6

33 4 0
                                    

"kenapa masih disini? Ini kan udah jam 4 lagipula mau hujan loh." Tanya Ray yang menghentikan motornya didepan halte bus dekat sekolah.

"Duduk. Emang Napa?" Kata Zay balik.

"Ya gue tau kalo elo duduk, mau nungguin bus? Kalo iya gue kasih tau nih bus kalo jam segini udah ga lewat sini lewatnya depan sana tuh." Tunjuk Ray kearah jalan raya ke dua setelah sekolahnya berada.

"Oh. Yaudah."

"Gitu doang? Gak ada niatan ngucap makasih gitu?" Mata Ray menyipit melihat Zay yang memainkan ponselnya.

"Niatan sih punya, tapi tadi elonya nanya jadi ga niat deh." Jawabnya acuh.

"Yaudah, mau gue anterin gak? Mau hujan soalnya." Tawar Ray.

"Geratis ya." Ucap Zay dengan memasukkan ponselnya kedalam tas.

"Elo tuh. Sukanya gratisan." Dumel Ray.

"Banyak kali yang suka gratisan." Balas Zay.

"Yaudah ayok. Naik!" Ray menstater motornya.

"Udah?"

"Hmm,"

"SI anju Jangan ngebut napa nyawa gue cuma satu gak ada asuransi, ntar kalo gue meninggal gimana?" Protes Zay katena Ran mengendarai motornya dengan kecepatan penuh.

"Si bawel, gue yang didepan diem aja kenapa elo yang bonceng ngoceh mulu." Balas Ray dengan teriakan pula.

"Sa ae Lo! Jantung gue ni deg-degan gak berhenti." Sewot Zay sambil memukul helm Ray.

"Kalo gak deg-degan mati Lo ntar, ada-ada aja." Jawab Ray.

"Iya serah Lo aja dah." Zay memutar bola matanya malas.

"Zay hujan ini neduh dulu ya, ntar basah kalo nekat." Teriak Ray.

"Gak usah udah deket kok." Tolak Zay.

"Pokoknya neduh dulu, kasihan baju gue kalo basah. Di situ aja ya." Ray meminggirkan motornya diemperan toko yang sudah tutup.

"Serah Lo." Zay memperlihatkan muka sebalnya.

"Nurut lah, ntar kalo kehujanan sakit, elonya gak masuk ntar kalo ulangan sekelas nyontek sapa?" Tanya Ray." Ya walaupun gue pinter tapikan gak efektif kalo sekelas cuma nyontek gue." Sombongnya.

"Bodo amat."

Sekitar satu jam hujan mulai reda, mereka meninggalkan tempat berteduh.

"Zay rumahmu mana?" Tanya Ray yang sedang menstater motornya.

"Itu, keliatan kok dari sini." Tunjuknya pada sebuah bangunan.

"Elo tinggal disitu?" Tanya Juna memastikan dengan mengarahkan jarinya pada tempat yang dimaksud.

Zay yang sedang fokus dengan handphone nya hanya mengangguk.

"Rumah Lo di masjid ujung sana itu," tanyanya lagi memastikan.

Zay langsung mendongakkan kepalanya " ya kali tinggal di masjid. Itu yang ada pager hitamnya, halamannya luas." Jawabnya.

"Pagar hitam, jarak 2 rumah dari tempat ini?" Tanyanya tidak percaya.

'' He em."

"Yiah, tau gitu tadi neduh dirumah elo, gak bakal kelaparan gue." Gerutu Ray.

"Gue tadi kan udah bilang kalo deket. Elonya aja yang ngeyel mau neduh." Omel Zay.

"Yaudah kalo gitu, gue mau pulang. Bisa pulang sendirikan?" Tanya Ray dengan tampang kesal.

"Bisalah! Lo kira gue bayi yang gak kuat jalan deket." Balas Zay.

"Oke bay gue balik. Jangan kangen." Ucapnya dengan pd.

_______

"Assalamualaikum spada" ucap Zay dari ambang pintu. Ia melihat sudah banyak temannya yang datang tapi tidak ada satupun yang menjawab salam.

"Oy kalo ada yang ngucap salam dijawab Napa. Dosa Lo pada entar."

"Kum salam"

"Jawab yang bener lah." Kata Zay.

"Waalaikum salam warahmatullahi wabarokatuh." Jawab temannya serempak. Setelah menjawab salam mereka fokus lagi pada benda Pipih yang berada di tangan masing-masing. Karena penasaran Zay pun mengintip apa yang mereka lakukan.

"Cacing terosss," koar Zay.

"Biarin." Jawab mereka serempak.

"Makannya Lo pada gak bisa tumbuh padahal makan banyak, mainnya cacing sih." Dumel Zay.

"Anjir. Itu cacing gede banget." Kata Ran Yang ikut-ikutan main cacing.

"Bangsat! Kalah gue" umpat Zico karena cacingnya menbrak cacing lawan yang lebih kecil.

"Cacing siapa ini yang ga punya mata? '' tanya Ran pada teman sekelasnya.

"Gue kenapa gak suka Lo?" Jawab Ray yang fokus pada cacingnya.

"Gak punya mata aja belagu, apalagi kalo punya." Dumel Ran.

"Ade. Gue mati." Umpat Juno.

Karena jengah mendengar umpatan teman-temannya dan jeritan Zay pun meninggalkan kelas menuju kantin.

Setelah lima belas menit Zay kembali dan teman-temannya masih fokus pada cacing-cacingnya.

"Main terosss. Moga kalian cacingan. Biar obat cacing pada laku." Ucap Zay pada temannya.

"Hmm"  Jawab temannya serempak.

Pendek banget ya? Emang.

See you next part.

29.1.20

Vote+coment🆗

Maapkeun kalo ada typo

I'm ok (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang