Part 14 . Workhard, Love Hard.

1.4K 66 0
                                    


London, Musim Dingin.

         Tak terasa sudah hampir dua tahun aku tinggal di negeri Elizabeth ini. Berkenalan dengan berbagai teman dari berbagai negara, bersama sama bersusah payah di negeri orang, akhirnya serasa menemukan keluarga baru disini.
        Sebut saja Fatima dan Azrina, kedua gadis itu berasal dari Malaysia dan Brunei. Sedangkan aku dari Indonesia. Kami bertiga tinggal satu flat di jantung kota London. Sebenarnya ada satu lagi teman dari Indonesia yang tinggal bersamaku, tapi karena anak dan suaminya menyusul ke London, akhirnya ia keluar dari flat kami dan menyewa flat lain lagi.
       Berasal dari ras melayu yang sama, orang-orang disini mengira kami satu negara sebab secara fisik kami sama, perawakan khas Asia Tenggara ras melayu. Hanya dialek saja yang membedakan kami.
       Selama hampir dua tahun disibukkan dengan kuliah, riset, menulis jurnal ilmiah, dan ambil bekerja paruh waktu cukup menguras tenaga sehingga cukup mengalihkan pikiranku dari keluarga di Indonesia, dan segala luka trauma yang membayangiku. Seperti kata Mbak Erlita, aku perlu berdamai dengan keadaan, menerima takdir dengan ikhlas jauh lebih utama sebelum aku siap membuka hati untuk yang lain dan menjalani masa depan dengan lebih baik lagi. Aku hanya berharap nanti sepulang aku ke Indonesia, keadaanku sudah jauh lebih baik. Baik dari segi fisik dan mental.
"Sarah..... tadi saye jumpa lagi ngan Musab. Dia titip salam for you" terang Azrina dengan dialek khas Malaysia. Wanita cantik ini berstatus janda sama denganku, bedanya ia ditinggal mati suaminya. Sedangkan aku, akulah yang meninggalkan suamiku. Kedua anak Azrina dititipkan sementara diasuh mertuanya.
"Iye ke? Emang kak Azrina jumpa dimana?" tanyaku sambil mengupas apel. Kak Azrina usianya lebih tua 3 tahun dariku. Sosoknya yang sabar dan bijak sering menguatkanku, terlebih kami berstatus sama.
"Tadi jumpa kat perpustakaan. Ehmm.... I think, dia jatuh hati sama kamu" kata Azrina.
"Alamaakkk... Mana ada perjaka ganteng begitu naksir janda macam awak ni, Kak" tolakku tersipu.
"Alahaii... Kau tak perlu ambik pusing laa. Walau kau janda, tapi kau masih muda, smart, PhD candidate of Royal College. Pria mana yang tak mahu cinta dengan kau, Sarah" hibur Kak Azrina.
"Betul, Sarah. Jodoh gak ada yang tahu. Bisa jadi, kamu dipertemukan Allah dengan jodohmu disini" sahut Fatima. Fatima dulu menyelesaikan S1 nya di salah satu PTN di Jakarta lewat jalur beasiswa. Makanya dia sangat fasih berbahasa Indonesia.
"Tadi Musab bilang, esok kita semua dijemput hadir ke flatnya. Esok dia ada acara birthday, kenduri la tampaknya kalau di negeri kita. Kita dijemput hadir esok petang lepas Ashar" tambah Kak Azrina.
"Baik...Insya Allah, Kak. Aku tengok dulu schedule esok" jawabku.
        Musab Eydin Seregif, pria Turki blasteran Indo ini beberapa bulan terakhir tengah mencoba mendekatiku. Ayahnya seorang pengusaha kaya raya di Turki berdarah campuran Turki-Inggris-Bosnia, sementara ibunya asli Jakarta. Musab lahir dan besar di Turki, namun ia telah pindah ke Inggris sejak mulai mengambil master disini dua tahun silam. Musab kini telah selesai S2 dan ia melanjutkan pekerjaan di salah satu company terkemuka di Inggris. Dan pertemuan kami tak sengaja di wisma Indonesia ketika peringatan 17 Agustus tiga bulan lalu akhirnya membuat kami dekat, dekat sebagai sahabat tepatnya.
         Beberapa teman bilang aku cocok dengan Musab. Aku hanya tersenyum, tak mengamini namun tak juga menolak. Siapa tahu Allah berikan aku jodoh disini, semua masih menjadi misteri. Usiaku sudah memasuki kepala tiga, disaat teman-temanku dulu sudah pada gandeng anaknya masuk TK, bahkan SD, aku masih saja sibuk berkutat dengan studi.
  Lebih tepatnya menenggelamkan diri diantara tumpukan literatur.... sebab ada luka yang masih susah payah ku kubur. ...
        Aku masih sering membayangkan, andaikan Danisa yang kusadari kehadirannya di rahimku, mau terjadi antara apapun antara aku dengan ayahnya, aku tetap akan menjaganya. Aku tetap akan mempertahankannya karena ia tak bersalah. Andai Danisa ku masih hidup, tentu saat ini ia sedang lucu-lucunya, banyak berceloteh dan jalan kesana kemari.
Andai...
Andai...
Andai siang itu aku tak menyusul Mas Dani ke Malang, ke hotel itu...
      Aku tak tahu perbuatan siapa saja yang menjadi dalang dibalik peristiwa aib itu. Mungkin benar Mas Dani telah dijebak Farid, tetapi fakta yang aku lihat didepan mataku sendiri, tak mungkin aku salah lihat bahwa aku melihat suamiku terkulai lemas dengan celana turun hingga pantat dan ceceran sperma di sekitarnya. Juga pria kemayu brengsek itu sambil tersenyum penuh kemenangan kearahku, seolah ia membuktikan jika ia berhasil membuat suamiku ejakulasi, artinya suamiku masih menginginkannya.
Aaarrrghhhhhh damn!! Kedua pria itu sama sama brengseknya! .
        Tuhan, dua tahun telah berlalu, mengapa berat untuk memulihkan luka di hatiku. Apakah memang aku engkau takdirkan hidup seperti ini??.

****
          Pagi itu Mommy memintaku dengan buru-buru untuk mengantarnya ke Wisma Indonesia. Padahal aku baru saja bisa tidur selepas subuh tadi, sebab semalaman harus begadang menyelesaikan deadline pekerjaan di kantor.
"Kamu ini anak Mommy yang paling gede, ayolah anter mommy. Ntar disana kamu ketemu dengan banyak orang baru. Kan beberapa kali juga tiap mommy kesini, mommy sering ajak kamu kesana"
"Mommy, im so tired and sleepy. Mommy please ask Eisha saja lah tuk antar mommy atau i call taxi for you" kataku memelas. Mommy geleng kepala. Wanita paruh baya yang masih cantik di usianya yang tak lagi muda itu lalu mencubitku.
"No. Mommy akan kenalkan kamu dengan teman mommy yang lain. Siapa tau jodohmu disana. Usiamu udah banyak, Musab. Mommy pengen kamu dapet perempuan Indonesia, biar kita bisa balik ke Indonesia"
"No, Mommy. Musab enjoy disini. Im Turkish, I love Indonesia karena separuh darahku Indonesia. Tapi aku tetap ingin tinggal di London saja. Paling jauh ya kembali ke Turki. I dont wanna stay longer in Indonesia" kataku.
"Tapi Mommy pengen balik, Musab" kata Mommy. Aku angkat bahu.
        Kegigihanku menolak dengan berbagai alasan itu akhirnya runtuh saat aku tiba di Indonesia dan acara telah dimulai. Master of ceremony pagi itu membuatku langsung jatuh hati sejak pada pandangan pertama. Berkerudung warna merah marun dengan kebaya putih gading, wanita itu dengan fasih memandu acara dalam bahasa Inggris dan Indonesia. Gestur tubuhnya santun dan tampak ramah dengan semua orang. Lesung pipinya menyembul saat tersenyum.
       Tampaknya, doa Mommy akan dikabulkan Tuhan. 
        Sejak saat itu aku berusaha mencari tahu tentang siapa dirinya dan hanya dalam dua hari saja aku tahu bahwa dia adalah kandidat doktor di Royal College London. Namanya Sarah, dan status pernikahannya divorced. Semua data basic Sarah telah aku punya.
        Hari berikutnya dan seterusnya aku mencoba langsung memperkenalkan diri kepadanya melalui Azrina. Kebetulan aku kenal baik Azrina dan rupanya mereka satu flat. Yeayyy! .
        Azrina hanya bercerita sekilas bahwa Sarah memang bercerai di usia pernikahan belum genap satu tahun. Akupun telah berbincang bincang dengan Sarah banyak hal mengenai studi, dan rencana masa depan yang ingin kuketahui darinya. Namun Sarah sedikit tertutup saat aku tanya perihal pribadinya. Okay, aku tak akan memaksa sebab memang perceraian menyisakan luka yang mendalam.
"Kalau aku mendekati Sarah, bagaimana menurutmu, Azrina?" Tanyaku kala itu ketika kami tak sengaja bertemu di perpustakaan.
"Hmmm, bagus. Kalian berdua sama-sama single. But, kamu dekati Sarah untuk apa dulu? Kalau kamu hanya ingin jadikan dia teman, jangan terlalu bikin dia main rasa. Chill man!. Tapi kalau kamu memang ingin serius jadikan dia istri, tolong, dengan cara yang baik and please, raise her up"
"Yes. Thankyou. I invite you all to join my birthday party. Only for close friend and family aja kok. Aku pengen kenalin Sarah ke Mommy. They are Indonesians. So, i think kalau Mommy cocok dengan Sarah, i will marry her soon"
"Really?? Are you kidding me, Musab?"
"No. Sarah is the reason why i wanna move to Indonesia" kataku.
***
       Hari yang ditunggu tiba. Birthday party ku yang ke 31  cukup dihadiri close friend and family. Mommy, Daddy, Eisha bisa hadir padahal mereka bilang semalam katanya flight dari Istanbul ke London di cancel. Ternyata, they pranked me.
       Dan tibalah saat aku mengenalkan Sarah kepada Mommy, Mommy tampak berbinar sekali bertemu dengan Sarah. Sebagai sesama Indonesian di negeri orang, mereka berdua langsung cepat akrab.
"Musab, mungkin ini terakhir kamu bisa minta birthday gift ke daddy. Kamu sudah sangat dewasa. Coba katakan, what gift you ask to me?" Tanya Daddy. Ditanya seperti itu, aku tersenyum. Ada keinginan besar yang aku tahan, tapi tentu Daddy pasti akan terkejut mendengarnya.
"I wanna get married, Daddy"
"Wow. It's sounds good. Tapi mana calon istrimu?"
"Itu, yang sedang berbicara dengan Mommy. She is Sarah, also Indonesian like Mommy. Kayaknya kita senasib, Dad. Kita sama sama suka wanita Indonesia. Selera kita sama. Ha ha ha" kataku. Daddy tertawa singkat.
"So, kapan kamu mau menikahinya?"
"As soon as possible" jawabku mantap. Daddy geleng geleng kepala.
"Kalau seperti ini, kayaknya pensiun nanti Daddy beneran akan stay for good di Indonesia saja... he he he...." tukas Daddy. Daddy lalu memelukku, memberiku semangat agar aku terus melangkah menikahi wanita pujaanku. Dari cara mommy yang berbakti kepada Daddy, dan memperlakukan serta mendampingi Daddy selama puluhan tahun dengan sangat baik, sudah cukup bagiku untuk menilai Sarah. Aku yakin Sarah pun seperti mommy. Indonesian women is awesome and have a pretty heart inside. I want to propose her soon.

   
*edisi ngebut ya guys... kurang beberapa part lagi menuju end part. Ayo dong tambahin vote dan komen kalian sebanyak2nya tentang story Danial Sarah ini...and please jangan plagiat ato jiplak. Gue sumpahin kualat. Oh iya yang part 12 baru aku tambahin lagi, ada sedikit revisi jadi kemaren blm sempat tayang. Silakan dibaca berurutan aja ya biar nyambung*

Cinta (Tak Pernah) Salah Jalan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang