Mengapa? Mengapa bukan dia yang mencintaiku?
Mengapa? Mengapa bukan aku yang hidup bertahun-tahun bersamanya?
Mengapa? Mengapa aku tidak bisa menanggalkan cinta ini, cinta yang telah melukai orang yang tak berdosa secara tak sengaja. Demi memuaskan suara hati ini yang dengan kejamnya membuat hancur hubungan seseorang.
Aku siap meninggalkannya, tapi kenapa justru dia yang kini mendekat.
Aku siap melukai hatiku sendiri agar ia bahagia, agar mereka berdua tetap harmonis, tapi mengapa? Mengapa semuanya tidak sesuai rencanan.
"Ha... Sampai kapan kau melankolis begini Gun, sampai kapan penderitaan yang kau buat sendiri ini berakhir. Ha~" keluh pria mungil, bertanya pada dirinya sendiri akan segala kebodohan yang telah ia lakukan selama ini
Gun sengaja menghindari Off dari beberapa waktu silam. Ia menyadari jika cintanya pada Off adalah kesalahan paling besar dalam hidupnya.
Gun sekuat tenaga mengabaikan perhatian Off agar hatinya tidak kembali lagi mendambakan cinta Off yang tidak mungkin bisa ia genggam. Gun akan menjadi manusia paling jahat, jika ia bisa menggenggamnya hanya untuk dirinya sendiri. Jika ia berhasil mendapatkan hati Off, itu artinya ia telah merebut Off dari sahabatnya sendiri, dari Mook yang selama ini telah begitu baik padanya membiarkan dirinya mencintai Off dalam diam.
Gun kembali menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang, hari ini ia tidak memiliki agenda apa pun di siang hari, pria imut itu hanya akan menghadiri rapat series terbarunya malam nanti. Tidak seperti biasanya jika mendapat libur ia akan bersenang-senang dengan para sahabatnya, hari ini ia sedang tidak berselera pergi ke mana-mana, dan memilih untuk bercumbu mesra dengan guling, dan bergelut lembut dengan selimutnya.
.
.
.~Ting~ Nong~ Ting~
Telunjuk pucat nan panjang terus menekan bell samping pintu coklat besar di hadapannya. Menunggu, menantikan sang pemilik rumah membukanya.
"Aihhhh Sawadhi kha p'Off" sapa seorang wanita yang masih mengenakan piyama tidurnya padahal ini sudah menunjukan waktu makan siang, bahkan sudah lewat waktu makan
Off memberikan senyuman khasnya, membalas senyum manis wanita di hadapannya yang mengingatkannya dengan senyum seseorang.
"Masuk phi"
"Apa kakakmu ada Nong Pim?" Tanya Off pada wanita remaja yang bernama Pim itu sebelum memasuki rumah
"Ada... Di kamarnya" Pim mengangguk sembari berujar menjawab pertanyaan Off
Dalam hati Off bersorak, ia tidak sia-sia datang ke rumah Gun, karena Gun nyatanya masih ada di rumah. Tumben memang dalam pikiran Off, bisanya jika mendapatkan jatah libur yang lama, atau pekerjaannya sedang tidak banyak, Gun akan berkumpul dengan gerombolan sosialita-nya itu.
"Ah, Nong Off" sapa seorang lelaki berusia 50 tahun-an sembari memberikan wai pada si jangkung itu
Wajah Off menjadi memucat, gugup; itu yang kini sedang melingkupi hatinya. Pria paruh baya tersebut adalah Khun Poonswat, alias ayah dari gebetannya, dan itu berhasil membuat jantungnya berdebar begitu cepat.
Off membalas wai Khun dengan sedikit canggung. Sedangkan Khun yang paham dengan gelagat Off hanya tersenyum maklum saja.
"Kau mencari Gun?" Tebak Khun sembari berjalan ke sebuah sofa dengan satu tangan membawa cangkir berisi kopi hangat buatan sang istri
Off kembali membalas pertanyaan Khun dengan anggukan kaku. Dalam hati si jangkung itu merutuki kelakuannya, takut dianggap tidak sopan oleh ayah dari orang yang sedang ia incar untuk ditambatkan di dalam hatinya yang sudah kosong. Tidak lucu kan, jika belum juga dirinya berpacaran dengan Gun, namun sudah memberi kesan buruk di mata sang calon ayah mertuanya karena ketidaksopanannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn Off [OffGun]
Short StoryTAMAT "Aku memang telah pergi, tapi namaku akan selalu terukir dalam hati." . Cerita yang mungkin akan penuh dengan kontroversial, karena kisahnya yang mengangkat pedihnya kisah cinta seorang Off Jumpol yang mana orang-orang lebih banyak mengangkat...