Bagai tersambar petir di siang bolong yang terik, hangus terbakar, dan tak berwujud lagi. Sepertinya itu gambaran yang pas untuk kondisi Kwang saat ini.
Kwang bagai daging tak bertulang, lemas, namun tubuhnya bak daging beku yang kaku juga dalam waktu yang bersamaan
Bulir kristal turun begitu derasnya dari dua pelupuk mata bulat jernihnya. Ia tidak menyangka jika pertemuannya dengan Off akan sebegitu menyakitkannya. Wanita itu menyesalinya--- menyesal kenapa ia tidak mencari Off sedari dulu, atau ikut saja dengan Off waktu itu.
"Phi"
Mata berair Kwang menatap Off, pria yang sering berperilaku tengil, dan penuh keabsurdan itu kini sedang berbaring lemah di ranjang rumah sakit. Penampilannya tidak bisa dibilang baik-baik saja, rambutnya menghilang, memperlihatkan kepalanya yang pelontos. Bibirnya kering, pucat, dan pecah-pecah. Tubuh kurusnya semakin kurus tinggal tulang benulang saja.
Melihat penampilan Off membuat Kwang tak kuasa lagi, berlari berhambur menabrak tubuh ringkih itu, merengkuhnya erat, takut jika Off akan menghilang jika tidak segera ia tangkap.
"Phi, maafkan aku na~" Off bergumam di sela-sela pelukannya bersama Kwang
Pria jangkung itu tahu bagaimana perasaan Kwang ketika pertama kali melihat dirinya kini. Off Jumpol yang sangat berbeda 180° dari terakhir yang satu bulan lalu ia temui.
"Off katakan padaku apa yang kau derita selama ini? Kumohon beritahu aku Off." pinta Kwang dengan suara sesenggukan
Off meraih tangan Kwang yang masih berbalut sarung tangan penghangat. Memberikan senyum terbaiknya yang di mata Kwang justru lebih terlihat seperti senyum lemah menyedihkan.
"Maaf aku menyembunyikan penyakitku ini darimu, aku selama ini mengidap sakit..." Off menggantung ucapannya, mata sayunya menatap dalam ke mata sembab Kwang yang masih menunggu ucapan Off selanjutnya
"Aku sakit Leukemia Phi. Stadium akhir." sambung Off kemudian menundukkan wajahnya
Berat, ya itu yang sangat tepat mewakili perasaan Off saat ini sejak satu bulan lalu. Off harus kembali memikul beban yang sangat berat dipundaknya, karena penyakit mematikan sedang bersarang di dalam tubuhnya, mengalir bersama darahnya, menggerogoti tubuhnya kian hari, kian parah.
Satu bulan lalu kembali terbayang di pikiran Off. Pertama kalinya ia menapaki London, berniat menahan derita hidupnya di sana, dan hanya ingin ditemani oleh keluarganya saja--- Off sudah berencana ingin menetap di sana, meninggalkan gemerlapnya panggung hiburan yang telah membesarkan namanya itu. Off ingin berjuang sembuh tanpa mendengar desas-desus mulut tajam netizen, tidak ingin melihat apalagi direbungi para paparazi. Ia ingin tenang dan damai agar penyakitnya ini lekas sembuh. Barulah setelah dinyatakan terbebas dari penyakit mengerikan tersebut Off akan kembali menapaki Thailand, bertemu dengan seseorang yang pernah begitu ia cintai, namun dengan teganya ia sakiti.
Ha~ mengingat Gun membuat ulu hati Off ngilu, rindu rasanya ingin memeluk dan mencium pria kecil itu, tapi Off tak bisa kembali pada Gun sekarang, atau mungkin tak bisa lagi kembali pada pria itu. Mungkin saja Gun kini sudah bahagia, melupakannya. Apa kabar kau di sana Gun?
"Kenapa kau justru di sini Off? Meninggalkan London?" Tanya Kwang yang mulai membaik. Wanita cantik itu masih mendengarkan dengan seksama cerita yang sedang sahabatnya itu ungkapkan
"London terlalu mudah untuk kalian menemukanku phi." ujar Off dengan nada berguraunya
Kwang menatap Off serius, tidak berminat tertawa, karena. baginya ini bukanlah saat yang tepat untuk berbahagia. Kwang lebih tertarik dengan semua misteri hidup si jangkung itu, ketimbang dengan gurauannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn Off [OffGun]
Short StoryTAMAT "Aku memang telah pergi, tapi namaku akan selalu terukir dalam hati." . Cerita yang mungkin akan penuh dengan kontroversial, karena kisahnya yang mengangkat pedihnya kisah cinta seorang Off Jumpol yang mana orang-orang lebih banyak mengangkat...