"Lepaskan! Aku tidak ingin berada disini!" Selene memaksa untuk membuka semua alat yang terpasang didalam tubuhnya sembari menahan sakit diperutnya yang kembali terasa. Dua perawat yang berada disana mencoba untuk menghentikan Selene ketika Soraya memasuki ruangan.
"Apa kamu gila?" tanya Soraya.
"YA! AKU GILA!" Selene berteriak. "AKU GILA JIKA AKU TERUS BERADA DISINI SEMENTARA SEHARUSNYA KAMI MELANJUTKAN PESTA PERTUNANGAN INI!"
Soraya menghela nafas panjang dan mulai memijit keningnya. Terlihat jelas bahwa wanita paruh baya itu kelelahan. "Selene, kamu sedang sakit."
"Tidak, aku baik-baik saja—akh...." Selene yang awalnya kembali berteriak merintih kesakitan memegang perutnya. Soraya menatapnya sedih dan mencoba untuk menenangkan wanita itu yang kembali meraung. "Mama, aku mau pergi dari sini!"
"Kamu tidak bisa kemana-mana, Selene." kata Soraya dengan tegas dengan wajahnya yang lelah. Selene mulai berhenti meraung karena mencoba untuk menahan rasa sakitnya sementara Soraya berusaha untuk menangani wanita itu. "Berhenti menyiksa dirimu sendiri."
"Tapi aku harus pergi, Mama." Selene mulai menangis. "Aku harus pergi dari sini untuk menikmati malam pertunanganku dengan Niko. Aku akhirnya memiliki Niko seutuhnya setelah bertahun-tahun aku menunggu hari ini. Bagaimana mungkin aku melewatkannya, Mama?"
"...."
"Ma, perutku sakit...." kata Selene yang terus menangis. "Perutku sakit, Mama...."
Soraya mendekati anaknya lalu duduk disebelahnya. "Maafkan Mama karena mengatakan hal ini, tetapi semua ini adalah akibat dari perbuatanmu sendiri, Nak."
Selene membuka matanya dan menatap ibunya dengan tajam. "Apa maksud Mama—akh,"
"Tuhan sedang menghukum kamu atas semua kejahatan yang telah kamu lakukan, Selene." kata Soraya menghapus air matanya yang mengalir. "Minta maaflah kepada mereka—terutama kepada Alessandra yang telah kamu lukai terlalu dalam."
"Diam, Mama. Aku tidak pernah melukai siapapun termasuk wanita sialan itu." sekali lagi Selene meringis kesakitan. "Aku tidak akan pernah meminta maaf atas semua yang telah aku lakukan."
"Selene...."
"Setelah semua yang telah aku lakukan, kenapa aku harus meminta maaf?"
"...."
"Aku membunuh mereka semua agar kita berdua dapat hidup lebih baik. Aku melakukannya demi kebahagiaan kita berdua untuk menjadi bagian dari keluarga Bachraj."
"...."
"Aku membuat Niko membenci Alessandra agar aku dapat memilikinya sehingga kita bertiga dapat hidup bahagia. Aku bahkan membunuh bayi mereka—"
"Apa?" Soraya menatap anaknya dengan nafas yang tercekat. "Ya Tuhan Selene, apa yang telah kamu lakukan?"
"Ya, aku yang membunuh bayi didalam kandungan Alessandra agar aku dapat memiliki Niko seutuhnya. Karena itu, aku tidak akan meminta maaf. Tidak akan pernah."
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTLESS
RomantizmKarya ini dilindungi oleh perundang-undangan hak cipta Republik Indonesia (Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia no. 28 tahun 2014). Setiap reproduksi atau penggunaan tidak sah dari karya tertulis disini dilarang tanpa izin tertulis dari penuli...