III

42.1K 919 3
                                    

Gloria duduk di kursi makan sambil menyesap teh hijau kesukaannya, jarum jam sudah menunjukkan pukul 7.38 tapi baby boy-nya itu belum juga keluar kamar. Menurut biodata yang dikirimkan Jackson, Jay itu tipe orang yang rajin bangun pagi. Tapi buktinya sekarang laki-laki tidak kunjung keluar kamar.

Gloria hanya menatap pintu bercat putih itu tanpa ada niat untuk membangunkan orang didalamnya. Mungkin Jay malu kepadanya karena kemarin? Gloria tersenyum miring memikirkan jika itu adalah kebenaran.

Tak lama kemudian pintu itu terbuka, menampilkan sosok tampan dengan tubuh tegap, baby boy Gloria. Perempuan itu tersenyum manis ke arahnya, melambaikan tangannya seperti isyarat menyuruh mendekat dan duduk di sampingnya.

"Jay, kemari dan makan sarapanmu baby."

Jay melangkah mendekat, sedikit malu sebenarnya tapi dia butuh sarapan untuk mengisi perut kosongnya. Dia duduk di samping Gloria, perempuan itu tersenyum manis lalu mengambilkan makanan untuk Jay. Jay ingin mengambil alih tetapi mendapat gelengan kepala oleh Gloria, jadilah dia diam memperhatikan.

"Selamat makan sayang."

Gloria mengusap lembut leher Jay yang terdapat kiss mark yang dia buat kemarin. Hawa ruangan mendadak panas karena Jay mengingat kejadian kemarin. Segera dia alihkan pikiran kotor itu dengan memakan sarapannya.

"Minum baby?" Tanya Gloria yang di angguki oleh Jay.

Tentu saja Jay perlu minum, tenggorokannya serak karena makanan yang dimakannya. Gelasnya juga sudah kosong karena ditengah makan tadi dia menegak airnya sampai habis.

Gloria meminum jusnya, dia berdiri lalu duduk di atas pangkuan Jay. Jay mengangkat sebelah alisnya bingung, maksudnya apa?

Wanita anggun itu mendekatkan wajahnya, memegang kedua pipi Jay kemudian mempertemukan bibir mereka. Bibir Jay yang terbuka sedikit memudahkannya untuk memasukkan jus yang ditahan ß tadi masuk ke dalam mulut Jay. Jay menelannya tapi dia masih merasa haus, ingin menjauhkan kepalanya tapi ditahan oleh tangan Gloria yang menangkup erat kedua pipinya.

Gloria memperdalam ciumannya, posisi kepalanya menyamping dengan bibir yang aktif melumat gemas bibir milik Jay. Laki-laki muda itu akhirnya larut dalam ciuman yang ditolaknya tadi, tangannya menahan tengkuk Gloria dan melingkar manis di pinggang sang Mommy.

Lidah keduanya berbelit dan mengeksplor seluruh rongga mulut masing-masing. Tangan besar Jay kini sudah merembet ke atas, meremas sebelah daging kenyal milik Gloria. Gloria mendesah tertahan, tubuhnya semakin mendekat ke arah Jay bergerak liar untuk gairahnya yang muncul karena ciumannya tadi.

"Ekhm, jadi kamu menyuruhku ke sini untuk menonton adegan panasmu dengan babymu sepagi ini Nona?"

Gloria melepas pagutan bibirnya, menatap Jackson dengan tajam. Orang kepercayaannya yang satu itu selalu mengganggu kesenangannya. Jackson tersenyum kecil dan mengedikkan bahu lalu berjalan menuju ruang kerja Gloria yang berada dibawah tangga.

Gloria mendengus kesal, jika tau seperti ini harusnya tadi dia menyuruh Jackson datang siang. Tatapan perempuan cantik itu beralih ke wajah merah padam milik Jay, dia bisa merasakan benda keras di antara kedua pantatnya. Senyum terukir di bibirnya, jari lentiknya mengusap rahang Jay ringan.

"Nanti kita lanjutkan baby, aku ada urusan dengan Jack. Jika butuh sesuatu bilang saja kepada pelayan, jangan sungkan hm?"

Jay mengangguk patuh, Gloria tersenyum kecil lalu mengecup singkat bibir merah muda milik Jay. Jay menatap tubuh ramping Gloria yang menghilang di balik pintu, laki-laki tampan itu menghembuskan napas kasar.

"Sialan!" Umpatnya karena kejantanannya mengeras dan terasa sesak di celananya.

Rasanya dia butuh air dingin sekarang. Jay berjalan menuju dapur dan menemukan seorang pelayan muda dengan pipi memerah. Senyum sinis tersungging di bibirnya, mungkin pelayan itu menonton ciuman panasnya dengan Gloria.

"Bisa kamu ambilkan air dingin? Aku sangat haus." Pintanya.

Pelayan itu mengangguk lalu mengambilkan segelas air dingin untuk Jay. Laki-laki tampan itu langsung meneguk habis segelas air dingin tersebut, mata tajamnya melirik pelayan muda yang setia ditempatnya.

"Apa kamu tidak ada pekerjaan lain sehingga membuat kamu berdiri disitu sambil menatapku?" Sarkas Jay karena jengah ditatap penuh kagum oleh pelayan itu.

Pelayan muda itu menunduk malu kemudian pergi meninggalkan Jay sendiri. Jay tersenyum miring lalu pandangannya mengedar menatap isi dapur yang terlihat mewah dan memiliki peralatan mahal yang lengkap. Bahkan dapur dirumahnya dulu tidak semewah itu, mengingat dulu wajahnya jadi muram.

Ayahnya ditipu oleh rekan bisnisnya setelah menginvestasikan banyak uang untuk sebuah proyek besar yang ternyata tidak akan pernah ada. Dan dari situlah semua masalah timbul, perusahaan keluarga bangkrut, semua aset disita oleh bank dan dirinya yang dijual oleh mantan kekasih yang sangat dicintainya.

Rasanya ingin menangis saja kalau sudah seperti ini. Tapi dia bukan laki-laki lemah yang membuang-buang tenaganya untuk menangis dan menyesali nasib buruk yang telah menimpanya. Lagipula tidak ada buruknya menjadi seorang baby boy dan tinggal di mansion mewah dengan segala fasilitas lengkapnya.

Ngomong-ngomong bagaimana keadaan orangtuanya? Mungkin pasangan paruh baya itu sedang pusing meminjam dana dan melupakan dirinya yang sejak hari lalu hilang. Mana mungkin keduanya mengkhawatirkan dirinya yang bahkan dianggap saja tidak.

"Kenapa melamun baby?"

Jay tersentak kaget, kepalanya menggeleng pelan. Gloria jadi merasa kasian kepada baby boy-nya itu. "Jujur pada mommy kamu memikirkan apa sayang?"

Jay menghela napasnya kasar. "Orang tua." Jawabnya singkat.

Tangan Gloria terulur mengusap lembut rambut hitam milik Jay. Perempuan cantik itu jadi mengingat hidupnya yang sebatang kara tanpa orang tua.

"Mereka bahkan tidak mengingatmu Jay, jangan pikirkan mereka dan kamu tidak sendiri sayang, ada Mommy di sampingmu." Ucap Gloria lembut.

Jay tersenyum lalu merengkuh tubuh ramping perempuan itu ke dalam pelukannya, menelungkupkan kepalanya di bahu sempit Gloria dan menghirup dalam-dalam aroma menenangkan milik Mommy-nya itu. Gloria tak bisa menahan senyumnya merasakan pelukan hangat milik Jay, tangannya terus mengusap lembut rambut hitam Jay tanpa sepatah kata terucap dari bibirnya lagi.

"Thanks Mom."

🐣🐣🐣

14 Februari 2020


My baby BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang