Turn Off [OffGun]

Episode 2

Seorang pria yang sering diteriaki "Oppa" oleh para fansnya baru saja selesai syuting. Wajah oriental, berkulit putih, berbadan menjulang tinggi bak model kelas dunia, rambut bergaya kekinian, tindikan di kedua telinganya membuat Off bagaikan imitasi dari para selebritis besar Korea Selatan. Beruntungnya Thailand, selain memiliki Lisa yang mengharumkan nama bangsa lewat ketenarannya di BlackPink, negara tersebut juga perlu berbangga diri dengan kehadiran Off Jumpol yang menjelma menjadi primadona para Hawa di seluruh belahan dunia yang akhirnya menyoroti kebudayaan Thailand berkat sosok Off Jumpol, sebagai salah satu publik figur terkenal sejagad.

Di balik ketenaran, orang di luaran sana tidak pernah menyadari, atau bahkan enggan memperdulikan bagaimana kondisi Off. Seperti sekarang, Off merasakan tubuhnya menurun drastis akhir-akhir ini, kepalanya sering sekali pusing seperti dihantam benda tajam yang menusuk-nusuk otaknya, ia juga sering merasa drop jika terlalu lelah bekerja, dan berujung sakit.

"Kau pusing lagi?" Tanya Eks sembari duduk di samping Off yang tengah memijat pelan pelipisnya

Off enggan menjawab dengan suaranya yang serak itu, ia hanya mengangguk kecil menanggapi pertanyaan Eks.

"Kurangi pekerjaan setelah series ini rampung, kau butuh istirahat panjang. Jangan membuat uangmu semakin menumpuk di Bank saja, pergunakan itu untuk bersenang-senang" gurau Eks yang disahuti kekehan renyah dari Off

"Aku harus menumpuk uangku itu setinggi bukit, untuk masa depan."

"Untuk menikahi Gun." Ujar Eks asal, berniat menggoda Off dengan candaannya

Off terhenyak, merapatkan bibirnya, memudarkan tarikkan senyum yang sempat menghiasi wajah tampannya itu. Rasanya sedikit sakit di ulu hatinya, bayangan Gun dan Mook saling berdatangan secara bersamaan di pikirannya. Dulu, ia begitu giat bekerja untuk Mook, menikahi wanita itu sebelum umur mereka menginjak 30 tahun, membeli rumah besar untuk keluarga kecil mereka nanti. Semuanya hanya tinggal anggan yang meluap bersama cinta Off untuk Mook, menghilang terkikis waktu. Kini, sejujurnya, dari lerung terdalam hatinya, Off meng-iya-kan perkataan Eks tentang niat menikahi Gun, tapi ia ragu, takut, dan bimbang. Bukan karena keluarga mereka, tapi hati Off sepertinya sudah mengalami trauma mengenai suatu hubungan, bahkan sebelum hubungannya berakhir.

"Apa menurutmu hubunganku dan Mook masih memiliki harapan untuk terselamatkan?"

Lama berdiam, Off mengajukan sebuah pertanyaan yang membuat Eks bungkam sejenak, otaknya kembali memutar ulang kejadian beberapa waktu lalu tentang pertengkaran Off dan Mook di kafe milik Alice. Ini bukan kali pertama Eks menyaksikan perseteruan OffMook, keduanya sering bertengkar secara terbuka dihadapan mereka, tidak memperdulikan nasib karir, jika pertengkaran mereka itu akan menjadi bahan hebat untuk media gosip.

"Kalian terlalu sering bertengkar. Apa kalian tidak lelah?" Eks balik bertanya kepada Off, agak ragu dan takut salah mengambil langkah jika ia menjawab pertanyaan Off tersebut

"Usia hubungan kami tidak sebentar Eks, kami bertahan selama 5 tahun, dan sulit untukku melepasnya walaupun aku sudah tidak mencintainya lagi."

Off merunduk, membawa wajahnya menghadap ke bawah, kepalanya makin berat, seperti menjerit pada Off jika seluruh tubuhnya sudah tidak kuat lagi menanggung beban dan ujian pada hidupnya. Off sulit memilih, dan itu membuatnya tertekan begitu kuat.

"Aku tahu kau menyukai Gun, tapi kau benar, sulit melepaskan cinta yang terlalu lama kau pertahankan. Aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu, kau berhak memilih Gun, atau kembali pada Mook, tapi jangan bodoh untuk memiliki keduanya. Ikuti hatimu, jika kau ingin melepas jeratan yang mencekikmu, maka jangan bohongi hatimu."

Eks menepuk bahu Off, lalu berlalu pergi begitu saja. Damn! Off lagi-lagi sendirian, tidak ada yang berniat menolongnya, bahkan Eks pun cari aman dengan membiarkan Off terus dilema seperti sekarang ini. Gun dan Mook adalah teman dekatnya, ia tidak mungkin mau mencampuri hubungan rumit antara ketiganya.