12. Gugur berganti tumbuh

55 1 0
                                    


"Ret geser, nggak keliatan." nadila dan reta sedang mengerjakan pr di sekolah pagi-pagi begini.

"Kalo nyontek nggak usah bawel." tegur reta yang fokus mengerjakan pr.

"Lo aja nyontek." reta orang yang luamayan pintar di kelas tapi tetap saja budaya menyontek susah dihilangkan.

"Wah wah pada nyontek nih." ledek richard yang baru datang bersama irsyad.

"Paan lu terserah kita lah." jawab reta kesal.

"Cantik-cantik kok nyontek." lontaran kata dari irsyad yang menegangkan reta seketika.

"Hah?" reta benar-benar kaget dengan kata-kata irsyad, walaupun tidak pasti ia berbicara dengan nadila atau reta.

"Kenapa ret?" tanya richard menggoda.

"Eh enggak kok." reta hanya menunduk malu menyembunyikan pipi meronanya, sedangkan irsyad berlalu menuju kursinya.

"Udah lama gue cantik kali." nadila semakin asik mencontek tanpa tau apa yang dirasakan reta.

Sejatinya reta adalah seorang wanita yang mudah luluh, dia akan cepat mencair meskipun sudah disakiti berkali-kali.
...

Kelas XI MIA 5 sedang mengerjakan tugas dengan tertib, meski tertib ada juga yang mondar-mandir mencari jawaban atau mencari pena.

"Oih minjam pena dong."

"No 2 gimana nih?"

Berbagai bisikan dari ruang kelas ini, tapi reta dan nadila hanya diam serius mengerjakan tugasnya.

"Reta?" singkat waktu reta langsung menoleh melihat siapa yang menyebut namanya.

"No 3 ini gimana?gue nggak paham deh." siapa sangka orang yang menyapanya adalah anta.

"Gue juga belum nih yang itu, kerjain aja yang lain dulu." reta menjawab pertanyaan anta dengan pura-pura tidak ada apa-apa.

"Oo gitu, eh kamu kemaren mia berapa?" tanya anta seperti ingin mengajak reta berbincang.

Reta seperti berada di mimpi saja, anta yang kemarin mengabaikannya kini mengajaknya berbicara. "Kemaren kapan?" jawab reta, tidak connect sekali gadis ini.

"Yaa kelas 10 lah." anta sedikit tertawa mendengar pernyataan reta.

"Hehe, mia 5." reta tersipu malu, saking deg-degannya ia sampai merasa tidak berada di ruangan itu.

"Gue duduk sini boleh kan?" pertanyaan ini sungguh mengguncangkan dunia reta, bagaimana bisa orang yang dia kagumi kini mengobrol dengannya sampai ingin duduk di sebelahnya.

"Iya, boleh lah." refleks reta dengan semangat mengizinkan tanpa jual mahal.

"Mau tau dong, alasan lo masuk ipa?" anta menarik kursi dan duduk di sebelah reta.

"Emm, kenapa yah. Mungkin karena gue suka matematika dan gue nggak suka sosial." reta sangat berhati-hati menyaring setiap kata-kata yang keluar di mulutnya untuk menjaga image.

"Anta kamu kenapa duduk disana? Meja kamu kan ada." guru yang mengajar di kelas mereka menegur anta yang duduk berbagi satu meja dengan reta.

"Saya diskusi sama reta buk, saya nggak ribut kok."

"Yaudah, jangan berisik tapi " guru tersebut mengizinkan dengan catatan memang diskusi.

"Eh lanjut ret, lo suka semua pelajaran ipa?" tanya anta dengan sedikit berbisik.

"Nggak." jawab singkat reta sembari melanjutkan menulis.

"Terus?" jawab anta kembali singkat.

"Gue cuma suka matematika terus fisika dikit, tapi kalo ips gue nggak suka semua apalagi sosiologi jadi gue pilih ipa." jelas reta.

K O M I T M E NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang