Chapter 11

26 1 0
                                    

Jungkook terduduk sendirian di kamar Yuna sambil memandang ke sekeliling. Hari ini Yuna telah memutuskan suatu hal yang luar biasa menurutnya. Keputusan untuk menyetujui ajakan Yoongi untuk bekerjasama menyelesaikan lagunya yang tidak pernah Jungkook duga. Perasaannya campur aduk. Entah harus bahagia karena akhirnya Kakaknya bisa kembali melanjutkan mimpinya, atau bersedih karena itu berarti ia tidak akan bisa berada di dekat Yuna sesering kemarin.

Jungkook merindukan Kakaknya.

Meskipun ia tahu tidak boleh menjadi adik yang egois. Ia paham betul bahwa lambat laun hal seperti ini pasti terjadi, Yuna dengan kehidupannya yang lain yang sudah ia pilih, dan Jungkook dengan kehidupannya sendiri.

ia membaringkan tubuhnya di tempat tidur Yuna. Harum lotion yang sering Yuna pakai tercium di tempat tidurnya. Jungkook merogoh beberapa kartu di kantongnya. mengangkatnya ke udara, memperhatikan dengan seksama.

"Apakah aku harus pergi juga?" batinnya.

***

Seokjin dengan napas terengah-engah sudah terbangun di pagi yang masih gelap. keringatnya bercucuran di keningnya. Ia terduduk di sudut ruang latihan, meneguk minumannya sampai habis. Belum ada siapapun yang berdatangan di sana. hanya ia seorang. Ia pun mencoba beberapa gerakan dasar yang telah diajarkan pelatih tari nya malam kemarin. ia menghela napas berat. matanya menerawang memandang sekitar ruangan. Tubuhnya berasa remuk kelelahan. "Apa yang aku lakukan.." keluhnya. "Mengapa aku sangat buruk untuk hal ini.. padahal yang lain terlihat begitu mudah melakukannya" sambungnya.
Ia terbangun lagi, kembali mencoba beberapa gerakan lagi. Badannya yang tinggi dan terbilang kurus membuat gerakan kaku nya semakin terlihat. matanya fokus memandangi cermin besar di hadapannya, seolah-olah sedang memperhatikan gerak geriknya sendiri.

"Kak? Apa yang sedang kau lakukan?"

Tiba-tiba terdengar suara yang tidak asing bagi Seokjin dari arah pintu ruangan yang terbuka. Seokjin terkejut dan menghentikan gerakannya. terlihat Jimin, salah satu trainee baru sepertinya berdiri di depan pintu.
"A, Aku sedang pemanasan saja" Jawabnya kikuk. Jimin tersenyum lebar, hingga kedua matanya menyipit dan pipi nya yang bulat terlihat jelas mengembang. Ia berjalan perlahan menghampiri Seokjin dan duduk di dekatnya.

" Kau sudah latihan dari jam berapa, Kak?" Tanyanya. Seokjin menghela napas. lalu duduk bersandar di dinding. "Jam 4 pagi tadi"

"Apa menjadi trainee seperti ini benar-benar impianmu? aku lihat kakak berusaha sangat keras untuk ini semua?" . Seokjin menggelengkan kepalanya. lalu memandangi Jimin.
"Aku tidak mahir sepertimu, makanya aku berusaha seperti ini. harusnya, tidak ada yang tidak bisa aku lakukan. tetapi mengapa menari bisa sesulit ini..". keluhnya. Jimin tertawa.

"Bahkan kau mengigau ketika tidur. aku sampai terkejut mendengarnya"

"hah? benarkah?"

Jimin menangguk. "Saat aku selesai mandi malam kemarin, aku mendengar Kakak berteriak-teriak 'Maafkan aku, Maaf. Aku akan berusaha lagi'. Sambil berguling-guling di tempat tidur. Sungguh, seharusnya aku merekamnya untuk mu. tetapi karena terlihat sangat lucu, aku jadi lupa" Sambung Jimin di seling tawanya yang terbahak-bahak. Seokjin menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. telinganya memerah karena malu.

 telinganya memerah karena malu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ah.. Kakak.. kau sangat lucu saat itu..sungguh" Jimin memukul-mulu lengan Seokjin sambil terus tertawa.

"Aish! kau ini"

"Hahahahaha.. Maaf, aku keterlaluan.. ehm.. tetapi, bagaimana sekarang?"
"Apa?"
"Apa ada peningkatan?"
"Menurutmu?" . Seokjin berdiri di hadapan Jimin dan kembali menunjukan gerakannya. Jimin memperhatikan dengan seksama sambil menahan tawa.
"Bagaimana?" Tanya Seokjin memastikan dengan napas tersengal-sengal.
"Yah... hmm semangatmu mengagumkan, Kak"
"Gerakanku, bukan semangatku!"
Tawa yang sedari tadi sekuat tenaga ia tahan meledak kembali. Seokjin mendengus sebal. Jimin lalu berdiri di dan menghampiri Seokjin. "Ayo kita berlatih bersama sebelum yang lain datang"

Seokjin tertegun mendengar jawaban Jimin, "Jimin-ah, Apa itu berarti gerakanku masih payah?"
Jimin hanya menjawab Seokjin dengan tersenyum sambil menepuk-nepuk bahunya.

***

Yuna terduduk di sofa hitam panjang di ruangan Studio milik Yoongi. Ia membaca lyric lagu yang sudah selesai Yoongi tulis dari beberapa hari yang lalu. sesekali ia menguap karena sudah semalaman tidak tertidur karena sudah mulai membantu Yoongi menyelesaikan lagunya.
Ia memandang Yoongi yang serius tanpa banyak bicara di depan layar monitornya. mengatur beberapa tempo instrument yang sudah ia buat.

Yuna menaikan kedua kakinya ke sofa, memeluk kedua lututnya dan kembali memandangi punggung Yoongi. "Ah, dia sangat hebat. padahal umurnya tidak jauh beda dariku. tapi dia sangat pekerja keras. lagu-lagu yang ia buat pun selalu mengena di hati. otaknya terbuat dari apa sih?" Batinnya.

"Apa kau lelah?" Tiba-tiba Yoongi membuyarkan lamunan Yuna. Yuna menurunkan kakinya dan merapihkan beberapa kertas yang berserakan di dekatnya.

"Tidak, tidak terlalu.."

"Istirahatlah" Ucap Yoongi.

"Tidak apa-apa, aku masih bisa stand by di sini kalau-kalau kau membutuhkan ku lagi"

"Tidak, kau butuh istirahat. aku yakin kau sebelumnya tidak pernah begadang sampai selarut ini. pekerjaan jika dipaksakan tanpa istirahat pun tidak baik". 

Yuna tertegun.

Sebenarnya bukan hal yang aneh jika ia semalam suntuk harus begadang seperti yang ia lakukan hari ini. karena sebelumnya, ia selalu melakukan itu bersama Jungkook di waktu weekend nya. entah untuk sekedar bermain game atau menemaninya di café Hoseok untuk bekerja di sana. Namun mendengar ucapan Yoongi yang penuh kekhawatiran kepadanya membuat ia terkejut dan sedikit merasa tersipu malu.

Padahal biasanya jika ia sangat sibuk, ia hanya mendapatkan rengekan dari Adiknya seperti,

"Noona, apa kamu akan menghabiskan waktumu hanya untuk ini? membosankan"

atau ketika ia sibuk dengan tugasnya di kegiatan teather kampus, ia akan mendapatkan omelan Seokjin yang terus menerus terdengar di sampingnya,

"YA! kau mengerjakan semua ini seakan-akan sudah tidak ada hari esok saja. hentikan atau aku akan memutuskan semua snar gitar kesayanganmu itu!"

Yuna tersenyum kecut.

baru saja beberapa hari ia memutuskan untuk menyibukan di Agensi ini bersama seorang Min Yoongi untuk menyelesaikan pekerjaannya, ia sudah merindukan suasana ramai yang biasanya selalu ada di sekelilingnya setiap hari.

Ia rindu Kookie, Rindu Seokjin.

"Lagi pula kalau kau sampai sakit itu akan.. merepotkan" sambung Yoongi datar memecahkan sejenak lamunan Yuna.

"Eh?"

Yoongi memutarkan kursi kerja yang ia duduki dan menatap Yuna yang terduduk di sofa hitam di hadapannya. ia mengacak-acak belakang rambut blonde nya,

"Sejujurnya aku tidak punya banyak waktu lagi untuk menyelesaikan lagu ini, tetapi—"
"Kakak tidak usah khawatir, Aku sudah terbiasa seperti ini bersama adikku atau ketika bekerja bersama manajer" sela Yuna dengan nada angkuh. kata "merepotkan" yang terucap oleh Yoongi barusan setelah kalimat kekhawatiran yang membuat ia sejenak 'terbang' kemana-mana rupanya membuatnya sedikit kesal.

Yoongi mengangguk-angguk kecil mendengar jawaban Yuna. Lalu, ia terbangun dari duduknya dan berjalan perlahan menuju pintu keluar studio nya.

"Kalau begitu aku tinggal dulu. aku akan tidur sebentar" Ucap Yoongi lalu pergi meninggalkan Yuna yang terbengong-bengong dengan apa yang Yoongi katakan tadi.

"JADI DIA MENYURUHKU TIDUR KARENA DIA JUGA SUDAH MENGANTUK?!" pekik nya dalam hati.




HEHEHE, Hallo?
lama gak jumpa setelah sok-sok an hiatus beberapa bulan. kali ini aku bakal coba mulai lagi meskipun banyak perubahan yang aku buat, termasuk pada nama karakter pertama. Mianhae, aku baru belajar. semoga kalian masih semangat bacanya yes. *dadah-dadah*

*Perubahan cerita dimulai dari chapt 10*

SEESAWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang