Part 5. Kesedihan Sarah

2.7K 119 4
                                    

~Visualisasi Sarah~Deuhhhh babang dokterrr, punya istri cantikk kek gini kok dianggurin siihh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Visualisasi Sarah~
Deuhhhh babang dokterrr, punya istri cantikk kek gini kok dianggurin siihh....

Dani + Sarah duuhh anak e kayak apaaaa cakepnya ntar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dani + Sarah duuhh anak e kayak apaaaa cakepnya ntar ..

Eh emangnya Dani mau menyentuh Sarah??? Cekidot kuyyy..

Sinar matahari masuk menerobos melalui vitrase dibalik gorden warna satin yang membentang lebar. Sarah menggeliat malas dengan mata bengkak. Semalaman ia menangis dan baru bisa tidur nyenyak setelah salat subuh. Sarah banyak merenungi apa yang diucapkan papanya dan ia merasa ada yang tak beres pada pernikahannya. Juga sikap Dani yang sangat baik, namun belum pernah menjamahnya. Bukankah laki-laki normal harusnya tak bisa tenang melihat istri 'nganggur' di kamar? Seperti ucapan teman dosen di ruang kerjanya beberapa waktu silam.
Berbagai pertanyaan berlompatan diotaknya namun ia gagal menemukan jawabannya. Ia butuh teman bicara yang dapat dipercaya.
Setelah cuci muka, Sarah membuka hp. Dibacanya WA dari mamanya.
"Sarah, mama pulang dulu ya karena papamu lupa ternyata ada janji sama mandornya. Tadi mama mau bangunin kamu, gak jadi. Baik2 sama Dani ya, Nduk. Setiap rumah tangga pasti ada ujiannya. Kamu yang sabar, kalian masih pengantin baru. Nanti kalo kamu dah bangun, kompres matamu pake air dingin, biar kamu gak keliatan bengep pas ngajar" begitu pesan mama.
Kemudian Sarah membuka chat lainnya dari suaminya. Di daftar kontak hpnya, Sarah masih menyimpan dengan nama "Dokter Dani".
[Sarah, aku berangkat dulu. Aku ada ops pagi. Di meja makan aku udah bikin nasi goreng buat kamu. Text me kalo km udah di kampus, nanti pulang aku jemput. Have a nice day]
Sarah terduduk lagi. Betapa baiknya sikap suaminya dan ia yakin siapapun perempuan yang diperlakukan seperti ini pasti akan leleh. Sarah begegas mandi kemudian berangkat ke kampus, namun tujuannya tidak langsung ke FIKOM, melainkan ke Fakultas Psikologi. Sarah ingin menemui seseorang.
***
Sarah menepikan mobilnya di halaman Fakultas Psikologi yang rindang. Kemudian dikeluarkan hpnya, ia lihat tak ada chat WA lagi dari suaminya. Suaminya terakhir online pukul 7 pagi tadi. Sarah pun enggan membalas chat dari Dani karena ia sendiri merasa bingung, sedih, kecewa, sakit hati, semua bercampur menjadi satu.
[biarin deh, males bales. Biar dia mikir sendiri] batin Sarah dalam hati.
Sarah kemudian masuk ke lobi Fakultas Psikologi, dan tak lama kemudian, sosok yang ditunggu muncul. Perempuan berambut sebahu dengan potongan layer dan cat rambut kecoklatan style balayage ini menyambut Sarah dengan ramah. Dialah Erlita, sahabat Sarah sekaligus roommates Sarah semasa menempuh studi di Australia. Sarah dan Erlita satu kampus, namun beda jenjang dan fakultas. Erlita mengambil doktoral sedangkan Sarah master. Takdir menyatukan mereka kembali keduanya mengajar di kampus yang sama.
"Piye, onok opo? Kok kocomotoan ireng barang?" Tanya Erlita spontan ketika memperhatikan detail penampilan Sarah. Tak biasanya Sarah pakai kacamata hitam bila ke kampus.
"Kita ngobrol dimana, Mbak Lit?"
"Di ruanganku aja,aku lagi free kok. Gak ada jam sampe nanti jam 2 siang. Ayo" . Kedua wanita itu lalu berjalan menuju lift ke lantai 3 ke ruangan Erlita.
Di dalam ruangan itu, Sarah duduk dengan santai bersisihan dengan Erlita. Erlita mengeluarkan minuman dingin dari kulkas kecil di ruangannya. Erlita lebih tua 2 tahun diatas Sarah, sudah lama menikah namun belum memiliki anak.
"Hayo... ada masalah ya sama pak dokter ganteng?" Tanya Erlita. Sebagai psikolog yang sudah berpengalaman, Erlita bisa mengenali gerak-gerik Sarah. Terlebih ketika Sarah membuka kacamata. Mata Erlita terbelalak.
"Ya Allah lha kok koyok ngene, Cah Ayu..... Kamu nangis berapa liter semalem? Minum dulu, trus cerita pelan-pelan santai aja... Gak ada orang disini selain aku" kata Erlita.
Pelan-pelan Sarah menceritakan semua yang ia rasakan dan ia temukan di rumah pada Erlita. Sarah merasa jauh lebih ringan dan lega. Erlita yang bijak tak langsung menjustifikasi, namun ia merasa ada yang tak beres dengan pernikahan sahabatnya itu.
"Jadi... kamu ini masih perawan sampe sekarang, Sar?"
"Iya, Mbak. Masih utuh segelku. Masak Mbak gak percaya" jawab Sarah polos. Erlita malah tertawa. Tentu saja ia percaya sebab ia mengenal Sarah sebagai pribadi yang solihah
"Udah 3 bulan ya padahal.. kalian sekamar, setiap hari ketemu. Jujur aja, dulu waktu aku manten baru, kamu tahu, Sarah, setiap hari rambutku basah. Suamiku gak bisa santai lihat aku. Selalu menerkam terus. Yaaa memang normalnya seperti itu" kata Erlita.
"Apalagi laki-laki, Sarah. Lihat istrinya pake baju minim aja bisa ereksi. Pengantin baru pula" sambungnya.
"Berarti.... apa suamiku gak normal, Mbak? Alias belok gitu?" Tanya Sarah sambil menggerakkan jari telunjuk nya menyerupai tanda kutip.
"Hmm.... aku nggak bisa menyimpulkan, sebelum ketemu dengan suamimu, Sarah. Kalau aku pakai alat tes, pasti nanti kelihatan jawabannya"
"Tapi mas Dani baik banget mbak... Dia nggak pernah kasar sama aku. ATM dia aja aku yang disuruh pegang, sejak seminggu abis akad. Dan selama tiga bulan ini, selalu di refill terus sama mas Dani dengan jumlah yang cukup besar dan dia memastikan 'kurang nggak?'. Mas Dani punya banyak aset, Mbak. Bahkan sekarang dia baru bangun villa di daerah Pacet sana, dia kasih nama 'Saravilla' , artinya villa nya Sarah" kata Sarah.
"Hmmm.... yaa justru itu, Sarah. Suamimu memang baik, kalau melihat dia bersikap seperti itu tandanya dia sudah percaya dengan kamu dan menganggap kamu sudah bagian dari hidup dia, tapi, sepertinya memang ada masa lalu yang belum selesai atau masih membayangi dia" terang Erlita.
"Trus aku harus gimana, Mbak? Terus terang saja aku bingung dengan perasaanku saat ini. Aku terpesona dengan ketampanan mas Dani, kesopanan dia, sikap santun dia yang nggak pernah ngomong nada tinggi sama aku. He treat me like a queen" Sarah kembali terisak.
"Saranku, coba kamu cari tahu siapa Farid itu, Sar. Soalnya kalau sampai mengigau dan menyebut nama itu, biasanya sosok itu yang sangat dipikirkan. Kamu tetep santai dan ikuti kata hatimu. Feeling seorang istri itu biasanya tajem loh" tutur Erlita. Sarah mengangguk tapi ribuan tanda tanya di otaknya masih tak jelas. Bayangannya tentang pernikahan ideal serasa kabur.
***
Sarah memilih tetap di kampus hingga jam 5 sore. Seluruh penjuru fakultas sudah mulai sepi hanya ada satpam yang berkeliling dan office boy yang mulai mengecek kelas dan kantor kemudian mengunci satu persatu. Beberapa dosen masih ada di ruangan prodi masing-masing karena lembur mempersiapkan akreditasi. Segelintir mahasiswa masih tinggal di lobby memanfaatkan wifi fakultas. Sejak selesai bimbingan skripsi pada 5 mahasiswanya pukul 3 sore, Sarah masih tak beranjak dari ruangannya. Berulang kali Dani menelpon Sarah dan chat WA nya, namun tak satupun dibalas Sarah. Kini Sarah memikirkan apa arti dirinya sendiri dalam pernikahan ini.
Tiga bulan pernikahan tanpa persetubuhan, bahkan menyentuh dengan cinta pun tidak, apakah bisa disebut pernikahan yang normal?, berulang kali pertanyaan itu hadir.
17.05
[Sarah, kamu nggak ada di rumah? Kamu dimana? Aku sudah pulang. Tadi aku ke kampus katanya kamu dah pulang]
17.07
[Aku tahu aku mengecewakanmu, maafkan aku. Tapi kembalilah]
17.15
[Aku malu sama mama dan papa kalo aku gak bisa jaga kamu]
Sarah menggeleng lesu. Dibiarkannya panggilan dan chat terus bersahutan. Untuk apa juga mencarinya kalau memang tidak cinta?. Sarah putuskan setelah salat Maghrib di kampus nanti ia ingin pergi ke rumah tantenya di kawasan Surabaya Selatan. Sungguh ia sedang tak ingin melihat sosok Dani yang baginya penuh misteri. Sarah kirim pesan chat WA ke tantenya mengabari setelah maghrib akan ke rumah tantenya
Pukul 17.30 tepat adzan berkumandang. Sarah bergegas ke musala fakultas. Rupanya disana masih ada salah seorang mahasiswa bimbingannya tadi siang.
"Loh, Bu Sarah kok belum pulang?" Tanya Delisha Nasution, si mahasiswa semester tua yang lagi getol bimbingan sebab ia sudah diultimatum orangtuanya di Medan agar lekas lulus.
"Iya nih, masih banyak kerjaan, ngoreksi bab 1-5 kalian itu luar biasa nih nguras tenaga. Kamu ngapain masih disini?" tanya Sarah
"Hehe, lagi nyari wifi, Bu. Soalnya dikosan juga lagi mati lampu. Oh iya, Bu. Tadi jam 4 an kayaknya ada yang ke sini nyari Ibu. Tadi pas saya di parkiran sih, Bu"
"Oh ya? Siapa memang?"
"Yang pernah nganter Ibu sampe ke depan ruang dosen itu lohh... suami Ibu ya? Yaah maaf, Bu. Tadi saya pikir Ibu abis bimbingan kami langsung pulang soalnya udah keliatan berkemas, makanya tadi saya bilang ke suami Ibu, kalo Bu Sarah udah pulang. Trus suami Ibu tadi juga langsung balik, masuk mobil" tutur jujur Delisha. Sarah manggut-manggut.
"Yaudah gakpapa. Saya solat dulu ya, Del"
Setelah salat maghrib, Sarah langsung mengambil barang-barang di ruangan dosen dan kemudian memesan taksi online. Fakultas semakin sepi, bunyi gemericik pantulan gerimis terasa makin pedih di hati. Sarah langsung menuju lift dan menekan tombol angka 1. Setelah keluar dari lift Sarah langsung ke menuju ke mobil taksi online yang sudah menunggu di parkiran lobby. Saat Sarah masuk ke dalam mobil, tanpa ia sadari sepasang mata dari balik mobil yang lain tengah mengawasinya.
[Oh.... jadi ini istrinya Dani .... Cantik memang, pintar juga... tapi aku juga berhak bahagia... kenapa bahagia hanya boleh dia miliki saja?].
***
Tante Wulan menyambut kedatangan keponakan tercinta dengan hangat. Di rumah Tante Wulan yang berada di kawasan perumahan elite dekat dengan Masjid Agung Surabaya ini hanya dihuni oleh Tante Wulan, Om Rahmad suaminya, dan seorang pembantu. Kesibukan Om Rahmad sebagai kontraktor yang kerap pergi ke luar pulau mau tak mau sering membuat Tante Wulan kesepian. Tante Wulan hanya punya satu anak, namanya Jingga yang sekarang masih kuliah di Singapura. Untuk mengisi kesibukan, Tante Wulan punya bakery yang tak jauh dari rumah mewahnya. Tante Wulan adalah adik kandung Bu Winarti, mama Sarah.
"Lho, kok dateng sendirian, mana pak doktermu, Nduk?" Tanya Tante Wulan sambil menuangkan minuman untuk Sarah.
"Masih sibuk, Tante. Padet terus jadwalnya di rumah sakit. Jadi aku kesini aja, udah lama juga nggak main kesini. Hehe. Emang nggak boleh aku kesini sendirian?"
"Yaaa boleh laaaah... nginep sini sampe berapa lama pun boleeeeeeh... kan tante juga gak ada temen. Tapi sekarang kan posisimu beda, Nduk. Kamu wis duwe bojo, manten anyar pula. Lagi hot-hotnya. Hihihi" goda Tante Wulan. Dulu semasa Sarah masih kuliah, biasanya weekend bila tidak pulang ke Malang, ia pindah tidur di rumah mewah Tante Wulan sekaligus perbaikan gizi. Dulu masiih ada Jingga di rumah sehingga wekend pun Sarah dan sepupunya sering hang out bareng.
Di meja makan sudah terhidang ikan gurame terbang, capcay dan sapo tahu. Sarah yang memang kelaparan sejak tadi siang perutnya kosong tak terisi langsung kalap menyantapnya.
"Bu...permisi, ada tamu di depan... nyari panjenengan" tiba-tiba Mbak Surti, ART kesayangan Tante Wulan menghampiri ke ruang makan. Tante Wulan terpaksa menghentikan makannya sejenak.
"Siapa, Mbak Sur? Orang bakery ta?"
"Sanes, Bu. Sinten nggih, kulo kok kesupen" kata Mbak Surti.
"Sarah, teruskan makanmu ya. Tante ke depan dulu" . Sarah tampak benar-benar menikmati makan malamnya. Untuk malam ini ia lupakan diet.
~Toh percuma aja kan aku diet, mau seseksi apapun mas Dani juga gak bakal nyentuh aku~begitu pikirnya.
Tak lama kemudian terdengar tawa renyah Tante Wulan disusul suara laki-laki yang sangat ia kenal. Kedua mata Sarah serasa hampir copot ketika melihat suaminya berjalan di belakang Tante Sarah. Tak bisa dipungkiri bahwa ia rindu tatapan mata tegas namun teduh itu. Dalam hati ia bertanya kok bisa suaminya sampai kesini? Seingatnya ia belum pernah mengajak Dani kesini sejak menikah tiga bulan lalu.
"Wis ayoo..makan sekalian. Sarah siapin makan suamimu ya. Masih ada tho lauknya? Kalo kurang tante tak ngebel anak bakery biar habis ini dibawain lauk. Kalian berdua nginep sini to? Besok kan hari Sabtu lho, kan kalian libur... besok pagi Om Rahmad pulang flight paling pagi dari Makassar jam 6 pagi" cerocos Tante Wulan. Tante Wulan kemudian meninggalkan Sarah dan Dani di meja makan berdua. Dalam hati Tante Sarah yakin bahwa ada pertengkaran kecil diantara Sarah dan Dani.
Sarah masih tak bergeming. Ia gerak cepat mengambilkan nasi dan lauk untuk Dani dengan harapan segera beranjak dari dapur ke kamar tamu yang terletak di sebelah ruang makan. Sarah berusaha sekuat mungkin agar airmatanya tak menitik saat tak sengaja kedua matanya bertemu dengan mata indah yang ia rindukan.
"Saraah...." Dani meraih tangan Sarah saat Sarah hendak pergi. Dani menahannya.
"Buat apa Mas kesini? Gak ada gunanya, Mas. Mas mau berlagak baik-baik saja di depan semua keluarga besar kita? Aku nggak tahu siapa kamu di masa lalu, Mas. Dan siapa saja mantan pacarmu. Tapi tolong, kalau Mas Dani masih mencintai mereka, tolong kembalikan saja aku pada papa" kedua mata Sarah basah. Ditatapnya kedua mata Dani yang menyiratkan kekhawatiran.
"Sarah, tolong beri aku kesempatan untuk bicara. Nggak seperti itu yang kamu pikirkan" Dani mengiba. Sarah melepas cengkeraman tangan Dani dan berlari ke kamar. Bodohnya lagi, Sarah terlambat sedetik memutar kunci sehingga Dani bisa menerobos masuk.
Di kamar tamu yang mewah dan luas ini mereka hanya berdua. Sarah sudah tak dapat lagi menyembunyikan tangisnya. Ada rasa kecewa namun juga cinta yang mulai tumbuh yang ia rasakan. Kurang baik apalagi Dani dimatanya, kecuali benar-benar menjadikannya sebagai 'wanita' seutuhnya.

"Ayo, Mas Dani mau ngomong apa?" Tantang Sarah.
"Aku cuma mau bilang, aku minta maaf, Sarah. Aku berupaya untuk belajar jadi suamimu dalam pernikahan ini. Beri aku waktu dan kesempatan"
"Kalau Mas tidak cinta aku, kenapa Mas kasih semua hartamu padaku, Mas? Apa kamu cuma ingin mempermainkan aku saja? Atau pernikahan ini hanya sebagai legalitas hitam diatas putih aja biar kamu kelihatan sempurna dimata orang? Dokter bedah, terkenal, kaya raya, sudah menikah. Itu kan definisi sempurna menurut pandangan sosial yang itu berusaha kamu capai, Mas? Bodohnya aku baru nyadar setelah tiga bulan aku jadi bonekamu!" Sarah menangis tergugu di pinggir bed besar berukuran king size keluaran Amerika yang terkenal super empuk itu. Dani mengusap wajahnya dengan kedua tangannya dengan wajah bingung. Tangannya melingkar di bahu Sarah kemudian mengusapnya lembut.
"Tolong jangan sentuh aku!! Lebih baik Mas ceraikan saja aku mumpung aku masih suci biar aku nggak jadi bekas untuk suamiku berikutnya!" Kata Sarah dengan nada tinggi. Sarah menggeser tubuhnya menjauhi Dani.
"Ya Allah .... Sarah ..." ujar Dani lirih. Dani benar-benar berada di tengah persimpangan yang tak jelas. Pergi dari rumah ini malah justru akan menimbulkan banyak tanda tanya oleh tantenya. Ia hanya bisa terdiam saat melihat Sarah menangis tergugu.

Hihihi.. siap siap yaaa
Next chapter bakalan banyak adegan 21++ nya
Hayo pasti suka kan kwkwkw
Gue gatau kenapa , konten panas gitu selaluh jadi pemersatu umat 😜

Cinta (Tak Pernah) Salah Jalan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang