Episode 14

2.1K 170 13
                                    

The Avenue, sebuah kafe yang terletak di kawasan High Shincliffe. Kafe bergaya Inggris modern dengan makanan klasik khas Eropa. Tempat yang kini menjadi saksi pertemuan pertama Gun dan Kwang.

Kondisi beberapa jam lalu begitu menegangkan, mendorong Kwang untuk segera membawa pergi Gun dari DHM. Ia tidak ingin kondisi Off menurun karena trauma kembali menyerangnya. Disinilah sekarang mereka, berdiam diri tanpa berbicara sedikit pun dengan dua cheese cake dan dua cup coklat hangat menggugah selera, tapi tidak untuk Gun. Pria itu kecewa, marah, dan tidak menduga jika selama ini Kwang menyembunyikan keberadaan Off darinya, sahabatnya sendiri. Kejam!

"Gun..." Kwang membuka suara dengan sedikit gugup melingkupi hatinya

"Kenapa kau begitu kejam padaku phi, aku kehilangannya, dan kau mengabaikanku." keluh Gun mulai meluapkan kegundahan hatinya

Kwang menghembuskan nafasnya sedikit kasar, meremat jemarinya sendiri yang dingin karena suhu bercampur rasa gugup.

"Jika kau kecewa padaku, aku sangat lebih kecewa padamu Gun. Terlalu rumit semua yang telah terjadi, aku kesulitan menjelaskannya padamu."

Gun menatap Kwang dengan rahang yang mengeras tegang. Marah? Tidak, Gun kini merasa gelisah.

"Aku tidak berniat menyembunyikan ini dari siapa pun, Off yang memintaku untuk tidak bersuara mengenai keberadaan dan kondisinya. Bahkan aku baru tahu keberadaan Off tiga bulan lalu, ia juga sempat menyembunyikan ini dariku Gun. Dari Mook juga. Hanya keluarganya yang ia beri tahu."

"Jadi, kau mengatakan ingin bersekolah di Amerika. Itu semua rekayasa? Demi menutupi yang sebenarnya."

Kwang mengangguk, mengeratkan telapak tangan pada cangkir hangat di hadapannya.

"Bagaimana kau bertemu Mook?" tanya Kwang memulai topik baru

Gun menunduk, bermain dengan sendok cake di tangannya.

"Tuhan mempertemukan kami melalui ketidaksengajaan. P'Mook menabrakku saat aku sedang berjalan sore di Oxford. Dia berlari saat melihatku, menghindariku, dan itu membuatku mencurigainnya."

"Dan kau menemukan Off pada akhirnya." sambung Kwang

Gun kembali menunduk sambil mengangguk.

"Kenapa kau di Inggris?"

"Untuk berlibur. Pada awalnya."

Susana hening kembali membuat mereka sedikit canggung, dan itu sangat tidak nyaman. Kwang menyeruput coklat hangat miliknya, dan Gun masih berdiam diri tanpa minum atau memakan makanannya.

"Kenapa Papii kejam padaku phi? Memutuskan hubungan kami melalui surat dan menghilang tanpa jejak. Aku menderita. Kau tahu itu? Apa kau yang menaruh surat di kotak surat rumahku?" ucap Gun tanpa mengalihkan pandangannya pada sendok cake

"Jika kau menderita maka Off lebih menderita darimu. Apa kau tahu Gun, selama ini Off memendam luka hatinya tanpa kau ketahui. Ia menanggung penyakitnya seorang diri tanpa seorang pun tahu. Off mengidap leukemia stadium akhir..."

Kwang menyeka air matanya yang mulai berjatuhan.

"Bukan hanya itu, ia juga mengidap Pistanthrophobia. Kondisi di mana mentalnya mengalami trauma terhadap sebuah pengkhianatan yang mengakibatkan rasa percayanya kepada orang lain hilang."

Gun tertawa getir, miris rasanya nasib hidupnya. Fakta yang Kwang lontarkan bagai ribuan jarum yang menusuk ulu hatinya. Gun tidak menyangka jika Off menanggung derita begitu berat, dan ia tidak mengetahuinya sama sekali.

Merasa Gun masih tidak menanggapi ceritanya, Kwang kembali melanjutkannya lagi.

"Peristiwa antara kau dan Oab membuat trauma pada mental Off. Tepat di hari itu juga, Off mengetahui penyakitnya. Hidupnya runtuh Gun, dan itu justru karena orang yang sangat ia cintai."

Turn Off [OffGun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang