Jalan buntu

12 1 0
                                    

Pagi ini Pangeran Sanca mengadakan pertemuan besar dengan orang-orang pentingnya, rencana besar sedang diperbincangkan. 

"Apakah hanya itu jalan satu-satunya?" Pangeran Sanca akhirnya angkat bicara setelah para penasehat kerajaan berdebat panjang.

"Iya Pangeran" semua menjawab serentak.

"Baiklah, segera lakukan"

Pertemuan dibubarkan. Raut wajah Pangeran Sanca terlihat gelisah, ia berjalan menuju sungai kerajaan. 

"Kepalaku sakit sekali" 

"Kau sudah bangun?"

"Pak sebenarnya saya dimana? kau tahu kucingku?"

"Kucingmu aman"

"haaaaaa!!!! kau kau ulaaar?" Aksa baru benar-benar sadar dari pengaruh racunnya. Dia takut bukan main melihat ular setengah berdiri, memiliki dua tangan dan bisa bicara. Aksa hampir saja kembali pingsan, namun Dopo segera memberinya teh penenang.

"Apakah aku masuk ke dalam buku dongeng?"

"tidak Tuan , kau berada di bumi. Hanya saja kau beruntung bisa berada di sisi lain Bumi"

Aksa terdiam, dia masih tidak percaya dengan apa yang sedang dialaminya. Tiba-tiba air matanya jatuh, setetes dua tetes dan semakin deras.


" Ibu!!!!Huwaaaaa!!!"

 Aksa menangis sejadinya, ia takut, bingung dan sangat rindu orang tuanya. Paman Dopo bingung menghadapi Aksa, teh penenangnya sudah habis dan Aksa menangis makin keras.

"Aku mau pulaaaaang!!!"Aksa tiba-tiba berdiri, mencoba menerobos Paman Dopo yang berdiri di pintu. "Biarkan aku keluar!"

"Anak manusia sudah bangun ternyata"

"Hormat hamba Pangeran" Paman Dopo membungkukkan tubuhnya.

"U u u ular, benar-benar ular semuanya" 

Aksa makin ketakutan melihat Pangeran Sanca yang bertubuh besar dan berotot. Pangeran Sanca mendekati Aksa, gerakannya mantap.

"Kau harus diam, tidak ada manusia lain yang akan kau beritahu tentang kita atau kau memilih mati di sini"

"Aku tidak mau mati, aku mau ketemu Bapak dan Ibu"

"Kau belum mampu menemui orangtuamu saat ini"

Pangeran sanca memegang pundak Aksa bermaksud menenangkan bocah itu, namun Aksa memanfaatnya peluang untuk kabur dari mereka. Ia lari menerobos Pangeran Sanca dan Dopo.  Berlari secepat mungkin, dalam namun pelariannya tidak semudah itu. Setiap sudut kerjaan ini dijaga oleh ular-ular dengan mata dan telinga yang tajam. Aksa mencoba mengatur nafas dan lamgkahnya, dari awal ia tidak menggunakan alas kaki. 

"Aku rasa kucing itu akan mati kelelahan"

"Ya, dia mengaung- ngaung dan berusaha mendobrak penjara sepanjang waktu"

"Kucing? Raja juga disini?" Aksa baru teringat Raja setelah mendengarkan perbincangan kedua penjaga itu. Aksa bertekad melepaskan Raja dahulu, namun ia sama sekali tidak paham dengan bangunan ini. Cahaya yang redup dan tembok yang lembab membuatnya merasa benar-benar terperangkap.

Raja petirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang