"Aahhhhh...!"
Zhen Xian bangun dan meregangkan kedua tangan serta tubuhnya yang terasa pegal. Membuka jendela dan tersenyum riang yang membuat dirinya berlari keluar rumah.
"Kau sudah mekar sekarang," gumamnya melihat chahua yang sudah mekar di teras rumah.
"Pergilah sarapan sebelum makanannya dingin." Kata ayah.
"Hmmm die. Ohhh yahhh... Chen ge ke mana? Aku tidak melihatnya."
"Chen'er sudah berangkat ke istana sejam lalu. Cepatlah sarapan lalu pergi ke lahan bunga." Ujar ayah.
Dengan lemas Zhen Xian masuk dan sarapan sendiri. Sementara Zhen Chen di istana sibuk dengan timnya untuk memutuskan dekorasi seperti apa yang akan mereka gunakan.
"Aku ingin kita menghias dengan sederhana tapi terlihat berkelas dengan warna khas kerajaan serta warna kesukaan taizi. Tidak terlihat berlebihan tapi tidak murahan. Bagaimana?" kata Zhen Chen.
"Tapi ini pesta kerajaan. Benarkah tidak apa-apa jika tidak mengutamakan kemewahan?" tanya Mo Zhu.
"Mewah bukan berarti bagus dan kurasa hal itu sudah biasa di istana. Karena itu, aku ingin mengutamakan kesederhanaan. Suatu kesederhanaan yang dapat memukau mata banyak orang," kata Zhen Chen antusias.
"Aku mengerti maksud rencanamu. Kurasa hal itu pantas untuk dicoba," Meng Jun mendukung.
"Baiklah... mari kita coba." Kata Mo Zhu.
"Pertama yang harus kita lakukan adalah mencari tempat yang bisa kita gunakan lalu memilih bunga." Kata Zhen Chen.
"Apa mungkin ada ruang kosong yang bisa digunakan?" tanya Meng Jun pada anggota tim dari departemen dekorasi kerajaan.
"Tentu, ikutlah."
Mereka semua dibawa ke suatu tempat yang tak jauh dari posisi departemen dekorasi. Terdapat suatu ruang yang tidak begitu besar atau kecil, tampak ruang yang tidak digunakan lagi tapi bukan juga gudang. Suatu ruang yang memiliki aroma bunga serta di bagian lantai terlihat bunga-bunga yang sudah mengering.
"Baiklah kita akan menggunakan tempat ini," kata Zhen Chen sambil melihat sekitar.
"Apa ini tempat penyimpanan bunga?" tanya Mo Zhu.
"Kurasa begitu. Tapi kenapa tidak digunakan lagi?" ujar Meng Jun penasaran.
"Tempat ini kurang bagus untuk menyimpan bunga. Jika siang akan sangat kering dan malam akan sangat lembab." Jelas Zhen Chen.
"Lalu kenapa kita memilih tempat ini? Bukankah terlalu beresiko?" tanya Mo Zhu.
"Semakin besar resiko maka akan semakin besar peluang kita," jawab Zhen Chen tersenyum.
"Kurasa kau..."
"Sudahlah, ikuti saja Zhen Chen. Dia seorang jenius bunga apa kau lupa?" potong Meng Jun.
Zhen Chen dengan bantuan timnya kemudian mulai sibuk membersihkan tempat itu hingga tengah hari tiba tanpa terasa.
Mereka semua makan bersama selama sesaat kemudian melihat bunga di tempat penyimpanan. Memilih jenis serta warna juga mencoba merangkai untuk melihat tingkat kecocokan.
Sementara Zhen Xian duduk melihat chahua di teras rumahnya tanpa tahu harus melakukan apa seorang diri.
"Zhen Xian! Apa kau sudah makan siang?" tanya Que Mo yang lewat.
"Aku tidak ada nafsu. Ehhh... apa kau sibuk?" tanya Zhen Xian.
"Lumayan. Kenapa?"
"Aku ingin pergi ke kota. Benarkah kau tidak bisa ikut?"
"Aku sedikit sibuk sekarang. Jika bisa pasti akan ikut denganmu, tapi sekarang..."
"Baiklah aku pergi sendiri. Die! Niang! Aku pergi dulu," teriak Zhen Xian ceria memotong perkataan Que Mo.
"Ehhh mau ke mana kau?" tanya ibu.
"Aku akan jalan-jalan dan mencari makan."
Zhen Xian kemudian pergi setelah mendapatkan izin dari ibunya sementara Que Mo menyusul, mencoba untuk menghentikan Zhen Xian pergi sendiri tapi diabaikan begitu saja hingga Que Mo hanya melihat kepergian Zhen Xian yang ceria terbebas dari rasa bosan sejak Zhen Chen pergi pagi tadi.
"Ahhhh... akhirnya aku bisa merasa hidup lagi." Kata Zhen Xian.
Dia berkeliling dan merasa senang setelah melihat keramaian yang membuat perutnya baru merasakan lapar.
Dirinya masuk ke sebuah restoran tempat Zhen Chen dulu makan bersama temannya. Saat dirinya dan Que Mo di kejar-kejar oleh 3 orang pedagang manusia.
"Wahhh! Ramai sekali." Gumamnya.
Matanya melihat sekitar, mencari meja kosong tapi restoran sangat ramai jadi seorang pelayan membawa Zhen Xian naik ke lantai dua dan berhasil mendapatkan meja kosong di bagian teras.
"Aku pesan 2 ekor bebek panggang juga sebotol arak."
Zhen Xian berdiri melihat kesibukan orang-orang serta pemandangan dari lantai dua.
Dari tempatnya berdiri, dia dapat melihat gerbang istana dengan tembok tinggi yang menjulang. Membuat dirinya kembali merindukan Zhen Chen dan berharap hari segera malam.
"Zhen Xian!" panggil seseorang.
---***---
Notes:
Taizi itu berarti Putra Mahkota (barangakali aja lupa hehehehe).Kali ini aku mau kasih tau cara baca taizi.
Untuk huruf awal 't' itu dibaca 'th' sementara 'i' yang diakhir itu dibaca 'e' dengan bunyi sama seperti 'e' dalam bahasa melayu malaysia yaa^^Taizifei = Putri Mahkota.
Sama halnya dengan taizi. Hanya ditambah 'fei' aja di belakang yang dibaca biasa aja dalam bahasa indonesia^^
![](https://img.wattpad.com/cover/211734705-288-k691730.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Spring (End)
Fiksi SejarahAmazing Cover by @hayylaaa (Sebagian besar chapter telah dihapus) Mo Bian seorang dewa musim yang menjalani ujian percobaan dunia manusia. Dilahirkan dalam keluarga jenderal yang dituduh berkhianat oleh raja bernama Wei Lang, mengharuskan seluruh Kl...