3. Pertandingan bola

285 85 20
                                    

Hari ini di sekolah reta ada pertandingan bola yang dilaksanakan setelah jam sekolah berakhir, kebetulan kelas X MIA 5 –Kelasnya reta dan the faslorth– menjadi kelas pertama yang akan bertanding melawan kelas X MIA 3.

"Ret ntar lo nonton kan?" tanya seorang pria yang digadang-gadang dekat dengan reta.

"Hemm iya," beriringan dengan azrel, reta menyusuri koridor. "Tapi sebentar kayaknya."

"Kenapa?"

"Gakpapa."

"Kalo lo gak dateng, gua gak main ret." –Azrel dwipo– memang dekat dengan reta sejak masuk kelas X MIA 5, meskipun dekat mereka memang tidak menjalin hubungan yang spesial.

Setelah mengungkapkan hal itu, azrel mendahului reta yang hanya diam tersipu. Selalunya reta membantah jika dikatakan dekat dengan azrel namun tetap saja reta selalu tersipu malu jika azrel memberinya perhatian.

"Aduhh, sadar reta," reta bergumam kecil menyadarkan dirinya sendiri. "Mending gue ke perpustakaan, daripada nganggur sepagi ini." reta mengalihkan tujuannya yang awalnya ingin ke kelas tapi sudah pasti azrel ada di kelas, reta hanya merasa sedikit canggung.

Reta memilah-milah buku yang akan ia baca, sampai akhirnya ia menemukan sebuah novel "sebuah usaha melupakan" karya boy chandra, yang mungkin tepat untuk suasana hatinya saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reta memilah-milah buku yang akan ia baca, sampai akhirnya ia menemukan sebuah novel "sebuah usaha melupakan" karya boy chandra, yang mungkin tepat untuk suasana hatinya saat ini.

"Ehm" sebuah tangan menyentuh novel itu, selain tangan reta.

"Maaf, gue ambil duluan." bantah reta tidak terima.

"Ok, mungkin lo lebih butuh daripada gue." –Muhammad anta argasya– berkata sangat sadis dengan menaikkan salah satu alisnya.

"Eh-eh. Kalo lo mau, ambil aja," ketika melihat orang yang didepannya adalah anta, reta seketika melembut. "Oh iya, ini duit lo yang kemarin." reta memberikan selembaran kertas merah kepada anta, karena anta sudah membayarnya ketika di minimarket tempo hari.

"Udah, gak usah diganti." jawab anta cuek, dan langsung pergi dari hadapan reta.

"Kalo gue gak suka sama lo, udah gue jambak rambut lo anta." batin reta, reta memang menyukai anta sejak pandangan pertama ketika ia baru masuk sekolah di kelas mpls.

Reta membawa novel yang sudah ia pilih, lalu pergi menuju kelasnya.

"Reta darimana?" tanya nafa.

"Emm, ke perpustakaan tadi sebentar,, Soalnya gue kepagian hari ini." jawab reta, kemudian duduk di bangkunya tepat dibelakang nafa dan syifa.

"Kenapa nggak masuk kelas aja? kita di kelas kok tadi, ada azrel juga loh." sahut syifa membalikkan badannya menghadap kebelakang.

"Oo gitu." reta hanya menjawab singkat, karena dia tidak mau digoda oleh teman-temannya perihal azrel.

"Gitu aja? Padahal lo pasti ngomong dihati 'mending gue ke kelas tadi, biar ketemu azrel' iyakan? Ngaku lo." dugaan reta benar, nafa sudah menggodanya saja sepagi ini.

"Ih apaansih nafa, kita tuh cuma temenan doang." reta selalu menyanggah persoalan cinta, apalagi cinlok.

"Hemmmm temen apa temen nih." kini syifa yang kembali menggodanya.

"Assalamu'alaikum guys." suara berisik lisensia sudah terdengar di ambang pintu.

"Wa'alaikumsalam ukhti." jawab kina yang tengah fokus mengotak-atik hp nya sendiri.

"Eh eh, kalian nonton kan ntar siang?"  lisensia yang baru datang langsung membawa bangkunya bergabung dengan anggota faslorth lainnya. "Gue mah optimis, kita bakal menang." lisensia terus saja mengoceh, gadis ini memang pintar di kelas tapi sayang tidak bisa diam.

"Pasti dong." richard tiba-tiba saja menyambar perbincangan the faslorth.

"Eh richard, hai." nafa menyapa richard, karena memang nafa sedang menyukai richard.

"Hai naf," richard memang ramah terhadap nafa, eh ralat terhadap semua cewek. tampang playboy soalnya. "Reta lo kok kayak nggak seneng gitu gue gabung." richard menanyakan hal yang seharusnya tidak ditanyakan.

"Kalo gue nggak suka, emangnya kenapa?" reta menjawab dengan sangat jutek, reta tidak menyukai richard karena dia sahabat dari irsyad. Ditambah lagi reta sudah lebih dulu mengenal richard, dibandingkan the faslorth.

"Yaelah ret, galak amat." richard ngedumel sambil melangkah meninggalkan the faslorth seperti perempuan saja.

"Tuhkan ret, richardnya pergi." protes nafa. "Btw, lo kenal richard darimana?"

"Ada pokoknya naf, tapi gue saranin jangan suka sama dia. udah pasti playboy tuh anak, temennya aja playboy." Ungkap reta panjang tapi tidak lebar.

"Temennya? Temen richard yang mana?" tanya nadila yang tadinya hanya diam.

"Nggak, lupain aja."

Usai pulang sekolah, reta langsung pergi ke tempat pertandingan bola. yang jaraknya lumayan jauh dari rumah reta. Tetapi reta tetap pergi, sebagai rasa solidaritas kelas yang harus selaras.

Drtttt(hp reta bergetar)
"Halo."

"Ret lo udah di tempat pertandingan belum?"

"Ini gue udah diparkiran."

"Yaudah, gue jemput lo kedepan ya."

Azrel menjemput reta di parkiran, reta sebenarnya tidak enak tetapi ia juga merasa senang ada yang memperhatikannya.

"Gue bakal semangat banget nih." reta dan azrel berjalan beriringan menuju lapangan pertandingan.

"Kenapa emangnya?" tanya reta pura-pura tidak peka.

"Ada lo." jawab azrel dengan senyum dipipinya.

"Hem gitu ya, berarti kelas kita harus menang." ungkap reta dengan pipi sudah memerah.

"Kenapa emangnya?" Pertanyaan yang sama azrel tujukan pada reta.

"Karena ada gue lo bakal semangat, kalo lo semangat lo pasti serius mainnya, kalo serius kita bisa menang." Pernyataan reta membuat azrel langsung melepaskan tawanya ke udara.

"Harus menang." banyak berbincang, tak terasa pertandingan akan segera dimulai.

Reta saat ini tengah duduk di depan lapangan, memakai hoodie pink,  menyaksikan pertandingan kelas nya dengan kelas lain. Namun ia menemukan pemandangan yang tidak mengenakkan, ada irsyad yang sedang bermain di lapangan. Irsyad adalah tambatan hati masa lalu reta yang juga merupakan sahabat richard, reta memang sudah tidak ingin bertemu dengan irsyad lagi selepas kejadian masa lalu.

"Guys, gue pulang duluan ya." reta bergegas pamit, ia sudah tidak ingin lama-lama melihat irsyad.

"Kok pulang, ntar aja ret." kina menarik tangan reta memaksa reta kembali duduk, berselang dua detik peluit dibunyikan oleh wasit yang menandakan babak pertama sudah berakhir.

"Reta maaf ya, gue belum bisa ngegolin nih." Ungkap azrel yang keluar dari lapangan sembari mengatur nafasnya.

"Ngakpapa kali, ini minum lo pasti haus." reta memberikan sebotol minuman yang kebetulan selalu ia bawa.

"Makasih ret." Azrel tersenyum sangat lebar, melihat perlakuan reta.

Namun ditempat lain, irsyad tengah memantau reta dari kejauhan dengan keringat yang terus bercucuran diwajahnya.

"Secepat itu lo dapet pengganti gue ret."

®®®

:)

K O M I T M E NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang