Ketiganya tak menunggu lama untuk saling menyerang. Yoongi mengunci lengan Jimin dengan kakinya, sedangkan Taehyung tak bisa bergerak karena dipukul telak di tengkuk. Mereka sudah babak belur di sana-sini. Pun dengan pakaian yang beberapa sudutnya robek tak terselamatkan.
Yoongi meludah mengeluarkan darah yang ada di mulutnya. Gusinya sobek sebab kena bogem mentah Kim Taehyung beberapa menit lalu. Jimin meringis sakit, lengannya tak bisa digerakan sama sekali.
"Kalian lemah. Aku menang. Jadi, untuk penutup, biarkan kubuat kau makan dengan tangan kiri."
Setelahnya, hanya ada bunyi patah menyakitkan dan teriakan nelangsa Jimin. Tangannya dipatahkan dengan kekeh senang dari bibir Yoongi. Taehyung mengumpat di bawah napasnya yang tersengal. Tak bisa berbuat banyak karena sendinya mendadak kaku.
Darah di kepala pria Kim mengucur deras lantaran Yoongi juga memukulnya di bagian pucuk kepala. Sejak tadi, ia pusing bukan main. Hendak kehilangan kesadaran kalau tak ingat Jimin sendirian melawan keparat Min.
"BANGSAT!"
Taehyung mengeluarkan semua tenaga yang ia punya, menindih kaki kiri Yoongi dengan badannya yang berat. Yoongi menendang-nendang udara mencoba lepas. Taehyung tertawa kemenangan, ia pegangi kaki Yoongi erat-erat.
"LEPAS, BAJINGAN! AKU TAK INGIN MEMBUNUH KALIAN BERDUA SEKARANG!"
Taehyung tak mendengar. Ia patahkan juga kaki kiri Yoongi dengan sisa dayanya. Yoongi berteriak kesakitan, menendang Taehyung begitu keras hingga sang pria menubruk tumpukan jerigen minyak kosong di belakangnya.
"MATI KAU!"
Tumpukan itu jatuh tepat di punggung Taehyung yang sengsara. Jimin berteriak melihat Taehyung, sedangkan Yoongi berusaha bangkit dan kabur dari sana dengan langkah tertatih payah.
"AKAN KUPASTIKAN MEMBUNUH KALIAN BERTIGA!"
Yoongi berhasil kabur. Jimin tak pedulikan rencana awalnya membunuh pria Min itu. Ia kalang kabut menghampiri Taehyung yang tak sadarkan diri.
"Tae! Taehyung! Bangun!"
Jimin memeriksa napas Taehyung yang lemah. Ia memukul lantai marah. Bersusah payah menggotong Taehyung dengan satu tangan sembari meringis ngilu akibat perbuatan Yoongi pada lengannya.
"Sialan. Pemuda itu tak bisa disepelekan," gumam Jimin yang sudah menjalankan mobilnya menuju rumah sakit utama markas. Ia berkendara dengan satu tangan bersama desis sakit di sepanjang perjalanan.
Jimin melirik Taehyung sekilas. Hatinya sakit melihat pemuda serampangan di sampingnya tak sadarkan diri. Ia jelas paham hal mengerikan apa yang bisa terjadi karena kepala Taehyung terluka.
"Maafkan aku, Tae. Aku janji rasa sakitmu akan kubalaskan. Namun, hal pertama yang harus kita bereskan adalah amarah Jasmine."
Jimin mengembus napas gusar, pandangannya jauh memikirkan balasan yang akan mereka dapat karena diam-diam bertindak di belakang Jasmine. Jimin tak masalah jika dipukuli hingga hampir mati oleh Jasmine. Jangan sampai gadis itu menyalahkan dirinya sendiri. Tidak. Jimin tak pernah suka melihat Jasmine menangis. Cukup saat kematian Jungkook saja gadis itu terpuruk.
"Kau tahu kan seberapa besar rasa pedulinya pada kita, Tae. Aku takut ia menyalahkan dirinya seperti dulu."[]
Siap-siap hati kalian goyah.
Kamu pilih yang mana?
Manis? Gentle? Apa serampangan? Wqwq.
KAMU SEDANG MEMBACA
ɓɭɑck cɑt. [ ɱiɳ yѳѳɳgi ] ✔
Fanfiction[[ Cʀᴏɪʀᴇ Cʟᴜꜱᴛᴇʀ Pʀᴏᴊᴇᴄᴛ ]] jαsmínє tαk pєrnαh tαhu síαpα sσsσk sєвєnαrnчα príα pucαt чαng kєrαp mαmpír dαlαm hαrí-hαrínчα. lαntαs sααt αkhír dαrí sєgαlαnчα mulαí tєrkuαk, íα tαhu вαhwα príα pucαt dєngαn αntusíαsmє mєndєkαtí mínus ítu íαlαh mαlαíkα...