Part 27. Kekasih Sejati (END)

2.1K 117 24
                                    


Dikala pandemi, 2020.

    Sepasang suami istri adalah belahan jiwa, sigaran nyowo alias garwo yang artinya satu nyawa dibelah menjadi dua. Susah senang tangis bahagia akan dilalui bersama hingga maut memisahkan.
    Begitupula yang kini terjadi pada rumah tangga Sarah dan Danial yang belum surut dari cobaan. Kasus dengan Musab akhirnya ditutup setelah Musab melakukan bunuh diri dengan menggantung diri di tahanan setelah ia divonis 15 tahun penjara. Keluarga Musab seolah tak terima, tapi bukti-bukti yang dikumpulkan selama di persidangan tak dapat dielakkan. Musab dimakamkan di daerah asal ibunya di daerah Jakarta Timur. 
   Akibat dari tembakan yang mengenai Dani, kini Dokter Dani harus ikhlas menerima keadaan bahwa tubuhnya lumpuh separuh akibat syaraf yang terkoyak peluru. Terapi rehabilitasi medik masih terus diupayakan, dengan harapan ada keajaiban Dani bisa kembali bugar seperti sedia kala. Namun pandemi ini membatasi seluruh kegiatan di rumah sakit. Kondisi rehab medik Dokter Dani kerap tertunda.
   Dokter Dani sempat depresi, kerap uring-uringan tanpa sebab. Ia merasa tak lagi gagah, tak berguna sebagai suami dan ayah, tak lagi dipandang orang. Dalam keterbatasan fisiknya ditambah musibah yang menimpanya, terpaksa Dani harus ijin tak terhingga untuk praktek di RS hingga ia benar benar pulih kembali.
   Sejak awal pandemi 2020, seluruh kegiatan kuliah beralih menjadi kuliah online. Tentu hal ini dimanfaatkan Sarah untuk melakukan terapi sendiri pada suaminya disela-sela jam tatap muka online via zoom kepada mahasiswa-mahasiswanya. Demi mengurangi frekuensi kunjungan ke RS agar tak terpapar virus, Sarah memilih beberapa bahan herbal dan pijatan syaraf untuk suaminya.
   Apakah semudah itu?
   Dani yang berlatar belakang dokter bedah menolak mentah-mentah upaya Sarah membawanya ke pijat syaraf alternatif. Ataupun ramuan herbal yang khusus ia racik sendiri bahkan beberapa tanamannya sengaja ia beli dari luar Jawa. Menghadapi kerasnya sikap Dani dikala sakit ini benar-benar menguras kesabaran Sarah.
    Dani kerap kali tersinggung, marah-marah tanpa alasan pasti, dan sifat cemburunya yang memang ada sejak dulu justru malah jadi posesif. Sarah kerap kali menangis melihat perubahan suaminya yang sangat berbeda dari Dani yang dulu ia kenal bertahun-tahun penuh kasih sayang dan kelembutan. Dani juga tak lagi menaruh perhatian kepada Keenan dan Keira yang lagi tumbuh menggemaskan dan mulai banyak bicara. Semakin hari Dani semakin tampak tak bercahaya. Sosok Dokter Danial yang dulu banyak dipuja dan dikenal sebagai influencer life style dan kesehatan serta banjir endorse, kini sepi sapaan. Followers Instagramnya menurun drastis.
    Sarah meyakini yang ia dan keluarganya alami sekarang adalah takdir. Tak selamanya hidup selalu bahagia dan tak selamanya hidup selalu dirundung kesedihan. Sarah mencoba bangkit, diam-diam ia kembali aktifkan IG milik suaminya dan sekedar berbagi kabar dan menyapa followers yang jumlahnya sudah lebih dari 300 ribu.
    Sambil berselancar di Instagram, Sarah membuka laptop dan mulai mengaktifkan Zoom sebab sesaat lagi akan ada rapat dengan kaprodi. Tampak dilayar macbook nya, beberapa peserta rapat semuanya merupakan sesama rekan dosen di prodinya.
     Tiba-tiba Dani mendekat dengan tangan sebelah kanan memutar roda wheelchair nya.
"Kamu lagi apa?" Tanya Dani.
"Ini, mau meeting dengan kaprodi dan dosen-dosen lain, Pi. Ohya, Papi tadi udah minum vitamin belom? Mami ambilin ya.. tunggu sebentar" Sarah hendak beranjak, Dani mencegah. 
"Gak usah. Matikan aja laptopmu!"
"Lho, kenapa? Kan aku mau meeting, Pi"
"Yakin kamu mau meeting? Ato kamu mau ketemuan sama temen-temen cowokmu itu??! Aku gak suka!" kata Dani dengan nada sedikit diatas rata-rata. Sarah menggeleng sambil mengelus dada. Suaminya pagi ini sudah berulah lagi.
    Sarah beringsut, berlutut sambil memegangi kedua tangan Dani dan mengusapnya lembut. Sarah berusaha mencari tatapan elang namun penuh kasih sayang yang dulu selalu ia rindukan,  kini seolah tak terbayang lagi di kedua mata Dani. Dengan menahan tangis, Sarah mengecup punggung tangan kanan suaminya hingga tak tahan lagi ia pun terisak. Berat bebannya memikul cobaan ini. Suaminya yang berubah perangai, hingga belum ada tanda-tanda Dani bisa berjalan seperti sedia kala.
"Mas ... Apa Mas lupa, perjalanan cinta kita yang berliku dan aku yang begitu takut kehilangan kamu di kamar jenazah itu, Mas? Apa Mas lupa semua kisah yang sudah sejauh ini kita bangun? Apa Mas lupa apa itu mencintai tanpa syarat? Apa semua yang aku lakukan ini tak ada artinya apa-apa buatmu??" Tanya Sarah pada Dani. Dani tak bergeming, menatap wajah Sarah pun tidak. Tatapannya lurus kedepan kearah pintu kamar.
"Sayang.. Demi Allah demi apapun, semua yang terjadi aku terima dengan ikhlas. Merawatmu, mendampingimu dalam susah sedih bahagiamu, itu sudah ikrarku sejak kita akad pertama dulu. Buat apa Papi cemburu sedangkan rasa cintaku ke kamu gak akan berubah, Pi. Aku cuma mohon...ayo bangkit. Ayo bangkit demi aku, demi masa depan kita, demi si kembar yang butuh papinya..." kata Sarah melunak.
"Aku cacat!! Aku udah gak bisa apa-apa!! Kamu masih bisa pilih laki yang ganteng yang gagah daripada aku!" balas Dani. Airmata Sarah jatuh kesekian lagi. Sambil mengusap airmatanya, ia mengucap istighfar berkali-kali.
"Sayang... kenapa ngomong kayak gitu? Buatku Papi tetep gak berubah, Papi tetep gagah ganteng seperti biasanya. Hanya sekarang Papi dikasih waktu sama Allah untuk istirahat sejenak. Biasanya kan waktumu full di RS. Sekarang banyak di rumah bareng aku dan anak-anak. Mami gak anggap Papi cacat. Gak. Papi hanya butuh keikhlasan dan kesabaran untuk terapi.. udah itu aja. Mami yakin Papi pasti bisa kembali jalan" kata Sarah sambil memeluk erat suaminya.
    Dalam hati ada rahasia yang harus ia tutup atas kondisi suaminya. Dokter menyampaikan bahwa suaminya terancam lumpuh permanen dan kemungkinan bisa pulih sangat minim.
"Aku ga boleh nyerah. Takdir harus diterima tapi aku wajib berusaha. Ga ada yang ga mungkin bagi Allah" kata Sarah dalam hati.
^^^
     Malam terasa begitu sunyi tanpa kehangatan sejak Dani sakit. Hari berlalu begitu saja dengan rutinitas yang menjemukan. Setiap pagi Sarah sibuk mengurus si kembar dan kuliah daring, lalu memasak dan mengajak Dani terapi dengan memanggil terapis dari Rumah Sakit datang ke rumah. Malamnya Sarah masih harus kembali berada didepan laptop. Kadang sambil bergantian menidurkan si kembar.
    Dani merasa tak berdaya guna apapun sebagai suami. Sekedar menggendong dan mengajak anak-anaknya bermain seperti dulu ia tak bisa. Kini didepan matanya sendiri ia melihat istrinya kelelahan, tidur sekadarnya masih dengan laptop menyala, dan kedua anaknya yang tidur pulas tak jauh dari meja kerja ibunya. Bahkan sejak Dani lumpuh pun, otomatis ia tak bisa lagi ereksi sementara kadang hasratnya muncul. Tumpukan hasrat dan kondisi fisik yang tak sempurna serta hilangnya rasa percaya diri membuat Dani mudah marah selama setengah tahun ini. Padahal dulu ketika masih sehat dan gagah, rasanya tak terlewatkan satu malam pun tanpa bercinta dengan sang bidadari.
     Ia lalu menggeser kursi rodanya mendekati meja Sarah. Dengan tangan kanan yang masih bisa berfungsi ia meraih laptop Sarah. Penasaran apa saja yang dikerjakan istrinya didepan laptop setiap hari membuat Dani membuka laptop istrinya.
    Sekilas Dani melihat beberapa program yang baru dibuka Sarah. Selain zoom ada power point yang biasa dipakai presentasi online sehari-hari. Namun Dani tergerak untuk membuka file word berjudul "Coretanku45~ tampak diminimize. Dani tak langsung membacanya, melainkan membuka file folder awal yang berjudul "Diary Kekasih Sejati" yang berisikan tulisan Coretan 1-45. Dani mengangguk paham, itu artinya file word terakhir ini tulisan yang baru saja dibuat Sarah. Karena penasaran melihat istrinya tidur pulas sampai mendengkur, Dani memutuskan membaca dari file pertama hingga terakhir.
~Coretanku1~
Hyde Park, musim semi 2017.

Cinta (Tak Pernah) Salah Jalan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang