Cerita bermula dari seorang dewa musim bernama Mo Bian. Demi meningkatkan status kedewaannya atau derajat agar menjadi dewa tinggi, biasanya para dewa akan melalui semacam ujian dalam kehidupan. Salah satunya adalah ujian percobaan dalam dunia manusia.
Hal ini yang terjadi pada Mo Bian. Dia dilahirkan sebagai anak pertama dari keluarga jenderal bernama Wei Lang. Sementara ayahnya dikenal sebagai Jenderal Wei dan merupakan jenderal terpercaya Raja Kerajaan Yunnan-Fu. Jenderal Wei sendiri dikenal sebagai jenderal yang baik dan selalu mengutamakan kedamaian rakyat hingga hari pemberontakan terjadi.
(Kota Kunming dulu dikenal dengan Yunnan-Fu hingga tahun 1920an.)
Jenderal Wei melihat bahwa raja saat ini bukanlah raja yang baik bagi negara juga rakyat. Banyak rakyat yang menderita dan kelaparan karena raja yang tidak becus dalam memimpin. Menjadikan rakyat hidup dalam kekacauan dan huru hara hingga Jenderal Wei mengambil keputusan untuk menggantikan raja saat ini dengan adik raja yang dinilainya lebih baik.
Berbagai kejadian terjadi setelahnya hingga terjadilah pertempuran dalam istana yang menghabiskan waktu selama berjam-jam dengan membunuh semua orang yang membela raja termasuk para dayang dan pelayan hingga raja berhasil disingkirkan.
Pada tahun 1609, adik raja dinobatkan sebagai raja baru dan menduduki tahta dengan Jenderal Wei sebagai orang terpercaya. Mereka memikirkan dan berkompromi untuk mengangkat pejabat kerajaan yang baru, mengontrol para politikus dan mengubah cara kerja yang dapat membawa rakyat kembali hidup damai hingga setahun berlalu.
Kerajaan kembali berjalan dengan baik begitu juga dengan kehidupan rakyat. Mereka tidak lagi menderita dan mengagung-agungkan nama Jenderal Wei sebagai pelindung mereka. Menjadikan Jenderal Wei sebagai panutan serta pahlawan negara hingga lambat laun membuat raja iri dan marah.
Kemarahan raja dimanfaatkan oleh menteri lainnya sebagai kesempatan untuk menyingkirkan Jenderal Wei. Kondisi ini lambat laun menjadikan raja kehilangan kepercayaan pada Jenderal Wei hingga pertikaian terjadi.
Raja menyatakan Jenderal Wei sebagai pengkhianat atas rumor yang beredar di masyarakat. Memerintah pasukannya untuk membasmi seluruh keluarga Jenderal Wei tanpa tersisa satupun.
Pada tahun 1610 tengah malam dalam kediaman Jenderal Wei dimulailah kekacauan tersebut. Kediaman dikelilingi oleh prajurit istana dengan pedang sementara atap dipenuhi prajurit dengan anak panah.
"SERANG!"
Anak panah dilepaskan dan prajurit menyerang serta membunuh tanpa ampun. Tidak memandang pria atau wanita, orang tua atau anak-anak dan hanya membunuh tanpa mengedipkan mata.
"Apa yang kalian lakukan!? Apa kalian sadar dengan siapa kalian berurusan!" kata Jenderal Wei tegas.
"Kami hanya menerima perintah Yang Mulia. Apa yang kalian tunggu!? Serang dan bunuh mereka semua!"
Suara pedang serta keributan memenuhi kediaman. Jenderal Wei berusaha melindungi istri serta putranya semampu dia bisa.
"Pergilah bersama dengan Wei Lang!" beritahu Jenderal Wei pada istrinya.
"Tuan... hiks...."
"Cepatlah!"
"Nyonya mari kita pergi!" tarik seorang pelayan.
"Tuan! Tuan...!"
Hiks... hiks... hiks....
Dengan terburu-buru mereka berlari meninggalkan kediaman. Masuk ke dalam hutan dan berlari secepat mungkin dengan prajurit yang mengejar serta anak panah yang sesekali berterbangan.
"Kita harus berpisah. Jika tidak kita semua akan terbunuh." Kata Ny.Wei pada pelayannya.
"Tapi nyonya...!"
"Bawalah Wei Lang pergi. Aku akan mengecoh mereka jadi pergilah!"
"Nyonya...."
"Wei Lang, kita berpisah di sini. Hiduplah dengan baik dan tumbuh menjadi anak baik dan kuat seperti ayahmu," mencium kening putranya yang tertidur.
"Pergilah sekarang!" tegas Ny.Wei pada pelayan.
Pelayan menggendong Wei Lang lalu pergi meninggalkan Ny.Wei yang lari untuk mengelabui prajurit. Lari dan lari hingga panah menancap tepat di punggung hingga menembus jantung.
"Cepat pergi dan cari pelayan serta anak itu!" teriak seorang prajurit.
Mereka semua berpencar dalam hutan yang gelap. Sementara pelayan bersembunyi di balik pohon sambil menahan suara napas gemetarnya dan memeluk erat Wei Lang kecil yang tertidur.
Aku tidak akan membiarkan tuan muda meninggal. Tidak akan....
Melihat ada kesempatan, si pelayan segera berlari menjauh secepat mungkin dalam hutan yang gelap hingga...!
BRUUKKK!
"DI SANA! KEJAR MEREKA!"
Pelayan segera bangun dan berlari dengan memeluk erat Wei Lang. Hal yang menguntungkan baginya bahwa Wei Lang tidak menangis bahkan setelah bangun.
"Tidak apa-apa, jangan takut... aku akan membawamu ke tempat yang aman." Kata pelayan pada Wei Lang.
Para prajurit mengejar tanpa ampun dan melepaskan anak panah layaknya sedang berburu hewan di tengah malam.
BRUKKK!!
"Arghh...."
Pelayan terjatuh dengan kaki kiri yang terpanah. Mematahkan kayu panah lalu berdiri menahan sakit dan berlari dengan pincang. Keringat mengalir keluar dengan napas terengah-engah sementara anak panah terus saja mengarah padanya.
"AAHHH... Errghhh...!"
"Hufff... huffff... hufff...!"
Si pelayan tertembak kedua kali di bagian lengan kanannya. Bersembunyi di balik pohon sambil menahan sakit mematahkan kayu panah. Terlihat darah segar mengalir keluar membasahi pakaiannya dan wajah yang berubah pucat dengan bibir yang gemetar menahan sakit.
Aku tidak boleh mati di sini... aku harus memastikan tuan muda selamat dengan begitu aku bisa mati dengan tenang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Spring (End)
Historical FictionAmazing Cover by @hayylaaa (Sebagian besar chapter telah dihapus) Mo Bian seorang dewa musim yang menjalani ujian percobaan dunia manusia. Dilahirkan dalam keluarga jenderal yang dituduh berkhianat oleh raja bernama Wei Lang, mengharuskan seluruh Kl...