"Abang gila ya?!" teriak Adeeva.
Beberapa detik ia hanya saling tatap dengan Samuel. Hingga Adeeva mendengar suara rintihan Andra, ia segera berlari mendekat.
Adeeva segera mengangkat balok kayu yang menindih perut Andra. Lalu ia meletakan kepala laki-laki itu di pahanya dengan perlahan.
Adeeva bisa melihat jelas bagaimana darah mengalir dari lengan Andra hingga menodai celana yang Adeeva kenakan. Adeeva juga meringis melihat hampir sekujur tubuh Dhito membiru dan berdarah.
"Ndra?" panggil Adeeva perlahan sembari menyisihkan rambut Andra yang menutupi jidatnya.
"Bisa denger gue?" tanya Adeeva.
"Andra! Lihat mata gue!" teriak Adeeva panik, pikirannya sungguh kalut sekarang.
Sedangkan Andra hanya setengah membuka matanya. Seperti antara sadar dan tidak.
Adeeva menatap nanar ke arah Andra untuk sejenak. Lalu menoleh untuk menatap Samuel yang masih setia berdiri di tempatnya.
"Kalau sampai dia kenapa-kenapa, abang harus tanggung jawab!" tegas Adeeva.
"That's what I want, lebih baik dia nggak bangun" balas Samuel seakan tanpa rasa bersalah.
"Abang ada masalah apa sih, hah?!" sentak Adeeva.
"Dia berani sentuh kamu, adil kan kalau abang sentuh dia?"
"Abang sadar nggak ngelakuin apa sama Andra?!" kesal Adeeva yang tidak sadar jika ia berteriak.
Samuel tersenyum masam, "Kamu khawatir hmm? Ada hubungan apa kamu sama dia? Kamu cuma nggak tau aja dev apa yang dia--"
"Andra sahabat aku! Berhenti mikir yang aneh-aneh. Kali ini abang kira aku suka sama Andra? Iya? Nggak cukup kemarin fitnah aku sama Mas abi?!"
"Dev" Adeeva sontak kembali menatap Andra setelah mendengar laki-laki itu memanggilnya.
"Tahan, Ndda" ucap Adeeva yang langsung berniat membawa Andra pergi dari sana dan melarikannya ke rumah sakit secepat mungkin.
Adeeva susah payah berusaha menegakkan tubuh Andra. Ia kesulitan karena badannya tidak begitu besar.
"Bang sam, bawa Andra ke mobil!" perintah Adeeva sambil berusaha membuat Andra berdiri.
Namun tidak ada balasan. Adeeva segera menoleh ke belakang, dan ternyata Samuel sudah menghilang dari rooftop.
"Samuel brengsek!" teriaknya.
***
Adeeva menghentakan kecil kakinya di lantai rumah sakit. Jantungnya berdetak terlalu kencang karena merasa tidak tenang. Ia hanya bisa menunggu hingga dokter yang memeriksa Andra keluar dan memberitahunya keadaan Andra.
Adeeva menghembuskan nafas beratnya lewat mulut, berkali-kali ia lakukan melakukannya selain menepuk-nepuk dadanya.
Namun tiba-tiba terlintas sesuatu di benaknya yang membuat ia buru-buru mencari handphone nya.
Ia langsung menghubungi seseorang yang ia yakini harus tau apa yang telah dilakukan Samuel.
"Hallo ma?"
"Ya ampun Adeeva, Kamu jarang banget kabarin mama dev? Gimana kabar kamu? Sehat kan?"
"Ma, Samuel"
"Kenapa? He's fine right?"
"Dia pukulin temen aku sampai masuk rumah sakit"
"Hah? Gimana kronologinya? Jelasin sama mama pelan-pelan"
"Pokoknya Samuel nggak suka aku deket sama temen aku ini. Terus pulang sekolah dia pukulin temenku di rooftop sekolahan."
"Kamu serius?"
"Serius! Mama harus percaya kali ini sama aku. Aku bisa kasih tau foto temen aku yang babak belur, dan sebenernya nggak cuma dia aja yang Sam curigain, bahkan Mas Abi juga! Kakak sepupu aku!"
"Dia nggak lakuin sesuatu ke kamu kan, dev? Dia nggak apa-apain kamu kan?"
Adeeva terdiam sejenak. Entah kenapa, mendengar Maudy khawatir seperti sekarang ini membuatnya teringat kembali perdebatan terakhirnya bersama Maudy dulu. Dimana ia lebih percaya kepada Samuel dibandingkan dirinya.
"Sekarang enggak, gak tau nanti."
"Kalau mama percaya sama aku. Kasih tahu Papa sekarang juga soal ini, minta Papa suruh Samuel untuk tanggung jawab atas kelakuan dia"
Adeeva langsung menjauhkan handphone nya dari telinganya. Ia mematikan sambungan telefon itu sepihak. Adeeva tidak ingin lagi mendengar balasan Maudy, dirinya tidak akan membaik setelah mendengarnya.
Tidak lama setelah itu, Dokter keluar dari ruangan itu. Adeeva sontak langsung berdiri dan menghampirinya untuk menanyakan keadaan Dhito.
"Temen saya baik-baik saja kan dok?" tanyanya.
"Pasien mengalami patah tulang di bagian tangan kirinya"
Adeeva membelalakan matanya, ia tidak menyangka akan sefatal itu akibatnya.
"Suster tolong segera minta kan tanda tangan walinya untuk tindakan operasi"
Adeeva menyisir rambutnya ke belakang, lalu mengacaknya frustasi. Ia perlahan mundur dan kembali duduk di tempatnya tadi.
Sembari menyangga kepalanya dengan kedua tangannya, Adeeva memikirkan bagaimana caranya menjelaskan kepada keluarga Andra tentang kondisinya saat ini.
*
*
*
*
*
*
Thank you🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Brother
Teen Fiction"Im not your bro, im your man" -Samuel Gibson. Seorang kakak laki-laki pada umumnya berusaha melindungi dan berbagi kasih dengan adik perempuannya. Namun apa yang Samuel lakukan sedikit berbeda, atau bahkan lebih dari itu? Start : 18 jan 2020