Part 1. Takdir Pernikahan

7K 156 0
                                    

Cerita ini terinspirasi dari kisah seseorang. Banyak sekali bumbu adegan 21+ didalam cerita ini, namun tak sedikit pula hikmah yang bisa dipetik dibaliknya. Intinya, cinta tak pernah salah jalan. Ketulusan cinta lah yang membuatnya kembali menemukan jalan yang semestinya.

       Alunan irama gamelan Jawa mengalun di seluruh penjuru gedung. Aroma pandan bercampur melati nan wangi semerbak menambah khidmatnya acara panggih manten pada pagi hari itu.
    Reronce bunga melati tersemat anggun diatas sanggul yang terbalut jilbab si pengantin putri membuat ia tampak sempurna bak bidadari turun dari kahyangan. Riasan di wajahnya yang sempurna tampak 'manglingi' , begitu kata saudara dan handai taulan lain yang hadir. Sebagian tamu berdecak memuji kecantikan dan keanggunan Sarah Winayu Puteri Hasan, pengantin puteri yang cantik jelita.
       Sarah diapit kedua orangtuanya, Pak Hasan dan Bu Winarti turun dari singgasana pengantin untuk menyambut pengantin pria yang berjalan dengan gagahnya dari pintu gedung. Iring-iringan rombongan pengantin pria dengan penari Jawa di depannya merupakan prosesi cucuk lampah yang mengandung arti untuk menolak bala yang sekiranya dapat mengganggu kelangsungan prosesi ini.
     Si penari yang berpakaian ala tokoh pewayangan mundur, kemudian kedua mempelai bertemu dan berdiri berhadapan. Mendengar intruksi dari pranoto acara, Sarah kemudian menjabat tangan pria yang baru dikenalnya 3 bulan itu dan mencium punggung tangannya dengan khidmat.
"Mulai sekarang aku akan mencoba belajar membuka hati untukmu, Mas" kata Sarah dalam hati. Seluruh perhatian pengunjung terpusat pada prosesi demi prosesi adat yang dilaksanakan kedua mempelai hingga kedua mempelai duduk di pelaminan.
     Acara berlangsung dengan meriah. Sarah dan suaminya, Dani menyalami tamu undangan sekitar 1000 orang. Keduanya tak putus menyunggingkan senyum meski letih mulai mendera. Tamu undangan selain dari kerabat orangtua Sarah dan Dani, juga dari rekan kerja masing-masing.
     Meski Sarah dan Dani tampak masih canggung namun keduanya mampu melebur rasa dengan membingkai senyum terbaik kepada para tamu. Diantara para tamu yang antre hendak bersalaman dengan mempelai, kedua mata Sarah menangkap sosok yang masih sangat dikenalnya. Dadanya berdegup saat sosok itu berjalan semakin dekat.
Pria itu tampak canggung saat menyalami Pak Hasan dan Bu Winarti. Pak Hasan tampak tak suka yang jelas terlihat dari air mukanya yang berubah menjadi kaku. Kemudian ia bergeser menyalami Dani, kemudian Sarah. Sarah sempat mendadak kelu saat pria yang pernah 1 tahun terakhir mengisi hatinya itu mengucapkan selamat.
"Selamat ya, Sar. Semoga kamu bahagia selamanya. Mas, tolong dijaga baik-baik Sarah ini. Dia perempuan yang sangat baik" pesannya. Hati Sarah gerimis, ia tak mampu menatap pria itu, apalagi menatap suaminya. Hanya terdengar suaminya menjawab
"Ya, terimakasih" dengan nada datar.
***
      Malam itu seusai acara dan para kerabat sudah kembali pulang, Dani dan Sarah memutuskan untuk menempati kamar hotel yang sudah dipesankan kakak Sarah, Iqbal sebagai kado bulan madu mereka.
      Kamar bulan madu yang sudah disiapkan tentu sangat indah bertaburan penuh bunga sehingga suasana semakin syahdu dan romantis. Sekali lagi, Sarah tampak canggung. Untuk melepas jilbabnya di depan Dani, ia pun malu.
(Tapi bukankah kini dia suamiku? Kenapa aku harus malu?, tanya Sarah dalam hati)
     Lampu temaram disudut kasur sengaja dimatikan oleh Dani. Dani berdalih ia tak bisa tidur bila lampu nyala benderang. Dani melepas kacamata minusnya dan diletakan di nakas sebelah kasur beserta ponselnya. Lalu ia mulai merebahkan diri.
"Tidurlah, Sarah. Kamu ngapain mojok begitu" Dani membuka percakapan. Sedari tadi keduanya diam dalam hening.
"Hmm ..oh.... eh ..iya, Mas" jawab Sarah cepat. Padahal profesinya sebagai dosen komunikasi di salah satu kampus ternama tak pernah ia gugup. Namun entah mengapa hanya berdua dengan Dani di kamar mendadak lidahnya kelu dan tuturnya terbata. Hatinya tak nyaman, namun ia bingung harus berbuat apa.
Sudah sah tapi belum ada cinta, apakah harus malam pertama saat ini juga?.
"Kamu nggak usah takut sama aku, Sarah. Aku nggak akan menyentuhmu sekarang kok. Kita baru kenal, dan tentu butuh waktu untuk menumbuhkan rasa cinta. Biar semua mengalir apa adanya. Lagian kamu juga sedang halangan kan" tutur Dani tetap dengan gaya cool-nya diakhiri senyuman simpul yang makin memperindah parasnya.
"Aku mau tidur dulu ya, aku capek banget" tutur Dani. Dani kemudian memejamkan mata karena ngantuknya benar-benar tak bisa diajak kompromi lagi.
Sarah masih tak bisa memejamkan mata. Banyak hal yang ia pikirkan. Kenapa pria seperti Dani bisa setenang ini dikamar berdua dengannya?.
"Jangan-jangan Mas Dani udah biasa bobo bareng cewe? Hiiii, kan aku baru saja kenal dia? Siapa yang jamin dia baik-baik aja?" batinnya. Berbagai prasangka tak jelas menghantui Sarah sendiri hingga ia baru bisa terlelap di sofa setengah jam sebelum adzan subuh berkumandang.
      Dani justru bangun saat adzan subuh di aplikasi hp nya terdengar. Matanya bergerak mencari Sarah yang semula ia pikir masih tidur di sisinya, rupanya sudah meringkuk di sofa. Dani lantas tersenyum. Ingin ia bangunkan istrinya, tapi Dani tahu Sarah sedang haid sehingga ia biarkan saja Sarah tidur sepuasnya. Dani bersiap ke kamar mandi, namun hpnya kembali berdering singkat disusul bunyi pesan chat di whatsapp dari nomor baru yang belum ia simpan.
"Aku nggak bisa bayangin apa yang terjadi semalem antara kamu dan istrimu. Udah hancur hidupku saat kamu ninggalin aku. Jangan tambah hancur lagi, tolong temui aku nanti jam 10 siang di Walker Resto. Aku kangen banget sama kamu dan mungkin untuk yang terakhir kali, Sayang. Tolong kabulkan permintaanku, sekali ini saja kita ketemu"
Bunyi chat itu membuat dada Dani menghangat. Tak dapat dipungkiri bahwa ia masih ada rasa, namun Dani tahu dan menyadari ada yang salah dari hubungan di masa lalunya yang jelas tak mungkin bisa ia lanjutkan ke pelaminan.
***
      Jam 8 pagi barulah Sarah bangun. Saat ia bangun, ia sudah melihat Dani berpakaian rapi sambil menyantap roti dan susu. Sarah mengucek matanya, memastikan kembali bahwa pria didepannya itu memang Dani suaminya. Sesaat Sarah terpana melihat sosok Dani. Tak dapat dipungkiri bahwa Dani memang gagah dan tampan. Hidung mancung dengan rahang yang kuat berhias jambang tipis dan alis yang tebal bak semut hitam beriring memang menjadi daya pikat Dani. Ketampanan Dani termasuk menjadi salah satu alasan Sarah mau menerima perjodohan ini.
        Pak Hasan mulai khawatir pada Sarah, anak bungsunya yang sudah berusia 28 tahun tak kunjung menikah. Pekerjaannya sudah mapan sebagai dosen, lulusan S2 Australia pula. Sementara Arkan, pria yang mengaku sebagai pacar putrinya itu tak kunjung melamar. Hubungan yang setahun berjalan tanpa progres itu dinilai buang-buang waktu saja oleh Pak Hasan.
       Suatu hari Pak Hasan bertemu kembali oleh teman lamanya semasa nyantri dulu di salah satu pondok pesantren tertua di Jombang dalam acara reuni alumni. Pak Ali, teman sekelas dan sekamar Pak Hasan dulu punya seorang anak laki-laki yang sudah matang di usia 33 tahun belum ingin menikah. Padahal anak lelakinya adalah seorang dokter spesialis bedah yang semua orang tahu secara finansial dan usia sudah matang.
     Singkatnya Pak Hasan dan Pak Ali sebagai sahabat lama ingin menjodohkan anak-anak mereka. Sarah tidak menolak namun juga tak langsung menerima, ia minta waktu untuk lebih mengenali sosok dr. Danial Firdaus.
"Apalagi yang kamu cari, Nduk? Dokter Dani itu insya allah orangnya soleh. Papa tau betul ayahnya, dia keturunan priyayi santri, sama seperti kita. Sudah cocok lah se-kufu. Nggak njomplang kayak kamu sama Arkan lagian juga dia cuma nggantung kamu, nggak ada progres sama sekali. Dan lagi Dani mapan finansial, matang usia dan pemikiran. Ayah sekali ketemu saja sudah sreg. Cocok" kata Pak Hasan.
"Iya, Nduk. Bener kata papamu. Dani itu sopan sama orangtua dan itu gak dibuat-buat. Mama bisa lihat dari ketulusannya" imbuh Bu Winarti. Melihat harapan kedua orangtuanya begitu besar, Sarah pun mencoba untuk membuka diri.
"Sa? Sarah? Haloo...?" suara Dani membuyarkan lamunan Sarah akibat speechless dengan pesona Dani.
"Ahh engg...iya, Mas... ngg.. Mas mau kemana sudah rapi begini?" Tanya Sarah langsung pada inti.
"Oh ... Aku harus ke rumah sakit sekarang, Sarah. Ada operasi mendadak nanti jam 10. Dokter lain sedang tidak ada ditempat. Nanti akan aku ajukan tambahan cuti. Aku harap kamu memahami" ujar Dani. Dalam hati Dani cukup berat mengatakannya. Ia terpaksa harus berbohong pada Sarah yang baru dua hari dinikahinya.
Sarah mengangguk sembari menghembuskan napas berat. Memang belum terjadi apa-apa diantara mereka, namun Sarah merasa sedih bila Dani harus meninggalkannya.
"Aku janji, nanti sore aku sudah kembali lagi kesini" tutur Dani seraya tersenyum.
"Ya udah aku berangkat dulu ya. Assalamualaikum" Dani beranjak mendekati pintu, disusul Sarah mengekorinya.
"Waalaikumsalam. Hati-hati ya, Mas. Lekas pulang" tutur Sarah. Pintu ditutup, Sarah kembali ke kasur dan menyalakan TV sementara Dani segera masuk lift. Ada rasa tenang dan bahagia yang dirasakannya saat ia mendengar kata-kata Sarah, terlebih Sarah mengharapkannya lekas pulang. Akan tetapi masih ada bayang-bayang masa lalunya yang kerap hadir tanpa bisa ia kendalikan sehingga ia memilih berbohong pada Sarah hari ini.

Note : Cerita ini tidak 100% fiktif, melainkan tokoh-tokohnya ada di dunia nyata namun alur cerita dan hal lainnya disamarkan agar tetap terjaga privasi mereka. Di Part 2 akan ada kejutan semoga dapat kita petik hikmah nya. Yang jelas kisah ini bukan tentang perselingkuhan atau pelakor.

Cinta (Tak Pernah) Salah Jalan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang