sungai?

28 2 0
                                    

"Bapa ibu!!!" 

Entah sudah berapa kali   Aksa memanggil-manggil orang tuanya. Dua hari sudah berlalu setelah penyerangan dari kerajaan sebelah. Kerajaan Aksara porak poranda, warga yang tersisa diboyong ke kerajaan musuh. Hanya Aksa yang tertinggal di sana, persembunyiannya berhasil. 

"Aksa lapar Bu.."

 Aksa akhirnya memutuskan untuk keluar dari persembunyiannya. Selama dua hari ia hanya memakan coklat yang selalu tersedia di kantongnya itu. 

"Meong..meooong.." anak kucing mendekati Aksa.
" Waah kuciiing..." Buru-buru Aksa menggendong anak kucing itu.
"Kau lucu sekali, namamu siapa?'
"Meoong"
"Kalau aku panggil kamu Meong, semua kucing akan nengok,haha. Aku beri kamu nama Raja      ya!!" Kucing itu melompat dari pelukan Aksa.
"Hei tunggu!" Raja berlari dan hilang di semak-semak.
"Waaa!! Kau eek sembarangan!"
"Meooong!Aaaarrrg!" Raja mengerang, tatapannya tajam kepada Aksa.
"Baiklah, aku tunggu. Kalau kamu eek sembarangan seperti itu, kasihan mereka yang tidak  memakai alas kaki. Itu sama saja kamu menjebak mereka" Aksa terus menyeramahi Raja    sambil menutup hidungnya.

"Sudah?cepat sekali."

"Meoong" Raja kembali mendekati Aksa,menggoyang-goyangkan ekornya.
" Kau lapar?ayo kita cari ikan" 

Aksa menggendong Raja, mereka berjalan mencari sungai dan berharap bisa mendapatkan ikan. Aksa tidak mungkin membakar ikan yang ada di kolam taman kerajaan.

"ikan di kolam taman kerajaan itu tidak enak untuk dimakan, aku sudah pernah mencobanya..ssstt! kamu jangan bilang Ibu ya, ikan itu warnanya saja yang bagus. Huh!" 

Jalanan semakin menurun, Aksa harus berhati-hati dengan batu-batu licin. Sayup-sayup terdengar gemiricik air. Ia mempercepat langkahnya, sudah tidak sabar untuk terjun ke sungai dan menangkap ikan-ikan dengan sekali tepuk.

"Aku tidak yakin ini sungai..kecil sekali" 

Ternyata yang ditemukan Aksa adalah parit untuk mengairi sawah. Selama Aksa ikut memancing Bapaknya, sungai selalu besar walaupun tidak mengalir dengan deras. Parit ini kecil namun arusnya cukup deras. 

"Baiklah tidak masalah, airnya jernih dan dengan ukuran sesempit ini aku bisa dengan mudah menangkap ikan untuk kita. Ayo Raja!"

Mereka terjun ke dalam parit, hanya basah yang didapat Aksa selama berjam-jam. Rompinya sudah dilepas untuk digunakan sebagai jaring, ikannya terlalu kecil sehingga ikan-ikan itu mudah berkelit. Bocah enam tahun itu tidak menyerah begitu saja. Dia menenggelamkan kepalanya jika haus. Raja asyik menjilati tubuhnya dan sesekali mengeong kepada Aksa. 

Tiba-tiba terdengar suara gemuruh, seperti segentong air yang dibuang dari atas. Aksa terdiam, mencoba memastikan apa yang didengarnya sembari saling pandang dengan Raja. Segerombolan ular terlihat mengarah pada Aksa yang masih di dalam parit, Raja melompat ke dalam parit. Ular-ular itu menyergap mereka, Raja berusaha keras menghajar ular-ular di hadapannya.

"Bapa, Ibu!!" Seekor ular berhasil mematuk kaki Aksa.

Raja petirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang