XII

9.1K 354 12
                                    

Note : Jangan panggil aku "thor" karena aku bukan superhero, jangan juga "kak" karena bisa aja aku lebih muda dari kamu. Panggil aja "Bin" karena aku jodohnya Changbin, amin.

Hari ini mereka kembali ke New York setelah 1 minggu menghabiskan waktu liburan di Busan, saat di pesawat tidak ada percakapan panjang karena keduanya sibuk mengistirahatkan tubuh mereka. Tadi siang mereka terlalu banyak menghabiskan energi untuk snokling menikmati keindahan bawah laut yang tidak bisa dilewatkan. Pesawat malam memang pilihan yang paling tepat yang telah mereka ambil meskipun perbedaan waktu yang cukup signifikat antara Busan dan New York.

Sesampainya di New York sudah ada sebuah mobil mewah terpakir tak jauh dari tangga pesawat. Seorang pria kekar berpakaian hitam menyambut keduanya dan mengawal mereka menuju mobil. Gloria langsung bersandar di bahu Jay , istirahat panjangnya di pesawat belum membuatnya puas jika tidak bersandar nyaman di tubuh Jay yang menjadi kesukaannya.

Mansion megah yang 2 minggu ini mereka tinggalkan nampak sepi seperti biasanya, sebenarnya tidak sesepi itu karena ada banyak pekerja di dalamnya. Gloria membaringkan tubuhnya di sofa panjang yang menghadap halaman samping, matanya menatap langit-langit kamar yang putih kosong. "Aku akan mandi terlebih dahulu." Gloria hanya mengangguk, Jay masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Besok paginya mereka kembali menjalankan rutinitasnya kembali, sarapan bersama lalu berangkat bekerja. Gloria memoles bibirnya dengan lipcream dengan sempurna, ekor matanya melirik Jay yang menata rambut di depan kaca dan seolah-olah tidak memperdulikan dasi yang tidak tersimpul di kerah kemejanya. Tidak tahan melihatnya, Gloria berdiri lalu menghampiri Jay, memaksa laki-laki itu untuk menghadap ke arahnya lalu menyimpulkan dasi abu-abu yang dipakai Jay.

"Terima kasih." Ujar Jay lalu mengecup pipi Gloria dengan senyum manis mengembang. Gloria menahan senyumnya, senyuman Jay sudah dia lihat berkali-kali tetapi kenapa bisa semanis saat pertama dia melihatnya? "Ayo sarapan!" Gloria berjalan terlebih dahulu keluar kamar diikuti Jay di belakangnya.

Seperti pagi sebelumnya, sarapan kali ini hangat seperti biasanya meskipun tidak ada kata yang terlontar hanya beberapa lirikan mata di antara keduanya dan dentingan alat makan. Jay selesai sarapan terlebih dahulu, dia meminum air di gelas sampai habis lalu mengusap sekitar bibirnya dengan sapu tangan. Kegiatan selanjutnya adalah menunggu Gloria selesai dengan sarapannya.

"Jangan menatapku seperti itu." Ujar Gloria yang selesai sarapan, matanya melirik sekilas Jay yang menatapnya intens. "Tidak bisa. Ngomong-ngomong apa kamu tidak ikut ke kantor denganku?" Tanya Jay yang dibalas anggukan serta senyum tipis oleh Gloria. Jay menghembuskan napasnya lesu. "Kantor akan sangat membosankan." Gumamnya yang bisa didengar Gloria.

"Jangan mengeluh, nanti kita bertemu lagi." Ucap Gloria lalu berdiri dan berjalan menuju Jay, menarik tangan laki-laki itu agar bangun dari duduknya. Jay menurut saja, dengan lemas dia masuk ke dalam mobil, dipandanginya Gloria yang melemparkan senyum manis denvgan tangan melambai ke arahnya. "Semangat!" Jay hanya mengangguk lalu menutup jendela mobil.

Perempuan itu kemudian masuk ke dalam rumah lagi, tidak ada hal yang ingin dia lakukan di rumah kecuali tidur. Tetapi sebuah ide terlintas di otaknya, sebuah pijatan spa dengan lilin aroma yang memenangkan, bukankah itu hal yang bagus? "Hilda, siapkan ruangan spa! Aku ingin merilekskan tubuhku." Ujarnya pada interkom di ruang tamu.

Sementara itu Jay sudah berkutat dengan pekerjaannya, di tinggal liburan sebentar membuat banyak dokumen menumpuk yang membutuhkan tanda tangannya, padahal dia sudah mencicilnya di sela-sela liburannya kemarin. Telepon di mejanya berbunyi, Jay segera mengangkatnya.

"Selamat pagi, Tuan. Saya sudah mendapatkan informasi yang anda inginkan." Ujar suara di seberang telepon yang membuat jantung Jay berdebar entah karena apa.

"Kirimkan datanya segera ke email!"

"Baik, Tuan."

Telepon itu terputus lalu sebuah notifikasi email masuk ke laptopnya, sebelum membukanya Jay menarik napasnya dalam-dalam untuk mempersiapkan diri dengan hal yang akan dilihatnya. Jadi bagaimana keadaan mereka? Tanyanya dalam hati lalu meng-klik email tersebut.

Bola matanya bergulir membaca dengan teliti kata per kata di surel itu, senyum tipis terbit di bibirnya, matanya menatap tajam ke arah layar komputer yang masih menampilkan surel itu. "Betapa tidak berartinya aku ini." Gumamnya lalu menutup layar laptopnya. Jay merapikan jasnya lalu keluar dari ruangannya, berhenti sejenak di ruangan sekretarisnya untuk memberitahu jika dia akan keluar sebentar.

"Saya keluar, jika ada apa-apa selagi kamu bisa handle terlebih dahulu." Ujarnya dan berjalan menuju lift. Lift bergerak perlahan menuju basement gedung, Jay melangkah lebar menuju mobilnya yang terparkir. Dia butuh waktu untuk menenangkan dirinya sebentar saja, hal yang baru diketahuinya terlalu mengejutkan dan sangat sulit untuk bersikap baik-baik saja sekarang.

🐣🐣🐣

25 Oktober 2020

My baby BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang