"Biarkan aku mengenalmu tanpa perasaan, jadi saat kita berpisah, tak ada rasa yang tertinggal." ~Daud antonius
Tidak terasa libur sekolah sudah berakhir, kegiatan sekolah sudah seperti biasanya. Hari ini jadwal class random, reta tidak menyukai situasi ini ia sudah terlalu nyaman dengan expensive class.
"Hai guys." reta melambaikan tangan kepada beberapa gadis di depan perpustakaan, dengan cekatan reta berlari menyusul orang-orang itu, "Aduh capek deh." senyum lebar melingkar di pipi reta menemui sahabatnya yang sudah lama tidak ia temui.
"Gue duluan." sambung nafa kemudian meninggalkan tempat reta dan the faslorth berdiri.
"Gue juga." kini syifa yang ikut berlalu pergi.
"Loh, kok pada pergi?" raut sedih sangat terlihat pada wajah reta.
"Ya, tau kan nafa masih marah sama lo." ungkap lisensia.
"Kita duluan ya ret, masih ada urusan soalnya." pernyataan kina membuat reta menelan salivannya dengan cepat, kenapa tidak mengajak reta? reta hanya terdiam kaku ditinggalkan semua sahabatnya.
"Salah gue dimana." rasanya ingin sekali reta menjerit, kenapa reta yang disalahkan.
®®®
"Kalian kok pada ikut-ikutan marah sama reta sih?" tanya lisensia.
"Ya menurut gue, reta itu salah. kalo dia nganggap kita sahabat dia pasti lebih terbuka dong." jawab syifa, mereka sedang berada di kantin tanpa nafa dan reta.
"Iya sih, tapi jangan ngejauhin dia gitu. Kasian tau." sambung nadila dengan tangan dilipat di atas meja.
"Gue nggak ngerti deh."
"Syifa." panggil seorang pria,
"Paan?"
"Tadi gue liat nafa, dia kenapa nangis?"
"Hemm, biasa. Masalah cewek." syifa menjawab sambil menyeruput jus mangga.
"Lo gimanasih, siapa yang nyakitin dia? biar gue samperin tu anak." pria yang berdiri itu memeluk kedua tangan di dadanya yang mengisyaratkan dia sedikit emosi.
"Cewek, emang lo mau gelud sama cewek?" jawab syifa sedikit terkekeh.
"Ckk," anta berdecak kesal mendengar jawaban syifa, kemudian pergi dari hadapan syifa.
"Dia siapanya nafa? Kok perhatian banget?" tanya lisensia penuh hasrat.
...
"Diberitahukan kepada seluruh siswa/i agar berkumpul di aula utama sekarang." suara seorang guru yang menginstruksi, tak butuh waktu lama semua siswa berbondong-bondong menuju aula.
Sepanjang arahan dari guru, reta hanya diam dalam barisan. Jika biasanya mereka selalu mengajak reta mengobrol meskipun sedang apel tapi tidak kali ini. Sialnya lagi reta mendapat kelas XI MIA 5 yang tidak sekelas lagi dengan sahabatnya kecuali nadila, ini sangat menyulitkan bagi reta.
"Gue salah ya nad?" tanya reta dengan perasaan bersalah.
"Nggak kok, ini cuma salah paham." mereka beriringan memasuki kelas baru mereka. "Eh tapi kenapa muka lo pucet banget." nadila mengkhawatirkan reta, bisa saja ia pingsan di aula.
"Nggakpapa." Usai dua detik kalimat itu keluar dari mulut reta, badannya ambruk di bahu nadila.
"Eh ret! Reta bangun! Hei lo kenapa?" nadila berusaha menopang reta dengan sekuat tenaga sembari membangunkannya.
"Eh eh kenapa?"
"Tolong woi tolong."
Suara ricuh siswa lain membantu membawa reta ke uks.
KAMU SEDANG MEMBACA
K O M I T M E N
Teen Fiction#10 ceritasedih 29 april 2020 #37 teenlove 29 april 2020 #37 setia 29 april 2020 Aisyah mareta damison seorang gadis mungil polos yang selalu berkomitmen dengan alam melalui puisi, yang mencari pengisi hati entah dimana bersembunyi. Tapi satu hal ya...