Part 11 . Sayap Patah Sebelah

1.5K 59 0
                                    



          Menjalani hari-hari dengan kembali sendiri sungguh menyakitkan bagiku. Delapan bulan bersama Sarah adalah hari penuh cinta dan semangat. Dengannya aku bisa belajar menjadi imam sekaligus aku berhasil menjadi pria seutuhnya. Mimpi dan cita-cita kami punya 4 anak kandas sudah.

           Semua memang salahku, kenapa aku sangat mudah dijebak si brengsek Farid itu. Semua ini akibat kesalahanku di masa lalu yang kini saat aku telah sembuh, justru dia yang kucintai meninggalkanku. Aku tak menyangka Farid tega membuat skenario sejahat ini padaku. Sungguh benar-benar jahat.

          Aku sungguh mencintai Sarah, perhiasan terindah yang pernah aku miliki. Aku merasa hina bila aku tetap ngotot meminta Sarah menerimaku kembali sebab aku sadar, dibalik strata sosial dan penampilan luar yang aku miliki, aku adalah seorang mantan gay. Mungkin aku memang tak pantas bersanding dengan Sarah, gadis suci yang mahkota keperawanannya telah aku renggut. Melepaskan dia, sama saja aku terjun bebas kedalam jurang yang begitu dalam. Namun bila aku egois dengan memaksa dia untuk bertahan denganku, tentu akan semakin menyakitinya, mendzaliminya.

               Setiap hari aku datang ke kampusnya, hanya sekedar untuk melihatnya apakah ia baik-baik saja. Setiap hari aku selalu merindukannya, dan tak bisa sedetikpun tak memikirkannya. Biasanya ditengah-tengah jam aku praktik, selalu ada whatsapp darinya sekedar bilang "kangen" , atau kirim emot kiss banyak sekali dan biasanya berlanjut dengan chat mesum hingga terpaksa aku sembunyikan tonjolan celanaku dibalik meja kerjaku.

Sarah... aku sangat merindukankmu...

           Sidang pertama telah digelar kemarin. Aku dan Sarah sama-sama hadir, walau rasanya tak pernah terbayangkan pernikahanku akan berakhir sesingkat ini. Sidang kedua untuk mediasi dijadwalkan tiga hingga empat pekan lagi. Hakim menyuruh kami kembali mempertimbangkan betul keputusan ini.

           Sesaat setelah keluar gedung, kulihat Sarah menepi bersama Erlita. Istriku menitikkan airmata. Harusnya aku yang memeluknya, bukan sahabatnya. Saat aku coba mendekat, Erlita memberiku kode untuk menjauh. Ya Tuhan, kenapa hubunganku jadi serumit ini???. Dia masih istriku, kenapa kami harus berjarak.

         Entah aku tak tahu bagaimana aku melanjutkan hidup setelah putusan pengadilan nanti. Bila sidang kedua digelar nanti, aku akan berupaya untuk menggagalkan perceraian ini. Dengan langkah gontai dan tangis yang tak dapat kubendung, kutinggalkan halaman pengadilan agama menuju rumah sakit tempatku bekerja.

***

  

Pukul 02.00 AM

 

        Di sepertiga malam aku terbangun untuk salat malam sekaligus taubat mohon ampun kepada Allah atas segala dosa. Tak lupa kupinta petunjuk kepada Nya untuk mempertahankan rumah tangga ini. Tak lama kemudian, sebuah pesan masuk dari nomor asing masuk. Kulihat foto profilnya tepampang sajah Erlita. Kubuka pesan itu dengan segera.

-Pagi, Dokter Dani. Maaf kl kemarin stlh sidang saya nyuruh Dokter pergi, karena sy kasihan dengan Sarah yang sangat terpukul dgn perceraian ini. Sy sbg sahabat Sarah mrs prihatin dgn yang terjadi. Sarah sudah cerita semuanya yang. Sbg psikolog, sy justru ingin mengenal Dokter Dani lebih dalam, barangkali sy bs membantu menyelamatkan rumah tangga kalian. Apakah kita bisa sgera bertemu? Besok sy free. Let me know ASAP. Erlita-.

         Pagi ini sebenarnya akan ada acara meeting dengan direksi RS dan pemerintah kota, namun bisa aku minta digantikan dokter yang lain. Menyelamatkan keutuhan rumah tangga yang sudah dipinggir jurang lebih utama daripada meeting. Segera kubalas pesannya.

Cinta (Tak Pernah) Salah Jalan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang