Hari ini Niken berulang tahun yang ke empat puluh. Ia ingin merayakannya bersama keluarga, saudara, dan teman-temannya. Awalnya Farhan merasa aneh, tidak seperti biasanya istrinya mau merayakan hari lahirnya. Biasanya dia sangat anti dengan hal tersebut.
Rumah sudah Niken sulap menjadi tempat pesta. Naura dan Dira yang membantu sang mama. Sedangkan Farhan, ia masih sibuk di kantor dengan pekerjaannya. Azan magrib Farhan baru kembali.
Pukul delapan malam, acara dimulai. Saudara, juga teman-teman yang diundang sudah banyak yang hadir. Farhan juga sudah siap mendampingi Niken dengan pakaian senada seperti yang dikenakan sang istri.
“Selamat ulang tahun, Sayang ...,” ucap Farhan sambil memberikan kotak kecil berhias pita merah. Mereka sedang berada di kamar.
“Apa ini, Mas?”
“Kamu buka saja.”
Niken menurut, membuka kado dari suaminya. Kotak terbuka.
“Cincin?”
“Ya.”
“Ini pasti mahal ....”
“Tidak ada istilah mahal untuk kamu. Kamu berhak mendapatkannya.”
Farhan meraih tangan Niken, lalu memakaikan benda lingkaran berhias berlian itu ke tangan sang istri.
“Makasih banyak, Mas ....”
Farhan mengecup kening Niken. Lama. Ada rasa sesak dalam dadanya.
***
Acara dimulai. Tiba saatnya Niken memberikan sambutan untuk tamu undangan.
“Terima kasih untuk keluarga, saudara, dan teman-teman yang sudah mau hadir di sini malam ini. Saya sangat merasa tersanjung. Sebuah hal yang sekiranya aneh. Saya tidak pernah menyukai pesta. Saat anak-anak saya ulang tahun pun, tidak pernah ada pesta. Tapi untuk malam ini, di hari di mana saya tepat berusia empat puluh tahun, saya ingin berbagi kepada semuanya. Tentang kisah hidup saya.”
Di sebuah layar berukuran 2x1,5 meter sedang berputar video yang berisi potret kebahagiaannya bersama Farhan sejak awal mereka berpacaran.
“Dua puluh satu tahun lalu, saya bukan siapa-siapa. Saya hanya seorang office girl yang bekerja di salah satu perusahaan swasta. Di tempat itulah saya mengenal suami saya, cinta pertama saya, dan semoga yang terakhir.” Mata Niken menatap lurus ke arah Farhan. Senyum menghiasi bibirnya.
“Kami kenal, dekat, pacaran, dan akhirnya memutuskan untuk menikah. Kami bukan siapa-siapa saat itu, Mas Farhan saat itu juga masih menjadi karyawan. Setelah menikah pun, hanya kostan sempit yang dapat kami sewa. Bukan karena Mas Farhan tidak memiliki uang, tapi karena pikiran kami terarah ke masa depan kami.
“Beberapa bulan menikah, kami diberi kepercayaan berupa kehamilan putri pertama kami, Naura. Di usia sepuluh tahun pernikahan kami, Mas Farhan memutuskan untuk resign. Berkat ilmu yang dia miliki, lima tahun berjalannya usaha kami, usaha Mas Farhan makin maju. Apalagi semenjak hadirnya Nadia, sahabat saya yang saya minta untuk bergabung di CV kami. Omset meningkat.” Pandangan Niken beralih ke Nadia. Begitu juga dengan pandangan tamu-tamu undangan.
“Mas Farhan, Nadia ... terima kasih untuk semua yang sudah kalian lakukan.” Ada kegetiran dalam suara Niken. Namun, tidak ada satu orang pun yang menyadari.
Niken berjalan mendekat ke arah Farhan. Ditatapnya mata Farhan, ada air mata menggenang di mata wanita itu.
“Terima kasih, Mas ... untuk semua yang sudah kamu berikan.”
Farhan melepas cincin pemberian Farhan yang baru saja dipakainya. Lalu diberikannya kepada pria itu. Ia berbalik arah, berjalan ke arah di mana remot kontrol pemutar USB berada. Digantinya folder yang sedang diputar ke folder lain. Folder itu bernama ‘My Husband Secret”.
Diputarnya video.
Di layar, muncul sebuah foto yang bersal dari instagram Nadia. Foto itu menampilkan banyak sekali bunga mawar merah, balon bertuliskan selamat ulang tahun, juga sebuah kotak kado. Dalam keterangan, bertuliskan “Thank you My Secret love, you’re the best”.“Ya ... saya yang mengenalkan mereka, saya juga yang tanpa sadar sudah memasukkan duri ke dalam rumah tangga saya sendiri.”
Mata orang-orang menatap bingung ke arah Niken, Farhan, dan Nadia secara berganti.
Berganti foto, di layar muncul potret kebersamaan bos dan sekretarisnya itu. Mereka terlihat sangat akrab. Melihat back ground-nya, mereka sedang berada di kantor. Berubah menampilkan video, di layar terlihat Farhan sedang memangku Nadia. Hanya ada mereka berdua. Lebih dari itu, Farhan memeluk pinggang Nadia, Nadia pun mengalungkan tangan di leher Farhan. Mereka terlihat berciuman.
“Inikah yang namanya sahabat? Inikah jati diri suamiku sesungguhnya yang aku pikir suami paling setia, ternyata sama seperti pria berengsek lainnya di luar sana?” Suara Niken menggema di ruangan yang memang sedang dalam keadaan hening itu. Air matanya mengucur deras.
Naura dan Dira pun memandang tidak suka pada sang ayah dan pada tante yang mereka anggap baik. Bahkan, sering pergi liburan bersama.
Di layar masih menunjukkan foto-foto dan video yang Farhan dan Nadia yang sudah Niken kumpulkan.
Wajah Farhan dan Nadia merah padam. Mereka tidak berani menatap mata orang-orang yang ada di sana.“Maafkan aku, Ken,” ucap Nadia. Dia juga menangis. Perlahan berjalan mundur, kemudian ia berbalik arah segera keluar dari rumah sahabatnya itu.
Niken menatap Farhan penuh air mata. Namun, yang ditatapnya tengah terdiam dengan pandangan kosong.
“Kamu pilih aku atau dia, Mas?!”
Farhan diam tak menjawab, tetapi beberapa detik kemudian, ia berlari keluar mengejar Nadia.
Tubuh Niken luruh ke lantai. Inikah akhir dari perjuangannya selama dua puluh tahun mendampingi suaminya?
Tonton di YouTube, yuk... aku upload cerita, yang nggak aku publish di wattpad juga. Jangan lupa subscribe dan nyalakan lonceng, aku upload video setiap hari 😉😉
Tbc.
21.01.20
Repost, 24.01.24Cerita ini aku buat alur maju mundur, ya ... jadi, jangan heran kalau nanti di part selanjutnya. Adegannya kembali ke saat di mana Farhan sama Nadia belum ketahuan Niken.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Hati (Lost)-Poligami Series 5
RomanceCerita ini udah tersedia di Google Play Book. Yang kutahu, cinta itu tidak melukai. Yang kutahu, cinta itu tidak mengkhianati. Yang kutahu, cinta itu selalu mengasihi. Saat aku tidak lagi menjadi alasanmu untuk membuka mata setiap pagi, untuk apa la...