Warning...
18+
.
.
.
Malam semakin larut, jarum jam bahkan sudah menunjuk angka sebelas, akan tetapi suasana kamar Gun masih saja sunyi senyap, belum ada yang membuka percakapan. Gun masih asik memeluk Off, menghirup wangi parfum kesukaannya yang menguar maskulin pada tubuh pangeran impiannya. Pangeran yang kini bukan hanya sekedar menjadi angan baginya. Sedangkan, Off merenung sembari membelai lembut surai hitam Gun.Kantuk semakin lama mulai menghinggapi si mungil, ia bahkan sudah menguap beberapa kali; Matanya sudah mulai berat, tidak kuat lagi jika harus diajak untuk terbuka.
"Gun~"
Namun mata bulat kembali terbuka, Gun menadahkan kepalanya, menatap dua manik indah milik Off yang tidak kalah sembabnya sama seperti milik dirinya.
"Jika kau tidak bisa berhenti menyalahkan dirimu, maka aku akan berhenti untuk mencintaimu, lebih baik kita akhiri sandiwara ini di hadapan fans, aku tidak ingin kau semakin terluka."
"Hiks... Hiks... Papii~"
Bagaimana mungkin Gun melupakan semua kebodohannya yang telah melukai Mook, itu akan terus membekas di sepanjang hidupnya, tapi di sisi lain Gun juga enggan mengakhiri semuanya dengan Off, baru saja Gun mendapatkan cinta Off, ia tidak rela jika harus kembali melepasnya.
Gun harus berkata apa pada Off, ia takut Mook akan semakin membencinya jika ia harus melanjutkan kisahnya bersama Off, tapi ia tidak rela Tuhan, tidak rela berjauhan apalagi melupakan Off. Sudah cukup selama ini ia menderita dengan memaksakan dirinya untuk acuh dan pura-pura bahagia di depan Off, kini dewi Fortuna sedang berpihak padanya, namun... arghhhhhh tapi ini begitu sulit Tuhan, Gun tidak ingin salah langkah.
"Jika kau diam tandanya, iya kan?"
Off melepas perlahan pelukannya pada tubuh Gun, menatap Gun dengan sorot kekecewaan. Di sisinya, Gun menatap Off bingung, tidak paham dengan apa yang baru saja Off katakan padanya.
"Hmm?" Tanya Gun tak paham
"Jika kita juga harus mengakhirinya, kau menginginkan itu kan?" Tanya Off sekaligus mempertegasnya pada Gun
Kelu, kini lidah Gun malah mati rasa, otaknya menjadi kacau, deru nafasnya semakin memburu. Mendengar ucapan Off dengan suara atau yang penuh kesakitan membuat seluruh tubuh Gun kacau.
"Aku pergi."
Off tidak bisa memaksa Gun untuk berada di sisinya saat dirinya telah merusak ketentraman hidupnya. Menyudutkannya pada situasi hubungan antara dirinya dan Mook. Off tahu, dan Gun pun tahu pastinya juga tahu jika mereka bersama, publik akan membentuk pandangan mengenai Off yang berselingkuh, dan Gun yang menjelma menjadi perusak hubungan orang di mata banyak orang, hal itu dapat merusak reputasi seorang Gun Atthaphan bukan? Gun tentu tidak ingin merusak karier-nya hanya demi pria sebodoh Off.
Off berniat pergi meninggalkan Gun.
"Hiks... Papii~" parau Gun dengan isakannya, tangan bergetarnya berusaha meraih salah satu tangan Off, menggenggamnya erat
Gun menggeleng, memberi syarat pada Off untuk tidak meninggalkannya. Pria tampan itu menatap Gun tajam namun begitu lembut dan tulus. Tubuhnya mematung, tidak bergeming dari posisinya, ia menunggu jawaban Gun, menunggu Gun memutuskan hal yang akan diambil.
"Gun... Hiks..." Sulit bagi Gun bersuara, namun ia telah membuatkan tekatnya, dirinya harus segera menyelesaikan obrolan menegangkan ini
Off terdiam, masih dengan tubuh yang kaku, dan jantung yang berdentum hebat, menunggu apa yang akan pria mungilnya katakan kepada dirinya.
"Gun... Hiks... Gun akan bersama Papii~ Gun mencintai Papii." Lanjut Gun dengan suara yang penuh keyakinan, ia telah mengambil sebuah keputusan yang begitu besar, tidak tahu apa yang akan menghadang jalannya nanti, tapi ia memiliki Off, memiliki orang-orang tersayangnya yang selalu berada di belakangnya. Gun mengukuhkan hatinya, kembali mengukir nama Off di dalam hatinya
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn Off [OffGun]
Short StoryTAMAT "Aku memang telah pergi, tapi namaku akan selalu terukir dalam hati." . Cerita yang mungkin akan penuh dengan kontroversial, karena kisahnya yang mengangkat pedihnya kisah cinta seorang Off Jumpol yang mana orang-orang lebih banyak mengangkat...