06. Why He Left Me?

8.9K 389 5
                                    

"Nggak berubah kamu rupanya, Sam," ucap Sabian sembari menatap sengit Samuel yang baru saja datang ke halaman belakang rumah.

Samuel tersenyum miring, "Mau taruhan nggak mas?"

"Sedeket apapun lo sama Deeva, mau lo bawa dia kemana pun, dia bakalan balik ke gua," ujar Samuel.

"Mas nggak permasalahin dia sama kamu. Selagi sifat kamu bisa berubah."

"Nggak usah sok nasehatin, Mas. Basi tau gak."

Sabian bangkit dari duduknya, mendekat ke arah Samuel hingga berdiri kurang dari setengah meter di hadapan Samuel.

"Sadar posisi kamu di keluarga, Sam! Tau diri kamu!" ucap Sabian dengan nada lirih namun penuh penekanan.

"Ternyata lo tau ya? Pantesan nekat mau ajak Adeeva ke Jogja."

Sabian mengerutkan dahinya setelah mendengar ucapan Samuel barusan.

"Kamu ngikutin saya sama Adeeva pergi?"

Samuel lagi-lagi tersenyum tanpa memberi jawaban, Sabian yang langsung naik pitam tak segan menarik kaos yang Samuel kenakan.

"Bajingan!" umpat Sabian.

"Nanti ada yang denger loh, Mas. Adeeva kan taunya lo yang paling baik sedunia," ejek Samuel.

"Jangan berani macem-macem kamu sama Adeeva!"

"Emang lo pikir gua bakalan apain dia? Selagi dia nggak deket sama cowok selain gua, hidupnya aman kok. Gua jamin."

"Gimanapun juga dia udah jadi adik kamu, Sam. Kelewatan kamu kalau sampai segininya sama Adeeva."

Samuel terkekeh, "Sejak kapan gua anggep dia adik?"

"Dari dia kecil, hak miliknya udah ada di gua, Mas," imbuh Samuel.

Bugh...

Sebuah pukulan mendarat di pipi Samuel sedetik setelah mulutnya mengatup.

Samuel terhuyung hingga menabrak kursi yang ada di sekitarnya. Tidak berhenti disana, Sabian kembali mendekat. Dia berniat kembali memukul wajah Samuel.

Namun keadaan berubah setelah Samuel menarik tangan yang hendak meninjunya itu hingga Sabian terbanting ke tanah. Samuel secepat kilat berhasil mencengkram leher Sabian.

Sekarang Sabian tidak bisa berkutik di bawah kukungan Samuel.

"Kayanya sekarang lo yang main gila sama gua," ucap Samuel.

Samuel semakin menekan leher Sabian ke tanah. Bisa jadi tak lama lagi napas Sabian terhenti.

"Jangan lagi ikut campur urusan orang lain ya, Mas. Besok mendingn lo balik ke asal lo, atau kalau nggak keluarga lo bakalan kehilangan investor. Kasian kan nyokap bokap lo, bisa-bisa lo nggak bisa ambil spesialis."

Samuel melepaskan tangannya dan kembali berdiri, menatap Sabian yang terbatuk dengan leher memerah.

Cowok itu tersenyum lalu meninggalkan Sabian sendiri di halaman belakang.

More Than BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang