Yang penasaran sama cerita ini, bisa langsung ke YouTube Rini Ka. Di sana udah sampai part 20. Bantu subscribe, ya... 😙😘
"Mas, apa yang membuat Mas jatuh cinta pada Niken?" tanya Nadia. Saat ini mereka sedang berada di dalam mobil, dalam perjalanan menuju toko bangunan langganan untuk mengecek barang-barang yang dipesan Farhan. Pria itu memang selalu mengecek berkala agar kualitas bahan bangunan yang dipesannya selalu terjaga.
"Kesederhanaan dia."
"Hanya itu saja?"
"Banyak ... tapi itu salah satunya. Sejak aku dulu mengenalnya, sampai sekarang kami sudah memiliki anak gadis, tidak ada yang berubah."
"Kecuali badannya pasti." Ada tawa terdengar setelah Nadia mengucapkan itu. Wanita itu memang memiliki pemikiran, cantik itu langsing. "Padahal, dulu waktu masih sekolah, dia kurusnya minta ampun."
"Aku tidak mempermasalahkannya. Justru, aku punya anggapan kalau dia itu bahagia bersamaku."
"Apa Niken nggak pernah olah raga, Mas?"
"Olah raga, dong ... setiap akhir pekan, kami joging bareng keliling komplek. Ya ... hari-hari biasa dia sibuk. Tahu sendiri, kami tidak memiliki pembantu. Niken apa-apa sendiri."
"Kenapa nggak nyari pembantu aja, Mas?"
"Niken menolak. Dia hanya ingin, rumah, suami dan anaknya tersentuh tangannya sendiri."
"Ngurus rumah kan pasti capek, Mas. Apa dia juga maksimal dalam melayanimu?"
Farhan terbahak.
"Kok malah ketawa?!"
"Melayani dalam hal apa?"
"Hal terintim dari pasangan suami istri?"
Pria itu terbahak lagi, sebelum akhirnya dia menjawab, "Kalau itu sudah pasti."
***
Farhan dan Nadia tiba kembali di kantor. Ada sepeda motor Niken terparkir di depan kantor.
"Sayang ... udah lama?" tanya Farhan. Niken sedang duduk di kursi tamu.
"Lumayan ...," jawab Niken datar.
Nadia yang merasa tidak enak langsung menuju ke ruangannya.
Niken berdiri, digandengnya lengan sang suami, lalu dibawa ke ruangan pria itu.
"Mas dari mana?" cerca Niken.
"Dari toko, ngecek barang."
"Kenapa harus sama Nadia?!"
"Kamu cemburu?"
Niken semakin cemberut.
"Ada apa sama kamu? Waktu itu, kamu meributkan parfum, sekarang, meributkan Nadia? Dia sahabat kamu, kan? Kamu pasti juga sangat mengenalnya."
Niken menghela napas dalam, lalu diembuskannya. "Entahlah ... mungkin aku hanya terlalu takut. Aku terbiasa menjadi satu-satunya wanita yang dekat denganmu, sementara sekarang, waktumu di kantor juga habis bersama wanita lain."
"Hei ... kamu lupa? Suami kamu itu kerjanya di jalan. Sekarang saja kebetulan keluar hanya mengecek barang."
Mendengar perkataan suaminya, membuat Niken sedikit lebih tenang. Ya, tidak seharusnya dia menaruh curiga pada pria yang dicintai juga mencintainya.
***
Tiba di kantor, Farhan dikejutkan dengan suasana kantor yang ramai oleh pegawai-pegawainya juga Nadia, tidak seperti biasanya. Tidak hanya itu, kantor juga didekor sedemikian rupa. Di dinding ruang meeting, bertuliskan, "Happy Birthday Pak Bos".
Saat Farhan sedang mengamati tulisan di dinding dengan mata berkaca-kaca karena haru, Nadia mendekat dengan menyodorkan kue ulang tahun yang sudah berhias lilin menyala.
"Tiup lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga ...." Lagu yang Nadia senandungkan membuat Farhan menghadap ke arah wanita itu.
"Tiup lilinnya, Mas ... make a wish."
Farhan memejamkan mata. Entah apa yang pria itu minta dari Sang pemilik hidup. Hanya dia yang tahu. Setelahnya, ia meniup lilin sampai apinya padam. Riuh tepuk tangan menggema di ruangan yang tidak bisa dibilang sempit itu.
"Terima kasih ... kalian sudah mengingat hari lahirku," ucap Farhan penuh haru. Bukan hal yang berlebihan, karena memang seumur hidupnya, baru kali ini ada yang merayakan ulang tahunnya.
"Mbak Nadia, Pak, yang punya ide ini," ucap Rio, salah satu pegawai Farhan.
Farhan tersenyum ke arah satu-satunya wanita yang berada di ruangan itu. "Makasih, Nad ... kamu sudah menyiapkan ini semua ...."
"Aku nggak sendiri, kok, Mas ... dibantu temen-temen yang lain juga."
"Ya ... pokoknya makasih buat kalian semua. Keloyalan kalian, benar-benar tak bisa diragukan."
***
Sebagai ucapan terima kasih, Farhan mengajak semua pegawai termasuk Nadia untuk makan bersama. Setelahnya, mereka menghabiskan waktu di tempat karaoke meskipun hanya satu jam. Karena pegawai Farhan kecuali Nadia harus berangkat ke tempat proyek.
Di tempat karaoke, mereka duduk di satu sofa yang sama. Nadia duduk di pinggir, sementara Farhan duduk di sebelah wanita itu. Saat sedang menyanyikan sebuah lagu, tanpa sadar tangan Nadia bertengger di paha suami dari sahabatnya. Hal itu mampu menggetarkan hati Farhan. Dipandanginya wanita yang sedang asyik menyanyikan lirik demi lirik lagu yang terpampang di layar besar di depannya.
'Kenapa suamimu tega menyia-nyiakanmu?' batin Farhan. Setelah beberapa bulan mengenal sahabat dari istrinya, pria itu menjadi tahu bagaimana wanita itu. Nadia adalah wanita yang mandiri, cerdas, penuh perhatian, juga menarik. Bukan hanya pada dirinya, pada Niken, Farhan juga sering mendengar Nadia memberi wanita itu saran.
Pegawai laki-laki Farhan sudah meninggalkan tempat karaoke. Tinggalah sepasang manusia lawan jenis itu.
"Makasih, Nad ...."
"Makasih untuk apa, Mas?"
"Untuk semua yang kamu lakukan. Kamu lebih dari hanya sekedar sekretaris. Kamu wanita hebat."
Nadia tersenyum. "Sudah jadi kewajibanku. Di mana pun aku berkerja, aku akan selalu total."
Farhan menggenggam tangan Nadia. Bibirnya tersenyum.
Tbc.
16.01.20
Repost, 21.01.24-Luka Hati (Lost)-
-RiniKa-
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Hati (Lost)-Poligami Series 5
RomanceCerita ini udah tersedia di Google Play Book. Yang kutahu, cinta itu tidak melukai. Yang kutahu, cinta itu tidak mengkhianati. Yang kutahu, cinta itu selalu mengasihi. Saat aku tidak lagi menjadi alasanmu untuk membuka mata setiap pagi, untuk apa la...