Zhen Xian masih berada di restoran tapi dalam keadaan mabuk berat. Bahkan, tidak bisa mengangkat kepalanya dengan benar dan membaringkan kepalanya di meja.
"Zhen Xian! Kurasa Zhen Chen sudah kembali sekarang. Apa kau tidak akan menjemputnya?" kata Jin Kai berusaha menyadarkan.
Mendengar nama Zhen Chen, segera membangunkan Zhen Xian. Dia berdiri dan perlahan berjalan dengan simpang siur menuju tangga.
"Pelayan aku sudah meninggalkan uang di meja," kata Jin Kai pada pelayan.
Jin Kai menghampiri Zhen Xian dan membantu dirinya turun tangga hingga mereka keluar restoran.
"Lepaskan aku! Aku bisa sendiri." Kata Zhen Xian.
Dia berjalan dalam keramaian dan sesekali menabrak orang sementara Jin Kai hanya berjalan di belakang.
BRUKKK!
"Apa kau baik-baik saja? Ayo berdiri." Bantu Jin Kai.
"Lepaskan aku! Aku harus pergi ke istana."
"Biar aku membawamu ke sana. Ohhh?" kata Jin Kai.
"Kepalaku sangat pusing dan mataku mengantuk."
Jin Kai segera menggendong Zhen Xian yang setengah sadar. Punggung yang hangat dan nyaman membuat Zhen Xian berpikir bahwa Zhen Chen yang menggendong.
Dia melingkarkan kedua lengannya dan membaringkan kepala di bahunya dengan nyaman.
"Ge, kau sudah kembali. Aku sangat merindukanmu." Gumam Zhen Xian.
"Aku Jin Kai bukan Zhen Chen."
"Mari kita jangan berpisah... selalu bersama seperti ini bersama die dan niang."
Zhen Xian memeluk erat Jin Kai hingga membuat wajahnya dekat sangat dekat dengan wajah Jin Kai. Membuat Jin Kai sendiri dapat melihat wajah Zhen Xian dengan menoleh ke sebelah kiri.
Hal itu menghentikan langkah Jin Kai, dia tidak bisa tidak melihat wajah Zhen Xian yang tertidur.
Ada apa denganku? Ini pasti pengaruh alkohol.
Jin Kai melanjutkan kembali perjalanannya menuju istana. Selangkah demi selangkah hingga dirinya bertemu dengan Zhen Chen yang terlihat sangat panik.
"Xian'er! Xian'er bangunlah!"
Jin Kai menurunkan Zhen Xian yang tertidur dengan hati-hati dan Zhen Chen menggendong Zhen Xian sebagai gantinya.
"Terima kasih sudah menjaganya. Tapi bagaimana kalian bertemu?"
"Aku kebetulan melihatnya makan di restoran terakhir kali kita makan dan minum bersama. Tapi aku tidak tahu dia akan semabuk ini." Jin Kai menjelaskan.
"Apapun itu aku mengucapkan terima kasih. Lain kali aku akan mentraktirmu makan sebagai balasannya."
"Hmmm... aku akan menanti pertemuan kita berikutnya."
"Baiklah, aku pergi dulu."
Zhen Chen berjalan meninggalkan Jin Kai yang masih melihat ke arah mereka dengan senyum.
"Kompetisi dekorasi! Kau pasti akan berhasil! Saat itu mari kita bertemu di restoran yang sama!" teriak Jin Kai.
"Baiklah!" jawab Zhen Chen.
Hari semakin malam sedangkan kedua orang tua serta Que Mo masih menunggu dengan cemas di rumah.
Berkali-kali Que Mo menenangkan bahwa tidak akan terjadi apa-apa dan mereka akan segera kembali. Padahal, dalam diri Que Mo sama khawatirnya.
"Kenapa kau bisa semabuk ini?"
"Ge kaukah itu?"
"Kau sudah sadar?"
"Hmmm... kepalaku sakit dan perutku terasa aneh... ge...!"
Zhen Xian menepuk-nepuk bahu Zhen Chen sambil menutup mulutnya. Dengan terburu-buru, Zhen Chen menurunkan Zhen Xian yang segera muntah di semak-semak pinggir jalan.
"Kau baik-baik saja?" sambil menepuk-nepuk punggung.
Setelah merasa baikan, Zhen Chen kembali menggendong dan berjalan pulang agar tidak membuat khawatir orang tua mereka.
"Tanpaku jangan minum sendiri. Apa kau mengerti?"
"Aku tidak sendiri dan bersama dengan temanmu."
"Tetap saja kau tidak seharusnya minum bersama orang yang baru kau kenal."
"Ohhh... aku hanya merasa bosan hari ini. Bisakah besok aku pergi ke istana bersamamu?" tanya Zhen Xian.
"Aku juga berpikir membawamu pergi besok agar tidak membuat masalah."
"Terima kasih ge."
Zhen Xian memejamkan matanya tampak merasa sangat nyaman di punggung Zhen Chen hingga mereka tiba di rumah dan membuat orang tua mereka merasa tenang sekarang. Meskipun, awalnya banyak pertanyaan dan ocehan. Tapi berkat Zhen Chen, semua hal itu berlalu singkat dan membawa Zhen Xian ke kamar untuk istirahat.
"Tidurlah dan bangun lebih awal besok jika ingin ikut aku," sambil menyelimuti lalu pergi.
Keluar dari kamar Zhen Xian, dia segera menghampiri Que Mo yang masih menunggu. Menepuk bahunya untuk tidak menyalahkan diri dan meminta dirinya untuk segera kembali dan istirahat.
"Benarkah dia baik-baik saja?"
"Hmm... jangan khawatir."
"Lain kali aku tidak akan biarkan dia pergi sendiri seperti hari ini." Tegas Que Mo.
"Aku akan mempercayakan dia pada penjagaanmu jika keadaan tidak memungkinkan aku untuk menjaganya. Kau bersedia bukan?"
"Tentu saja, bukan hanya dia tapi kau juga orang tuamu. Aku akan menjaga kalian sebisa mungkin karena kalian adalah keluargaku." Jawab Que Mo yakin.
"Istirahatlah sekarang."
Zhen Chen mengantar Que Mo keluar lalu melihat chahua yang bermekaran indah. Menyentuh lembutnya mahkota bunga dan masuk ke rumah meninggalkan suasana sepi di luar.
Saat itu, chahua yang tadi tersentuh tiba-tiba mengeluarkan sinar berkelap-kelip seolah menambah keindahan bunga itu sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Spring (End)
Historical FictionAmazing Cover by @hayylaaa (Sebagian besar chapter telah dihapus) Mo Bian seorang dewa musim yang menjalani ujian percobaan dunia manusia. Dilahirkan dalam keluarga jenderal yang dituduh berkhianat oleh raja bernama Wei Lang, mengharuskan seluruh Kl...