Part 9

5.9K 478 127
                                    

Selamat sore ... coba absen, siapa yang udah nunggu, cung .... 😊

Oya, biasakan note apa pun itu, dibaca, ya ... jangan cuma isi cerita aja yang dibaca. Biar nggak menanyakan apa yang sebenarnya sudah aku informasikan 🤭

Part ini masih seperti part sebelumnya. Masih tentang Nadia-Farhan. Mau diskip? Nanti ketinggalan, loh ... 😂

Tapi tenang ... entah nanti di part berapa, tinggal bagiannya Niken.

Happy reading, All ....

***

Niken terbangun dari tidurnya. “Mas ... udah bangun? Jam berapa ini?”

“Jam empat pagi.” Setelah keluar dari tenda Nadia, Farhan langsung kembali ke tendanya. Namun, ia tak bisa memejamkan mata. Pikirannya terus saja tertuju pada Nadia. Wanita yang bukan siapa-siapanya, tetapi telah disentuhnya bagai pasangan yang sah.

“Mas udah bangun? Atau nggak tidur?”

Farhan tersenyum. “Tadi tidur, tapi sepertinya ada nyamuk yang jatuh cinta sama aku. Dia nempelin aku terus.”

“Masa, sih? Kok, aku nggak ngerasa digigit?”

“Ya, enggak, lah ... orang pas ada nyamuk gigit kamu, langsung aku tabok nyamuknya.”

“Makasih, Suamiku ....” Niken bangun. Diciumnya kedua pipi suaminya. Ada keanehan yang Niken rasakan. Ada bau wanita di wajah dan baju Farhan.

Namun, ia memilih diam karena ia tidak ingin merusak acara liburannya seperti saat membahas Farhan yang tiba-tiba ganti parfum.

***

Hari sudah pagi. Matahari pun sudah tak lagi malu-malu menampakkan diri. Mereka duduk di depan tenda dengan alas tikar. Sudah ada menu sarapan yang telah pemilik tempat siapkan.

“Segini, Mas?” Niken mengambikan nasi untuk suaminya.

“Iya, cukup.”

Saat Niken sedang mengambilkan nasi dan lauk untuk Farhan, Nadia memperhatikannya diam-diam. Namun, hal tersebut tak luput dari pandangan Farhan. Ada rasa seperti tidak tega dalam hatinya.

Selesai mengambil nasi untuk sang suami, Niken mengambilkan sarapan untuk putra-putrinya. Sementara Farhan yang melihat Nadia diam saja, lantas menegurnya.

“Ayo, Nad ... sarapan.”

“Ehm, iya, Mas.”

Senyum terbit di bibir mereka. Senyum penuh makna di mana hanya mereka yang tahu.

Selesai sarapan, mereka memutuskan untuk mandi di air terjun. Airnya sangat jernih. Tempatnya juga lumayan luas, sehingga mereka juga bisa berenang. Sayang, Niken sedang datang bulan, jadi tidak bisa ikut serta. Kebetulan, lokasi air terjun juga tidak jauh dari tenda. Tinggal berjalan 50 meter, mereka sudah bisa langsung menuruni tangga menuju air terjun.

Naura dan Dira berjalan di depan. Sementara Farhan dan Nadia di belakang. Tentu saja, tangan Farhan tidak tinggal diam. Karena dengan nyamannya, ia merangkul pundak Nadia. Putra dan putri Farhan tidak menaruh curiga sedikit pun karena mereka menganggap Nadia sudah seperti tante sendiri.

Saat Naura dan Dira sedang berenang, Farhan dan Nadia memilih untuk duduk di atas batu di pinggiran air terjun.

“Bagaimana semalam? Bisa tidur?”

Nadia mengangguk. “Bau tubuhmu aku rekam di ingatanku. Bagaimana dengan Mas?”

Farhan menggeleng. “Kamu beruntung. Aku nggak bisa tidur sampai pagi.”

“Kenapa?”

“Inget kamu terus.”

“Kan ada Niken, Mas....”

“Ya, aku juga memeluknya. Tapi nyatanya, mataku sulit terpejam.”

“Sebenarnya, bagaimana perasaanmu padanya, Mas?”

“Aku mencintainya. Ya, pasti itu. Tapi, aku juga semakin tidak bisa membohongi diriku sendiri, kalau aku juga mencintaimu.”

Nadia terpana. Untuk pertama kalinya, Farhan mengucapkan cinta padanya. Ia menatap dalam mata pria di depannya.

“Sungguh?”

“Ya. Aku tahu aku salah. Tapi ... siapa yang bisa mencegah saat cinta itu datang.”

Ingin rasanya Nadia memeluk dan mencium Farhan. Namun, ia sadar bukan tempat yang tepat untuk melakukannya. Ada Naura dan Dira yang kapan saja bisa melihatnya.
Akhirnya, kedua insan manusia itu hanya bisa saling mengenggam tangan satu sama lain.

***

Pulang liburan, semua masih berjalan seperti biasa. Tidak ada yang berubah, tidak ada yang mencurigakan.

“Ken,” panggil Farhan saat Niken sedang memasak sarapan. Ia berjalan mendekat, kemudian dipeluknya sang istri dari belakang.

“Kenapa, Mas?”

“Aku mau ijin sama kamu.”

“Ijin? Ijin apa?”

“Sabtu besok, aku mau reuni sama teman-teman SMA-ku. Laki-laki.”

“Oh ... ya udah, Mas. Nggak apa-apa.”

“Tapi, acaranya sekitar satu minggu.”

Niken membalikkan tubuh. Alisnya berkerut. “Satu minggu? Kok, lama?”

“Iya ... pesera reuni semuanya laki-laki. Kami ingin manjat gunung.”

“Pekerjaan kantor gimana?”

“Aku udah minta Rio dan yang lain untu hamdle semuanya.”

“Apa nggak bisa dikurangi waktunya? Aku pasti bakalan kangen banget sama Mas. Selama ini, kita nggak pernah berpisah selama itu.” Ya, selama menikah, mereka memang selalu bersama. Tidak pernah semalam pun Niken lewati tanpa Farhan.

Farhan mendongakkan kepala Niken dengan telunjuknya. Mata wanita itu berkaca-kaca.

“Kamu menangis? Kok kaya anak kecil. Malu dilihat Naura sama Dira, Sayang....” Farhan mengecup pipi istrinya.

“Janji, ya ... kamu harus kembali tanpa kurang satu apa pun.”

“Sayang, aku kan Cuma pergi sama teman-temanku. Jadi kamu tenang saja. Tidak akan terjadi apa pun padaku.”

Niken memeluk tubuh Farhan erat. Entahlah, ia juga bingung. Kenapa dia harus seperti itu. Rasanya sangat berat mengizinkan suaminya pergi. Namun, ia juga tidak mau menjadi istri yang over protective.

“Kalau kamu nggak bisa tidur sendiri, kamu bisa tidur sama Naura.”

Niken pun mengangguk, mengiyakan saran Farhan.

Tbc.
23.01.20
Repost, 19.03.24

Luka Hati (Lost)-Poligami Series 5Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang