20. The Real

4.7K 218 53
                                    

Sebelum hari mulai gelap, Dhito menyuruh Adeeva untuk pulang. Walaupun dengan memaksa, akhirnya Adeeva menurutinya.

Adeeva pulang ke rumahnya menggunakan taxi dan di sepanjang perjalanan ia terus memikirkan hal apa yang akan ia katakan kepada Samuel nanti. Mengingat kejadian siang tadi saja kembali membuatnya emosi, mungkin ia akan meledak-ledak ketika kembali bertatap muka dengan Samuel.

Hingga sampainya Adeeva di rumah, ia langsung menuju kamarnya tanpa ada yang tahu. Lalu mengambil bajunya dan keluar dari kamarnya menuju kamar mandi.

Selesai dangan dirinya, Adeeva meyakinkan diri untuk meminta pertanggungjawaban Samuel atas apa yang dilakukannya hingga membuat tangan Andra patah.

Adeeva segera berdiri dan berjalan menuju kamar Samuel. Ia mengetok pintunya beberapa kali, dan langsung membukanya sendiri tanpa izin sang pemilik kamar yang ada di dalam sana.

"Bang sam, Jelasin" ucap Adeeva.

Samuel yang duduk di meja belajarnya pun hanya berdehem dan tetap fokus menatap layar laptop.

Adeeva menatapnya tidak percaya, lagi-lagi Samuel mengacuhkannya.

"Abang nggak merasa bersalah sama sekali? Abang tau nggak keadaan Dhito sekarang gimana?"

"Urusan dia" balas Samuel acuh.

"Tangannya sampai patah karena abang! Sadar nggak abang celakain anak orang?" ucap Adeeva dengan nada jengkelnya.

Samuel menutup laptopnya, dan mulai menatap ke arah Adeeva.

"Bagus kan, dia nggak bisa gandeng kamu lagi" balas Samuel.

Adeeva terdiam menatap Samuel, pikiran Samuel benar-benar diluar batas kali ini.

"Lo gila ya? punya otak nggak sih?" ucap Adeeva sambil menggeleng jengah.

Samuel sempat terdiam, seakan terkejut dengan perkataan Adeeva. Namun setelah itu ia menarik satu sudut bibirnya sambil bangkit dari kursinya dan berjalan mendekat ke arah Adeeva yang berdiri di ambang pintu.

"Sycho," ucap Adeeva sambil menatap Samuel sengit.

Samuel mencekal tangan Adeeva dan menariknya mendekat.

"Kamu yang bikin abang gila" ucap Samuel.

"Abang nggak suka lihat kamu makin dewasa. Makin berani sama abang. Tapi percuma dev, abang tau di dalam sini kamu masih ketakutan kan?" ucap Samuel sambil menunjuk dada Adeeva.

Adeeva berusaha menarik tangannya kembali ke bawah. Sebelumnya tidak bisa hingga Samuel yang melepaskannya.

"Bacot anjing," lirih Adeeva.

Samuel menatapnya tajam, ia mendengarnya samar-samar.

Samuel berdecih, "Seharusnya kamu paham dari dulu cara main abang. Dhito bukan yang pertama, dev." Samuel tersenyum licik.

Adeeva menatapnya benci, "Abang tau diri dikit kek, jengukin dia, atau paling enggak tanya kabar atau gimana."

Adeeva berjalan mendekat, menunjuk Samuel tepat didadanya.

"Bukannya jadi pengecut!" ujar Adeeva sembari menatap mata Samuel lekat.

"Orang yang cuma bisa main kasar, kadang otaknya nggak di pakai buat mikir dulu sebelum ngelakuin sesuatu," tambahnya.

Samuel menggertakan rahangnya, ia memegang erat pergelangan tangan Adeeva  yang berani menunjuknya barusan.

"Kamu bakalan nyesel pernah ngomong kaya gini."

Adeeva mengangkat satu sudut bibirnya, "Aku capek jadi orang yang selalu nurutin perintah abang. I'm not a lil'girl anymore."

"Kamu bakalan butuh abang, dev," ucap Samuel dengan alis yang hampir menyatu.

Adeeva menarik tangannya dengan kuat  hingga terlepas dari gengaman Samuel.

Samuel menggeleng, "Nggak akan ada cowok lain di hidup kamu selain abang."

"Dan aku nggak mau di hidupku ada cowok sakit kaya abang!" ucap Adeeva lalu melenggang pergi meninggalkan Samuel.


*

*

*

*

*
Thank you🖤

More Than BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang