010

760 142 9
                                    

Aku mungkin sudah hilang akal karena menerima ajakan duo tak waras ini untuk berlatih. Kami bertiga berdiri di atas dinding tinggi yang di bawahnya berisi puluhan budak dari berbagai negara. Mereka semua dijadikan sarana berlatih oleh orang-orang haus darah seperti Jimin dan Taehyung.

Kalau aku selalu menggunakan ruang latihan biasa karena memang tak segila mereka. Tapi, kali ini aku terpaksa setuju dengan ajakan Taehyung. Aku dibuat penasaran dengan si black cat yang rumornya dewa kematian bagi penjahat seperti kami.

"Sudah menyiapkan pistolmu, manis?" Taehyung tersenyum miring padaku. Di tangannya sudah ada pistol kesayangannya, Smith & Wesson 500 Magnum.

 Di tangannya sudah ada pistol kesayangannya, Smith & Wesson 500 Magnum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tampilannya benar-benar menggambarkan Taehyung yang suka hal klasik. Seleranya memang kuno.

Namun, pistol itu dikenal tak hanya karena keakuratannya. Revolver itu juga bisa meledakkan orang yang ditembaknya. Benar-benar psikopat dan aku sudah hafal sifatnya.

Aku mencoba mengambil Colt 1911 milikku.

Aku suka pistol ini karena ringan, tapi tetap mematikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku suka pistol ini karena ringan, tapi tetap mematikan. Apalagi, tampilannya begitu elegan dan tegas.

Taehyung sudah membidik targetnya saat kulihat Jimin membersihkan pistolnya dengan sapu tangan. Dia memang lelaki higienis.

Desert Eagle di genggamannya ia arahkan juga ke salah satu dari budak yang meraung-raung di bawah sana.

Desert Eagle di genggamannya ia arahkan juga ke salah satu dari budak yang meraung-raung di bawah sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dor!

Dor!

Peluru mereka mengenai dua orang di bawah sana. Satu mengenai dada dan membat tubuhnya hancur berantakan, sedangkan yang satu lagi tembus melewati tengkorak kepala dan meledak di luar tubuhnya.

Aku melirik Taehyung dan Jimin yang menyeringai. Merasa kasihan pada dua orang tak bersalah tadi.

"Ayo, giliranmu, J!"

Aku mendengus pada Taehyung yang seenak jidat menaikkan alisnya, menantang.

Jimin di sebelahnya hanya tersenyum angkuh. Mereka berdua menatapku tajam.

Oke, mereka tahu benar aku paling benci membunuh orang-orang tak bersalah.

"Maafkan diriku ini, Ya Tuhan," gumamku sambil memejam.

Dalam hitungan ketiga, peluruku sudah meluncur menembus dada salah satu di antara orang-orang di bawah kami.

Aku mengembus napas berat. Membuka mata dan langsung menghujam Taehyung dengan tatapan membunuh.

"Beri tahu aku sekarang atau pistolku mengarah ke kepalamu, V."[]

ɓɭɑck cɑt. [ ɱiɳ yѳѳɳgi ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang