Chapter 9

98 28 102
                                    

Tunggu aku... aku akan segera tiba.

***

"Hentikan!" teriak Dayang Chu.

Terlihat luka dan noda darah di pakaian, Zhen Xian juga mengatup rapat mulutnya menahan sakit tanpa air mata sedikitpun.

Perlahan, dia bangun dengan kedua tangan mengepal erat dan pandangan tajam serta amarah tertuju langsung pada Dayang Chu.

"Kau! Beraninya kau memandangku seperti itu!"

"Apa yang kalian tunggu! Lanjutkan!"

Zhen Xian menutup matanya dan mengepal tangan lebih erat lagi. Sementara cambuk sudah melayang dan siap menghantam tubuh Zhen Xian.

Saat itu, Zhen Chen datang dan memeluk Zhen Xian. Menjadikan punggungnya sebagai tameng dan Zhen Xian segera membuka mata.

"Siapa kau!? Beraninya masuk kemari tanpa izin."

Zhen Chen melepaskan pelukannya dan meraih tangan Zhen Xian, menatapnya cemas tanpa mengatakan apa-apa.

"Aku tidak tahu kesalahan apa yang adikku lakukan. Tapi, dia bukan bagian dari istana dan tidak seharusnya mengikuti hukuman dari dayang istana." Kata Zhen Chen tegas.

"Gadis itu masuk ke tempat tidak seharusnya..."

"Dia hanya menemaniku mendaftar untuk kompetisi dekorasi lalu tersesat. Apa itu sudah cukup untuk dijadikan bukti ketidaksalahannya?" potong Zhen Chen.

"Aku akan menganggap selesai setelah gadis itu menerima 5 kali cambukan lagi." Kata Dayang Chu.

"Baiklah! Biarkan aku yang menerima sisanya." Tegas Zhen Chen.

"Tidak! Biar aku saja!" teriak Zhen Xian.

"Xian'er dengarkan aku."

"Aku tidak mau. Tidak mau!" tegas Zhen Xian.

Saat mereka sedang bicara, Dayang Chu memberi kode untuk mencambuk Zhen Xian. Dayang kemudian mengikuti arahan Dayang Chu dan mengayunkan cambuk ke arah Zhen Xian.

"Hentikan! Hentikan! Kalian bisa mencambukku! Hentikan!"

Zhen Xian menangis dalam pelukan Zhen Chen yang memeluk dirinya dengan erat dan menerima cambukan sebagai gantinya.

"Ge, maafkan aku...!" kata Zhen Xian dengan suara gemetar.

"Sebagai kakak tentu aku harus melindungimu," sambil Zhen Chen menahan sakit.

Punggung Zhen Chen dipenuhi noda darah sementara Zhen Xian dipenuhi amarah yang menatap tajam Dayang Chu dengan air mata mengalir di pipi.

"Apa kami boleh pergi sekarang?" tanya Zhen Chen.

"Pergilah dan ajarkan tata krama yang baik pada adikmu." Jawab Dayang Chu.

Zhen Chen membawa pergi Zhen Xian yang awalnya tidak ingin bergerak selangkah pun dan ingin mengatakan sesuatu pada Dayang Chu. Tapi, dihentikan oleh Zhen Chen.

"Bagiku tata kramamu yang harus diperbaiki. Sebagai ketua dayang, kau bahkan menghukum rakyat biasa dengan cara istana." Kata Zhen Chen tegas.

"Kau! Kau!"

Mereka pergi bergandeng tangan, meninggalkan istana dengan tubuh dipenuhi noda darah. Membuat semua orang melihat ke arah mereka.

"Maafkan aku ge. Tidak seharusnya aku berkeliaran tadi."

"Anggap saja sebagai pelajaran dan jangan berkeliaran sendiri tanpaku," kata Zhen Chen sambil merapikan rambut Zhen Xian yang berantakan.

"Ayo pergi!" ajak Zhen Chen.

Mereka tidak segera pulang melainkan pergi mencari tabib, membeli obat dan pakaian agar tidak membuat orang tua mereka khawatir saat pulang nanti tanpa terasa kota sudah berhiaskan cahaya jingga.

"Apa yang kalian lakukan sampai sore begini?" tanya ibu yang khawatir dari teras rumah.

"Niang maaf membuatmu khawatir." Jawab Zhen Chen.

"Sudahlah yang penting mereka baik-baik saja," ayah menambahkan.

Mereka semua kemudian masuk, menyiapkan makan malam dan makan bersama seperti biasanya.

Tapi, baik Zhen Chen atau Zhen Xian tidak menceritakan apa yang terjadi dalam istana. Mereka tidak ingin membuat kedua orang tua mereka cemas dan khawatir jadi merahasiakan hal tersebut dari siapapun.

Eternal Spring (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang