XIV

6K 275 14
                                    

Jay menikmati makan siangnya di dalam ruang kerjanya, pekerjaan yang menumpuk menjadi alasan mengapa dia melakukan dua aktivitas dalam satu waktu. Tangan kanannya sibuk menyendok makanan dan tangan kirinya membuka lembaran demi lembaran dokumen yang perlu persetujuannya sebagai CEO.

Ketukan pintu tak membuat aktivitasnya berhenti, pintu besar berwarna hitam itu terbuka. Sekretarisnya masuk membawa sebuah dokumen lagi. Jay yang melihatnya sudah pusing terlebih dahulu. "Taruh di sana dan pergilah." Ujarnya tanpa menatap sang sekretaris.

Pintu tertutup kembali dan untuk beberapa jam ke depan sampai waktu pulang kantor dia akan terus berkutat dengan kertas-kertas itu.

Dering ponsel membuatnya tersadar jika sudah waktunya pulang, melirik jam digital di dinding yang menunjukkan pukul 16.13. Kemudian tangannya terulur meraih ponsel, menggeser ikon hijau pada layar. "Halo?"

"Sudah pulang?"

"Akan pulang, aku masih berada di kantor. Ada apa?" Jeda sejenak di ujung sana, hembusan napas terdengar di telinganya. "Mom? Glo? Apa ada sesuatu yang terjadi?" Tanya Jay lagi, dia khawatir karena Gloria tidak segera mengatakan tujuannya menelpon.

"Eee tidak ada, tidak terjadi apapun. Hanya ingin mengatakan, cepat sampai rumah, dan hati-hati di jalan."

Jay terkekeh, senyum terlukis di bibirnya, dua lesung pipinya pun ikut terlihat. "Aku kira ada apa. Tenang saja aku pasti sampai rumah dengan selamat, Mom. Sampai jumpa!"

"Iya."

Sambungan terputus tapi senyum di bibirnya belum pudar. Jay segera merapikan meja kerjanya ala kadar, yang penting dokumen sudah tertumpuk menjadi dua, yang sudah dia baca dan belum. Kakinya melangkah keluar ruangan, lorong kantor yang sepi menyambutnya, begitu pun dengan keadaan lift yang lowong. Di depan lobi dia menunggu sopir yang mengambil mobilnya karena terlalu malas mengemudi sendiri seperti biasanya.

Mansion besar itu sepi, hanya lampu yang menyala terang dan kebersihannya yang menandakan jika mansion itu berpenghuni. Mau berapa lama pun Jay tinggal di sana dia belum terbiasa dengan besar dan sepinya hunian itu. Suara langkah kaki dari tangga yang melingkar membuatnya menoleh, Gloria melangkah turun dengan wajah cantik seperti biasanya, menyambutnya dengan senyum lebar dan pelukan singkat serta kecupan di bibir. Perempuan itu merangkul mesra lengan Jay dan bersandar nyaman di sana.

"Bagaimana harimu?"

"Melelahkan tapi menyenangkan."

Gloria tertawa kecil mendengarnya. "Biasakan dirimu." Ujarnya singkat yang diangguki oleh Jay.

"Ngomong-ngomong ada yang harus kita bicarakan setelah makan malam."

Jay menoleh, melemparkan tatapan bertanya kepada Gloria. "Sssstt, kita bicarakan nanti. Sekarang bersihkan dirimu."

Kini mereka berdua sudah berada di ruang kerja Gloria, duduk berhadapan dengan Gloria di kursi kebesarannya dan Jay di kursi seberang meja. Suasana serius menyelimuti mereka, Gloria mengambil sesuatu dari laci, menyodorkannya kepada Jay dan diterima laki-laki itu dengan bingung.

"Terjadi korupsi di perusahaan, kamu tahu?" Tanya Gloria yang sukses membuat Jay terkejut saat membuka dokumen itu. Dia menatap Gloria dengan mata membulat. "Bagaimana bisa? Siapa yang melakukannya?" Tanya Jay berturut. Gloria hanya mengedikkan bahu, tangannya memegang pelipis kepala yang berdenyut. "Tidak tahu. Jackson masih menyelidikinya. Jarang terjadi korupsi di perusahaan, jikapun ada pasti tidak sampai seminggu pelakunya tertangkap. Tapi ini, sudah beberapa minggu hal itu terjadi dan aku baru mengetahuinya." Keluh Gloria.

Jay berdiri dari duduknya, memutar kursi Gloria menghadap ke arahnya lalu memeluk tubuh rapuh itu. "Jangan terlalu dipikirkan Mom, aku yakin pelakunya pasti akan tertangkap. Nanti aku juga akan turun tangan langsung, tenangkan dirimu." Laki-laki itu mengusap punggung Gloria dengan perlahan, mencoba menenangkan dan meredakan keresahan sang Mommy. Gloria membalas pelukan itu, kepalanya bersandar di dada bidang Jay, bibirnya tersenyum. Dia senang ada Jay di sampingnya untuk tempat bersandar, dulu jika ada masalah seperti dan dia merasa gelisah yang bisa dia lakukan adalah melampiaskan semua kekesalan itu dengan berbagai cara. Seperti belanja, memecahkan beberapa barang yang ada di rumah, memarahi para pelayan, dan hal negatif lainnya yang sia-sia.

Tok tok tok

Ketukan pintu membuat mereka melepas pelukan kemudian Jackson masuk setelah sekian lama tidak terlihat, ralat sebenarnya hanya Gloria yang jarang bertemu tetapi Jay sering bertemu dengan laki-laki itu karena Seri mempercayakan sebagian perusahaan dan asetnya kepada Jackson. "Long time no see, Jack." Sapa Gloria dengan cerah, asisten pribadinya yang belakangan ini dia lupakan membalas senyum itu dengan sopan. "Selamat malam Nona, lama tidak berjumpa anda semakin bersinar." Puji Jackson dengan senyum formal. Gloria menyuruh Jackson duduk di sofa, mereka bertiga duduk di sana mengelilingi meja kaca persegi.

Dari dalam tas hitam yang Jackson bawa, laki-laki itu mengeluarkan beberapa map. Membukanya lalu menunjukkan bagian dokumen yang sudah dilingkari merah. "Ada pengeluaran berlebih di sini dan tidak ada keterangan yang jelas untuk apa uang itu. Tiba-tiba saja mencair dengan mudah." Jelas Jackson pada intinya, Gloria mengambil dokumen itu, melihatnya dengan lamat tabel laporan keuangan di sana. Dahinya mengernyit heran. "Mungkinkah para petinggi perusahaan yang mengambilnya? Tidak mungkin jika karyawan biasa yang mengambil." Jackson dan Jay yang sedari tadi menyimak mengangguk setuju.

"Aku tidak bisa mencurigai siapa pun, Nona. Orang itu bermain sangat rapi, para petinggi juga tidak ada yang banyak tingkah layaknya orang serakah. Saya akan menyelidikinya dan segera menangkap pelakunya secepatnya."

Gloria tersenyum kepada Jackson, menepuk bahunya tiga kali dengan pelan. "Aku percayakan masalah ini padamu Jack. Jika menemukan sesuatu yang baru beri tahukan saja kepadaku langsung atau Jay."

Jackson mengangguk dan menunduk hormat kemudian pamit mengundurkan diri karena hanya hal itu yang ingin disampaikan langsung dengan nonanya. Lagipula ini sudah malam, bukan waktu yang tepat untuk bertamu lebih lama meskipun Gloria tidak mempermasalahkannya.

"Kamu lihat itu Jay, masalah itu adalah masalah terbesar pertama yang kamu hadapi sebagai CEO. Kamu harus berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasinya." Gloria menatap Jay dengan serius, laki-laki itu mengangguk patuh. "Tentu saja, Mom."

Gloria mengelus pipi Jay dengan sayang, Jay memegang tangan Gloria yang berada di pipinya. Menggenggamnya dengan eeat mengantarkan kehangatan yang disukai Gloria.

🐣🐣🐣

23 Januari 2021


My baby BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang