Dermaga

145 10 0
                                    

Mekkah, 2 September 2015


Benar-benar hati Arsyad terpaut. Cinta nya pada manusia telah berlabuh di hati seorang Adeeva, dan seakan Allah me-ridhoi dengan koinsiden kecil seperti ini. Baru saja ingin meminta maaf pada Syeikh karena menyepelekannya, Allah sudah memberinya sebuah hadiah sebagai ganjaran yaitu bertemu Adeeva. Dari sekian ribu manusia kenapa hanya mereka yang bertubrukan? Pelataran mesjid toh luas. Ini tidak lain adalah rencana Allah yang mungkin, ingin menyatukan dua insan yang sedang dihadang masalah, yang hatinya sering terganjal gelisah.

Tampak jelas sembab wajah Adeeva di mata Arsyad, pula beban fikiran Arsyad di mata Adeeva. Sesaat keduanya gagu tapi Arsyad segera dapat menguasai dirinya.

"Saya mencari kamu, Adeeva."

Ucapnya lugas. Walau tahu sebenarnya wanita ber-Miqob itu tak sanggup menatapnya mengingat apa yang pernah ia ucapkan agaknya lancang beberapa waktu lalu, Arsyad memaklumi. Tidak setiap hari orang dapat berbuat baik, atau sempurna dalam bertutur kata. Kodratnya manusia itu mahluk berlumur dosa, kecil dan hina. Jadi untuk apa dipermasalahkan sesuatu yang memang sudah sifatnya 'manusia'? Dalam hati Arsyad tak henti mengucap Hamdallah karena jika bukan karena Nya, nihil rasanya kesempatan untuk bertemu kembali dengan Adeeva.

"Saya betul-betul mencari kamu."

Kalimat itu yang membuat Adeeva akhirnya melirik. Ia juga berupaya untuk menguasai diri dan situasi, rupanya.

"Afwan."

Katanya, lembut. Senyum simpul terpancar di wajah Arsyad.

"Adeeva?"

"...Ya?"

"Kamu hendak kemana sehabis ini?"

"Saya..."wajah nya berseri menimbang-nimbang. Namun sebelum ia sempat menjawab, Arsyad menyambar.

"Saya harap Adeeva tidak pergi sehabis ini. Karena ada yang ingin saya sampaikan."

"Urid 'an 'aqul 'aydaan shayaa." saya ingin juga menyampaikan sesuatu.

"Baiklah, kamu dahulu saja.."

Sembari memainkan jemarinya Arsyad tetap menebar senyum walau degup jantung terdengar sangat nyata di telinga; ia sungguh gugup menunggu apa yang Adeeva akan katakan. Terakhir kali, ucapan Adeeva sukses membuatnya patah hati namun kali ini ia berpegang teguh pada keyakinannya bahwa jika memang benar cinta Arsyad yang murni berbalas, kebahagiaan didepan pintu akan tersenyum menunggunya.

"Saya mau meminta maaf atas perkataan saya yang mungkin sempat buat kamu terkejut. Hanya orang bodoh saja yang terburu oleh waktu, seakan tidak punya Tuhan. Tapi saya tidak seperti itu."

Ia mendongak menatap langit malam yang hitam, "Mungkin tak lazim bagi saya untuk bercerita tentang hal yang dapat membuka aib. Mungkin kita bisa lupakan apa yang pernah terjadi. Mungkin tidak perlu ada lagi sepatah dua kata omong kosong. Saya akan mengulangi kesalahan untuk yang kedua kalinya dengan berkata ini."

"Madha turid 'an taqul, Adeeva?"Apa yang ingin kamu katakan, Adeeva?

Satu langkah kecil dengan berani ia langkahkan kearah Arsyad. Kini kedua bola itu saling bertemu kembali; sesuatu yang amat dirindukan kedua hamba Allah itu. Dengan berani akhirnya kata pun terucap,

"Iinaa ahbk"Saya mencintaimu.

Tiada lagi gelisah, sunyi, sepi, sendiri karena kini dirimu ada yang mencintai. Ada yang memberimu senyuman tulus, doa yang tak henti dipanjatkan agar kamu sehat dan bahagia dunia akhirat, seorang yang menginginkan membangun masa depan, menata nya serapih-rapih mungkin demi terwujudnya Sakinnah-Mawaddah-Warrahmah. Ada yang selalu menunggumu didepan pintu ketika dirimu pulang, mengecup keningmu dan berkata "kamu indah hari ini."
Mencintalah. Tidak ada salahnya dimata Allah. Mencintalah dengan sungguh, berikanlah yang terbaik untuknya; itu bagian dari ibadah.

Menjemput CintaMu   (Allah, Aku & Dia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang