Dibalik Relung Hati

142 9 0
                                    


Mekkah, 26 Agustus 2015


Jika Allah menjawab seruan doa untuk bersamamu...ajari aku, pria, bagaimana menyusuri syurga dengan jalan taat perintahmu.

Pertemuan kali ini sungguh tak terduga, namun berbuah manis. Dua mata saling beradu, penuh makna yang tak lagi tersurat. Tersirat pesan didalamnya. Tak bisa berjabat, walau berjarak, magnet Adeeva sungguh dirasa Arsyad. Tak pula bisa melihat senyum simpul bibir wanita tertutup miqob, yang mungkin senyumnya adalah senyum terindah dimatanya. Perkenalan mereka tidak rumit; cukup hanya memberi salam, menjawabnya, kemudian keduanya melangkah keluar mesjid dan berdiri agaknya berjarak di pelataran. Namun, tidak jauh dari kerumunan sepasang bola mata memantau.

"hal yumkinuk maerifat aismuk?" Boleh tahu siapa namamu?

"Adeeva," ujarnya lembut. Kemudian ia menatap Arsyad dan bertanya, "ma asmak ya rajul?" siapa namanu, pria?

"Arsyad Badran," lalu tersenyum, menyempurnakan perkataannya.

"faqat 'atasil bi'Arysad" Panggil saja Arsyad.

Semasa Arsyad hidup belum pernah ia sebahagia ini. Seakan dada mau pecah, kaki yang mendadak ringan mampu terbang ke angkasa, wajah yang memerah bak tomat rebus, dan syukur yang tak henti-hentinya berputar dalam hati. Bertemu wanita bernama Adeeva baginya adalah anugerah. Arsyad kehabisan kata dan gerak tubuh, bagaimana mempertahankan 'sesi' perkenalan ini agar bisa mengenalnya lebih jauh? Rumi benar, fikirnya. Kalau jodoh tidak akan kemana. Jika ikhtiar dilakukan, Adeeva pun tidak akan kemana-mana.

"Maaf, sebelumnya..."

Arsyad terkejut, mendengar Adeeva berbahasa Indonesia. Belum sempat Adeeva menyelesaikan kalimatnya, Arsyad menyambar, "lho, kamu orang Indonesia?"

Kemudian wanita itu celingak-celinguk, seakan mengatakannya adalah sebuah rahasia. Ia mengangguk. Senyum Arsyad semakin lebar, "saya juga dari Indonesia."

"hal 'ant musafir?" Apakah kamu seorang mussafir?

Dengan raut wajah yang menimbang-nimbang, ia menjawab, "Dibilang musafir...tidak juga. Saya hanya mau menginjakkan kaki di Masjidil Harram. Disini juga hanya boleh satu bulan saja. Kamu...-" perkataan Arsyad terhenti sejenak. Setelah berhasil merangkai kata-kata yang tak kesan menyinggung ia kembali bertanya, "sudah lama jadi askar?"

Adeeva menggelengkan kepala, "baru dua tahun."

"Astaghfirullah."

Adeeva tiba-tiba terkejut dibalik suaranya yang lemah.

"Ada apa?"

"Saya harus pergi."

"Kenapa? Baru saja saya ingin mengenal kamu."

Berpura-pura melihat jam tangan, Adeeva berbalik badan.

"saya...,jb 'an 'adhhab." Saya harus pergi..

"Kemana?"

"Maaf."

"Adeeva!"

Arsyad memanggilnya, namun Adeeva berlari jauh diburu waktu. Tidak mungkin juga dikejar, apalagi menarik tangannya; sesuatu yang tidak akan pernah ia lakukan terhadap wanita. Lalu harus bagaimana? Baru saja kebahagiaan menyentuh kini...hilang begitu saja. Keyakinan pada keanggungan Allah tidak mungkin ia ragukan. Tetapi dalam relung hatinya, dibalik kalbu, ia mulai mempertanyakan apa maksud Allah dibalik semua ini. Tanpa disadari wahyu-wahyu yang Allah turunkan kedalam ayat-ayat suci Qur'an telah menampar dirinya sendiri.

Menjemput CintaMu   (Allah, Aku & Dia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang