marah ya?"

Cowok itu masih diam. Yang ada diotaknya adalah; siapa Farel?

Cindy juga sempat diam disana. "Tadinya aku mau pulang sama kak Niko. Tapi.."

"Yaudah gapapa." kata Niko memotong.

Cindy diam disana.

"Dia sepupuku." ujar Cindy tanpa ditanya. Niko mendengarkan. "Baru pindah. Tadi pagi baru masuk."

Cerita Niko [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang