Hari Minggu Niken mengajak Farhan untuk jalan-jalan. Ia ingin memberikan waktu kepada Indra agar leluasa memasang CCTV. Tanpa harus takut Farhan sewaktu-waktu akan datang ke kantor.
CCTV terpasang. Niken menghubungkan ke ponselnya. Melalui itu, Niken tahu aktivitas apa saja yang terjadi di kantor. Dari situlah ia mendapatkan video adegan perselingkuhan yang suami dan sahabatnya lakukan.
Awalnya, Niken begitu shock. Bisa-bisanya suami dan sahabatnya melakukan itu di belakangnya. Ya, bukan hanya adegan ciuman dan pelukan yang dia lihat. Tetapi juga adegan sex yang sepertinya dilakukan saat Rio dan yang lain sedang tidak ada di kantor.
Jijik dan ingin muntah rasanya. Namun, Niken akan mengumpulkan banyak bukti terlebih dahulu sebelum dia menghancurkan kedua pengkhianat itu.
***
Niken menyiapkan sarapan seperti biasa. Di meja makan sudah tersaji menu gizi seimbang untuk putra-putrinya. Tak lupa, susu pun sudah ia siapkan.
“Kalian sarapan, ya ... makan yang banyak biar tetap sehat.” Niken mencoba menyembunyikan perasaannya.
Naura dan Dira menurut. Putra-putri Niken itu mengedarkan pandangan. Tidak ditemuinya sosok sang ayah. Ingin bertanya, tetapi diurungkan. Mereka makan dalam diam. Tanpa sadar, Naura menangis terisak mengingat apa yang baru saja diketahuinya semalam.
Baginya, sang ayah adalah cinta pertamanya. Ia selalu menginginkan pacar dan suami yang mirip sosok sang ayah. Namun, ternyata pria yang selama ini dikaguminya, tidak sebaik yang dia pikir.
“Udah, deh, Kak! Kenapa Kakak nangis? Nangisin Ayah?! Nggak penting banget, sih!” ucap Dira dengan ketus. Sungguh, ia benci dengan sikap sentimentil sang kakak.
Naura tak menjawab.
“Maafkan Mama, Nak. Karena ego Mama, kalian jadi harus tahu semuanya.” Di dalam hatinya yang paling dalam, Niken menyesal. Kenapa dia terlalu gegabah. Kenapa dia tidak memikirkan psikis anak-anaknya. Ia menunduk dalam. Air matanya pun berjatuhan.
Naura dan Dira langsung berdiri, dipeluknya wanita yang telah melahirkannya itu.
“Mama nggak salah, Ma ... sudah sewajarnya kami tahu. Kami nggak menyalahkan Mama. Justru, kami ingin bilang ke Mama, Mama punya kami. Tanpa Ayah pun, kita masih bisa hidup, Ma,” ucap Dira menenangkan sang Mama. Sebagai anak laki-laki satu-satunya, Dira memang harus bisa diandalkan.
“Tapi, bagaimana dengan masa depan kalian? Mama takut, Ayah tidak akan mau lagi kasih nafkah ke kalian, karena ulah Mama.”
“Mama ... Mama nggak perlu takut, Ma. Lagipula, kesuksesan Ayah sekarang ada campur tangan Mama. Kalaupun Mama dan Ayah harus bercerai, ada hak Mama di harta yang kita miliki.” Ada benarnya yang Naura katakan. Jika harus ada perceraian antara Niken dan Farhan, ada gono-gini yang harus dibagi. Demi Tuhan, demi anak-anaknya, Niken akan memperjuangkan itu.
“Mama bangga memiliki kalian.”
“Kami juga bangga memiliki Mama.”
***
Pulang kuliah, Naura mendatangi kantor ayahnya. Ia langsung masuk saja. Di dalam ada Rio juga karyawan yang lain.
“Di mana Ayah sama simpanannya, Om?” tanya Naura saat tidak melihat Farhan dan Nadia di kantor.
Kening Rio berkerut. Ia memang tidak mengetahui apa yang terjadi semalam dengan bosnya. Karena Rio berhalangan hadir.
“Simpanan, Ra? Simpanannya siapa?”
“Om jangan pura-pura nggak tahu, deh. Masa, setiap hari di kantor yang sama, Om nggak tahu.”
Rio menggeleng. “Beneran, Om nggak tahu maksud pertanyaan kamu.”
“Hhh. Ayah sama si Tante Ganjen kan selingkuh.”
“Tante Ganjen? Siapa?”
“Ya sekretaris yang sok cantik itu, lah. Siapa lagi.”
Rio tercengang.
“Om benar-benar nggak tahu, lho, Ra.”
“Terus, ini Ayah juga nggak ke kantor?”
“Enggak. Ayah kamu cuma minta tolong sama Om buat jagain kantor hari ini.”
“Oh ... ya udah. Aku pulang. Nanti kalo ketemu, bilang anaknya nyariin. Kalau emang masih nganggep anak.”
“Oke ... nanti Om sampein. Terus, sekarang kamu mau ke mana?” tanya Rio saat melihat Naura bersiap untuk keluar kantor.
“Nyari angin. Kesel, pengen marahin si ABG tua, malah nggak kesampaian.”
Mendengar jawaban Naura, Rio dan teman-temannya tertawa.***
Tubuhnya letih. Namun, Niken tidak ingin masalah menyetir hidupnya. Mau tidak mau, ia harus bangkit. Dengan atau tanpa suaminya, ia harus tetap melanjutkan hidup.
Siang ini, ia ingin mengunjungi mertuanya. Ia ingin tahu, apa keluarga dari suaminya itu tahu tentang hubungan Farhan dan Nadia, atau tidak. Pasalnya, tidak ada satu dari mereka yang terlihat terkejut saat semalam melihat foto dan video mesra mereka.
Pintu diketuk, tak lama terbuka. Sang adik iparlah yang membuka. Tidak ada senyum menyapa seperti biasa.
“Ibu ada, Sar?” tanya Niken kepada Sarah, adik satu-satunya Farhan.
“Ada, Mbak. Di dalam. Lagi istirahat,” jawabnya datar.
Niken menjadi canggung dibuatnya.
“Kamu kenapa? Kamu marah sama Mbak?”Sarah keluar, ditutupnya pintu. Kemudian duduk di kursi teras. Niken pun mengikuti.
“Kenapa Mbak melakukan itu, Mbak?” tanya Sarah. Sangat jelas ia dalam kondisi tidak bersahabat dengan kakak iparnya.
Niken memandang heran ke arah adik iparnya. “Kamu marah dengan apa yang Mbak lakukan?”
“Mbak terlalu gegabah. Mbak nggak memikirkan kesehatan Ibu, Mbak nggak memikirkan kesehatan anak-anak, Mbak nggak memikirkan kelangsungan usaha kalian. Bagaimana jika setelah ini, usaha kalian hancur? Bagaimana dengan kelangsungan hidup kalian?”
“Apa kalian tahu tentang apa yang sudah dilakukan Mas Farhan? Apa kalian sudah tahu hubungan gelap mereka?” tanya Niken mencoba menahan air mata yang hampir menetes.
“Mereka tidak berhubungan gelap, Mbak. Mereka sudah menikah.”
Tbc.
28.01.20
Repost, 01.04.24
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Hati (Lost)-Poligami Series 5
RomanceCerita ini udah tersedia di Google Play Book. Yang kutahu, cinta itu tidak melukai. Yang kutahu, cinta itu tidak mengkhianati. Yang kutahu, cinta itu selalu mengasihi. Saat aku tidak lagi menjadi alasanmu untuk membuka mata setiap pagi, untuk apa la...