New york, USA.
"Enggak! Aku nggak mau!" tegas Adeeva sembari melempar tas ranselnya ke atas ranjang.
"Kamu tinggal disana. Papa yang akan urusin semuanya," ucap mamanya tidak kalah tegas. Beliau menatap Adeeva penuh harap dari ambang pintu kamar putrinya itu.
"Kali ini aja dev, ya?"
Napas Adeeva semakin memburu dengan tatapan kesal ke arah mamanya, Maudy. Adeeva semakin menggebu setelah Maudy mengeluarkan sebuah tiket pesawat dari tasnya.
"Mama apaan sih! Enggak ya enggak! Disana bukan tempat aku!" ucap Adeeva.
"Aku bisa gila tinggal bareng Sam!" raungnya.
Maudy mendekat, meraih tangan Adeeva dan menggengamnya erat.
"Samuel, dia cuma mau jagain kamu," jelas Maudy.
"Yang bener aja mah?!"
Adeeva menarik tangannya hingga lepas dari genggaman Maudy.
"Apa yang Samuel bilang benar. You're more controlled there, ada yang ngawasin kamu. Sementara disini kamu bebas, Mama Papa sibuk kerja," ucap Maudy.
Maudy menarik putrinya itu kedalam pelukannya. "Terakhir ini aja nurut sama Mama Papa ya, dev. Ini semua buat kebaikan kamu."
"Nggak ada alasan buat Mama sama Papa kirim aku pulang," ucap Adeeva.
"Apa selama disini aku pernah buat masalah? Enggak kan, mah! Ini semua pasti akal-akalan Sam, iya kan?" Imbuh Adeeva.
Maudy bergeming.
"Sam bilang apa ke Mama Papa?"
"Tiga hari lagi kamu berangkat. Daripada kamu buang-buang waktu buat marah, Mama kasih waktu kamu buat pamitan dengan teman-temanmu disini," ucap Maudy yang langsung mengalihkan topik pembicaraan.
Adeeva menggelengkan kepalanya, "Mah, please. Mama tau kan maksudku?"
"Apa yang kamu pikirin sekarang cuma karena kekhawatiran kamu, Dev. Disana kan juga ada oma, jadi nggak ada yang perlu kamu cemaskan. Oke?"
Adeeva menatap Mamanya dengan kecewa, "He's a monster."
"Deeva! Samuel seperti itu buat jagain kamu! He does what's best for you," bantah Maudy.
"Tapi apa yang dia lakuin itu berlebihan! Aku nggak suka!" balas Adeeva dengan mata berkaca-kaca.
Maudy kembali memeluk Adeeva, "Hanya dua tahun, Dev. Mama janji."
"Seminggu pun aku nggak sudi, Mah."
"Turutin Mama ya, Dev. Jangan sampai Papamu marah."
Adeeva berakhir menangis dibekapan Mamanya. Akibat emosinya yang begitu kuat namun tidak ada yang bisa ia lakukan, air matanya lolos begitu saja.
Adeeva kira ia akan bebas dari Samuel selamanya, ternyata hanya bertahan tiga tahun.
***
Jakarta.
Adeeva dengan segala keresahannya sekarang telah menginjakkan kaki di tanah kelahirannya, Indonesia.
Gadis itu berjalan perlahan dengan tatapan dingin ia melihat orang-orang disekelilingnya. Ia tengah mencari seseorang yang akan menjemputnya.
Tetapi langkahnya langsung terhenti ketika melihat sosok yang dikenalnya tengah berdiri di depan sana. Umpatan dengan refleks keluar dari mulutnya.
"Holly Shit!"
Padahal Maudy telah berjanji jika bukan Samuel yang akan menjemputnya di Bandara. Tapi nyatanya sekarang abangnya itu sudah mejeng di depan sana dengan kacamata hitam yang menyampir di hidungnya.
Setelah terdiam sejenak, Adeeva mendengus dan kembali melanjutkan jalannya.
Baru saja beberapa langkah, Samuel langsung menyadari keberadaannya. Cowok itu tampak melepas kacamatanya sembari tersenyum lebar. Raut wajahnya cukup menjelaskan jika dia tengah bahagia.
Namun sebaliknya, Adeeva hanya bisa tersenyum kecut.
"Adeeva!" panggil Samuel sambil berjalan ke arahnya.
Samuel langsung memeluknya dengan sangat erat tanpa melihat kondisi sekitar yang sedang ramai. Antara malu dan sesak yang Adeeva rasakan sekarang.
Satu lagi yang membuat ia lebih terkejut adalah kecupan yang tanpa permisi mendarat di puncak kepalanya.
"Abang!" protes Adeeva sambil berusaha melerai pelukannya.
"Abang kangen banget sama kamu, Dev," ucap Samuel yang masih setia memeluknya.
"Kata Mama, Pak Anto yang bakal jemput, kenapa jadi abang?"
Samuel sontak menatap kedua bola mata Adeeva, "Nggak suka?"
"B-bukan gitu, cuma nanya aja kok," balas Adeeva sedikit panik.
"Emang dari awal bukan Pak Anto yang jemput, kenapa Mama bilang gitu ke kamu?"
Adeeva hanya bisa terdiam. Kesal karena belum ada sehari di sana ia sudah dibohongi oleh Mamanya sendiri.
"Mungkin niatnya surprise," ucap Samuel tanpa beban.
"Yaudah yuk, mau cari makan dulu nggak?"
"Terserah," balas Adeeva.
Mengetahui suasana hati adiknya yang sedang tidak baik, Samuel langsung saja meraih koper yang berada di samping Adeeva. Lalu menggandeng tangan Adeeva untuk pergi dari sana.
"Deeva pengen makan apa?" tanya Samuel.
"Terserah," balas Adeeva lagi-lagi sama seperti sebelumnya.
"Masih suka ice cream?" tanya Samuel sembari menatap Adeeva dari samping.
Sepersekian detik raut wajah Adeeva berubah menjadi tidak setegang sebelumnya. "Masih," balasnya.
Samuel tersenyum tipis, "Oke, kita beli ice cream."
Gemas dengan Adeeva yang diam-diam tersenyum, Samuel tiba-tiba mengecup pipi adiknya itu.
"Abang!"
~tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Brother
Teen Fiction"Im not your bro, im your man" -Samuel Gibson. Seorang kakak laki-laki pada umumnya berusaha melindungi dan berbagi kasih dengan adik perempuannya. Namun apa yang Samuel lakukan sedikit berbeda, atau bahkan lebih dari itu? Start : 18 jan 2020