Bab 3

640 44 0
                                    

Baekhyun bergelung di ujung sofanya, menarik lutut ke dadanya. Ia memegang buku di kedua tangannya, meskipun matanya menatap baris-baris berwarna hitam, pikirannya tidak menyerap sepatah katapun.

Perutnya mengejang. Ia belum makan malam karena terlalu gugup. Yang terus terang aneh karena itu hanya Chanyeol. Sahabat baik kakaknya. Pria yang praktis pernah tinggal di rumahnya ketika ia masih kecil. Pria yang ia impikan menjadi bagian terbaik dalam dekade kedua hidupnya...pria yang sangat mungkin menjadi pria terseksi yang pernah dilihatnya dan yang gambaran tubuh setengah telanjangnya seperti terbakar sendiri di dalam kelopak matanya karena setiap kali ia menutupnya Chanyeol disana menunggu untuknya dan sekarang Chanyeol menginap di rumahnya—

Whoa! Bernafas, girl, bernafas. Ia menarik nafas panjang, lalu mengeluarkannya pelan, merasa sedikit lebih baik.

Awalnya Baekhyun bersikeras daripada pindah ke kamar suite hotel bersama Chanyeol, Chanyeol pindah ke apartemennya. Itu tidak masuk akal untuk mereka berdua menginap di luar, dan dengan begitu sangat kecil kesempatan dirinya diserang fans berat Chanyeol.

Chanyeol muncul setengah jam yang lalu, ia menunjukkan kamar tamunya, lalu meninggalkannya untuk menginap.

Tiba-tiba suara nyaring dari Boyband kesayangannya EXO “Tender Love” memecah kesunyiannya. Ia ambil ponsel di meja kopi. "Hai, Lu deer, ada apa?"

"Apa kau serius memberikan Dr. Jerkface nomerku? Karena dia bilang dia mendapatkannya darimu, tapi kurasa itu tidak mungkin benar. Maksudku, aku lebih senang berpikir bahwa pria yang sudah disukai oleh teman baikku selama bertahun-tahun meminta darinya nomer teleponku, dia akan bilang padanya untuk pergi saja menyingkir."

"Lu—"

"Atau setidaknya, memberikannya alasan kenapa dia tidak mengajakku pergi keluar."

Baekhyun menutup mata dan menaruh kepala di lututnya. Dengan semua kegilaan tentang kepindahan Chanyeol yang membuatnya lupa sama sekali. "Apa yang terjadi?"

"Aku bilang padanya bahwa aku berkencan dengan seseorang tapi kau belum tahu karena itu masih baru."

Ia menghela nafas lega. "Terima kasih. Maaf, dia mengejutkanku dengan pertanyaan itu dan aku tak tahu apa yang harus dikatakan."

"Kapan kau akan bilang padanya tentang perasaanmu atau melupakannya?"

"Luhan..."

"Aku tahu kau tak senang ketika aku membicarakan ini, tapi ayolah. Kau tak bisa menunggu seumur hidupmu untuk pria ini dan memutuskan suatu hari dia menyukaimu."

"Yah, aku tahu, hanya saja—" Baekhyun mendengar Chanyeol membuka pintu kamar tidurnya menyusuri lorong. "Hei, aku harus pergi, tapi aku akan menelponmu besok, oke?" Sebelum temannya bisa bicara, ia menutup telepon, membungkam nada deringnya, dan meletakkkannya di meja.

"Apa yang kau baca?"
Suaranya yang dalam bergema di ketenangan rumahnya, rumah pria bebas yang terdengar keluar dari tempat. Ia melihat saat Chanyeol berjalan ke arahnya tidak memakai apapun kecuali celana pendek atlet yang menggantung rendah—hampir terlalu rendah hingga tidak senonoh—di pinggulnya. Di satu sisi Chanyeol seharusnya di ujung yang berbeda dari sofa, tapi ia entah mengapa kehilangan akal dengan gangguan dari tubuh berototnya yang telanjang.

"Kalau kau tetap membuka mulutmu seperti itu, Baek, kau pasti akan menangkap lalat," Chanyeol menyeringai.

Mengatupkan rahangnya, dengan sangat malu Baekhyun kembali pada buku di depannya yang mungkin saja ditulis dalam bahasa Ibrani. Ia selipkan rambut basahnya di belakang telinga dan membersihkan tenggorokannya. "Kau seharusnya memakai baju ketika kita tidak sedang terapi."

(Chanbaek GS) Seducing CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang