Chapter 15

101 18 124
                                    

Tok tok tok!

"Xian'er bangunlah!" panggil Zhen Chen dari luar kamar.

Zhen Xian perlahan membuka mata dan segera bangun sambil memegang kepalanya yang sakit tapi tidak menghentikan dirinya untuk malas-malasan di ranjang.

Tentu hal itu dipicu dengan dirinya yang akan berangkat ke istana bersama dengan Zhen Chen.

"Pagi semua," sapanya dengan suara lemas.

"Minumlah sup ini agar kondisimu lebih baik." Zhen Chen menyodorkan semangkuk sup panas di meja makan.

"Makanan sudah siap! Mari kita makan," kata ibu.

Mereka makan bersama seperti biasanya tanpa sadar matahari semakin tinggi dan para pekerja di luar sibuk seperti biasanya tak terkecuali Que Mo yang semakin hari bekerja lebih baik.

Saat itu, Zhen Chen dan Zhen Xian keluar dari rumah untuk berangkat ke istana dan bertempur untuk hasil akhir besok.

"Kau akan ikut?" tanya Que Mo.

"Hmm, maaf hari ini aku tidak bisa menemanimu," jawab Zhen Xian.

"Itu lebih baik daripada kau berkeliaran sendiri lalu membuat masalah."

"Kami harus segera berangkat sekarang," kata Zhen Chen.

Mulailah mereka berangkat, menghadapi hari yang mungkin melelahkan dan mungkin akan ada suatu kejutan yang akan segera mereka ketahui. Kejutan yang tidak akan mereka sangka hingga tiba di istana dan mulai menyiapkan dekorasi sesuai dengan rencana.

Seluruh tim sibuk merangkai bunga, meletakkan bunga untuk menghias ruang sementara Zhen Xian kadang akan mengambil bunga dari tempat penyimpanan lalu memberikan pada lainnya. Terkadang dia hanya malas-malasan dengan melihat sibuknya semua orang dan terkadang membantu karena merasa bosan.

Tentu, pandangan Zhen Chen tidak pernah lepas dari Zhen Xian bahkan selalu menasehati untuk tidak pergi ke mana-mana seperti terakhir kali hingga terlibat masalah.

Tindakan Zhen Chen yang begitu perhatian menjadikan beberapa orang yang tidak tahu hubungan persaudaraan mereka menjadi salah paham. Membuat rumor tidak berdasar menyebar ke bagian pelayan wanita istana yang mengagumi Zhen Chen.

"Kau!"

Zhen Xian kebingungan dan melihat kiri kanan bahkan belakang, memastikan ketiga pelayan memang memanggilnya.

"Aku?" tanya Zhen Xian menunjuk dirinya sendiri.

"Apa kau benar kekasih Zhen Chen?"

"Ha?" Zhen Xian kebingungan.

"Semua orang mengatakan kalau kau kekasihnya. Apa benar?"

Ahhh ... kalian menyukai kakakku. Tapi, sayangnya aku tidak akan membiarkan kakakku bersama pelayan seperti kalian. Terpenting aku tidak ingin kehilangan kakakku.

"Benar atau tidak itu bukan urusan kalian," jawab Zhen Xian dingin lalu hendak pergi.

BRUKK!!!

"Kalian!" teriak Zhen Xian.

Segera dia bangun dan membersihkan debu dari pakaiannya dengan tatapan tidak akan membiarkan dirinya dikerjain.

"Kalian cemburu? Ckckckck ... asal kalian tahu, Zhen Chen punya selera yang tinggi dan tidak akan memandang kalian yang seorang pelayan istana. Jadi ... berhentilah menyukai seorang pria yang tidak akan kalian dapatkan dalam kehidupan ini. Mungkin, kalian harus menunggu beberapa kehidupan lagi," kata Zhen Xian tidak mau kalah.

"Kau! Beraninya bicara seperti itu!"

"AHHHH! Lepaskan! AKU BILANG LEPASKAN!!!" teriak Zhen Xian.

Ketiga pelayan menarik rambut Zhen Xian. Tentu Zhen Xian tidak akan membuat mereka lepas begitu saja lalu mencengkram erat rambut dua pelayan dan perkelahian terjadi.

***

Dalam ruangan yang sudah terhias bunga, Zhen Chen melihat sekitar dan sadar Zhen Xian sudah lama pergi dan masih belum kembali.

"Apa kalian melihat Xian'er?"

"Bukankah dia pergi ke kamar mandi?"

"Jangan khawatir, sebentar lagi dia pasti kembali," ujar Meng Jun lagi.

"Kalian lanjutkan, aku pergi sebentar mencarinya." Zhen Chen keluar dari ruangan dengan raut sedikit khawatir.

"Bagaimana mungkin orang tidak salah paham dengan hubungan mereka." Mo Zhu menggeleng heran.

Zhen Chen mencari di sekitar kamar mandi dan tak jauh dari posisinya mendengar suara keributan dan menghampiri.

"Apa yang kalian lakukan?"

Mereka yang berkelahi segera berhenti. Zhen Chen segera menarik Zhen Xian ke sampingnya dan melihat adakah luka.

"Mereka duluan yang mulai. Kau tidak bisa menyalahkanku."

"Tepatnya apa yang terjadi?"

"Tuan, apa kau tahu berapa banyak hati para wanita yang kau sakiti? Bagaimana mungkin kau memiliki kekasih bahkan mengajaknya kemari?"

"Karena itu kalian mengeroyoknya?" tanya Zhen Chen heran.

"Dia begitu angkuh tentu saja kami kesal tuan."

"Aku bahkan tidak mengenal kalian tapi kalian melakukan hal seperti ini. Apa aku pernah memberi janji pada kalian? Kalian adalah pelayan istana, tidakkah kalian diajarkan tata krama?" kata Zhen Chen dingin.

"Maafkan kami tuan."

Ketiga pelayan pergi meninggalkan mereka. Sementara Zhen Chen melihat lagi adakah luka pada Zhen Xian lalu merapikan rambut yang berantakan.

"Ini semua terjadi karenaku."

"Ge, hal ini sama sekali tidak ada hubungannya denganmu. Itu mereka yang salah. Selain itu, aku bukan orang lemah yang akan menerima perlakukan kasar mereka,"

"Baiklah, aku baik-baik saja. Ayo kembali dan fokus pada kompetisimu," ujar Zhen Xian lagi dengan ceria.

Zhen Chen meraih tangan Zhen Xian lalu berjalan bersama, kembali sibuk dengan dekorasi hingga lupa waktu. Di mana hari berlalu cepat tanpa terasa hari penentuan yang ditunggu-tunggu tiba.

Eternal Spring (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang